9 : Wait, What?

952 90 20
                                    

"Well, um... It's okay, I guess?" Aku melirik Jason dari bulu mataku.

"Okay?"

"Yeah, I mean... We're drunk that night, so..." Aku mengangkat bahuku. "Jadi aku harus memanggilmu Jason atau Jesse?" Aku mengalihkan topik pembicaraan.

"Terserah."

"Jason it is." Aku duduk di kasurku. "Selama ini kau memakai masker itu agar aku tidak tahu bahwa kau adalah Jesse?" Tanyaku, dibalas dengan anggukannya.

"Yup... Maksudku, aku ingin berteman denganmu dan aku takut jika kau tahu aku. I don't know about women's mind, if you know what I mean." Dia menggaruk belakang lehernya yang aku yakin tidak gatal.

"Jadi kau bukan penjahat?" Niall berbicara. Jason menggeleng.

"Yas! Aku takut padamu. I mean, not so scared-but scared enough. Aku kira kau penjahat sungguhan."

"Um..." Jason hanya mengangkat bahunya. "Well, karena kalian semua um... Bisa dibilang baru kenal denganku, bagaimana jika aku mengundang kalian malam ini ke rumahku? Aku dan teman-temanku akan berkumpul malam ini, tapi boys stuff. Jika kalian mau, kalian boleh bergabung."

Aku melirik ke arah Kelsey dan Niall, yang mengangguk-anggukkan kepala mereka.

"That's not a bad idea." Kelsey berbicara.

"You're not going to kidnap us, are you?" Niall bertanya, aku memutar mataku.

"Of course not." Jason tertawa renyah.

"Okay, jam berapa?" Tanyaku.

"Jam 10? Aku akan menjemput kalian disini."

"Fine."

****

"Yo Mc-"

"Sup, Mark." Jason memotong ucapan yang dia sapa Mark itu dan mengangguk.

Aku, Kelsey dan Niall berjalan mengikuti Jason sampai ke sofa. Well, rumah Jason sangat besar. Dan yang ku maksud sangat besar adalah benar-benar besar. Aku tidak yakin jika aku tinggal disini, aku bisa menghafal letak-letak ruangannya.

Kami duduk, bersama teman-teman Jason. Teman-temannya ada 3 orang, laki-laki dan bertubuh tegap dan kekar, dan good looking. 1 orang bermata coklat, lalu biru gelap dan satu yang lain berwarna abu-abu terang.

Jason membisikkan sesuatu di telinga mereka, dan mereka mengangguk.

****

Jason McCann's POV

"Jangan panggil nama belakangku di depan mereka." Bisikku. Mark bodoh sekali tadi. Jika sampai Kelsey dan teman-temannya menyadari bahwa aku adalah McCann, semuanya akan terbongkar. Aku harus lebih berhati-hati.

Mark, Adam dan Paul mengangguk. Aku menyandarkan punggungku dan memperkenalkan mereka.

"Guys, perkenalkan. Dia Jasmine," aku menunjuk ke arah Jasmine. "Kelsey dan Niall," lalu ke Kelsey dan Niall.

"Dan ini Mark, Adam dan Paul." Mark yang memiliki mata biru, Adam bermata coklat dan Paul bermata abu-abu. Mereka semua tidak berpenampilan buruk, tapi masih tetap aku yang unggul. Lol. Just kidding. Not really.

Mereka mulai berbincang-bincang yang membosankan. Aku berdiri dan mengambil 4 botol minuman alkohol yang berbeda-beda dari lemari bar. Aku menaruh nya di meja dan mengambil gelas-gelas kecil. Aku menuang acak minumannya ke gelas-gelas. Sebagian ada yang ku campur.

"You guys, want to play some game?" Tanyaku.

"Good idea man, I'm dying in here." Paul melenguh.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang