3. Midnight Snack

2.6K 147 66
                                    

Halohaaa, kubalik lagi, kali ini aku mau bawa cerita bergenre horror. Dan bisa dibilang cerita ini adl salah satu cerita urban legend kesukaanku, soalnya ceritanya simple tp cukup bikin merinding ._.

Yaudah deh gak usah byk omong lagi! Let's chekidotttt beybehhh~~~~

········

Biasanya ketika ujian akhir semakin dekat seperti ini, aku akan begadang sampai tengah malam untuk belajar. Dan Ibu akan menyediakan kudapan tengah malamnya untuk menemaniku belajar. Ah betapa perhatiannya Ibuku itu.

Tepat ketika tengah malam seperti malam sebelumnya, pintu kamarku pun terketuk. Itu pasti Ibu.

"Sasi, Ibu membawakan makanan untukmu."

Karena lapar aku pun langsung membuka pintu dan menemukan Ibu sedang di depan pintu sambil membawakan berbagai cemilan kesukaanku.

"Terima kasih, Bu," aku nyengir menatap Ibu kemudian kembali masuk ke dalam kamar dan tenggelam dalam buku-buku pelajaran untuk ujian besok lusa.

***

Seperti malam sebelumnya, aku kembali menekuni kegiatan belajar tengah malamku. Pintu kamarku terkunci, dan aku mulai fokus belajar. Jam weker di sampingku berdering menandakan saat ini sudah tengah malam.

Kemudian, pintu kamarku berbunyi seperti diketuk orang.

Mendengar itu aku langsung turun dari kursi dan bersiap untuk membuka pintu, namun sekelebat ingatan membuatku bergeming.

"Sasi, Ibu mengantarkan makanan untukmu."

Mendengar itu bukannya aku membuka pintu dan langsung menerima makanan yang Ibu berikan, aku malah duduk lagi untuk meneruskan aktivitas belajarku yang sempat tertunda tadi.

"Ya, taruh saja, Bu."

Ketukan pintu malah semakin keras, membuatku sedikit gemetar ketika mendengar suaranya, "Buka pintunya Sasi, Ibu mengantarkan makanan untukmu."

Tak kusangka tanganku semakin gemetar, dan aku menjadi tidak fokus belajar. Kurasa aku sudah mulai lelah.

"Sasi! Buka pintunya!" Pintu yang semula hanya diketuk perlahan, kini seperti digedor-gedor, membuat suaranya sangat nyaring. Aku menahan napas ketika pintu itu digedor semakin kencang, berharap jika pintu itu mampu menahan dirinya untuk tidak masuk ke dalam.

"Ta-taruh saja disitu," sahutku.

"SASI! CEPAT BUKA PINTUNYA SAYANG!!!" Dan kali ini aku merasakan jantungku yang hampir copot dari rongganya. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi, bahkan rasanya bergerak pun sangat sulit. Sepertinya aku sudah membuatnya marah besar. Dan aku hanya bisa berdoa dalam hati jika pintu itu dapat bertahan lebih lama lagi.

"Sasi..."

Tak berani untuk kembali mendekati pintu, aku pun memilih untuk meringkuk di dalam selimut tebalku. Dan akhirnya dia pun menyerah, perlahan-lahan pergi meninggalkan pintu dengan langkah yang terseok-seok, beserta desisan-desisan tidak jelasnya yang dapat kudengar jelas dari sini.

Dan satu-satunya alasan mengapa aku tidak membuka pintu adalah ...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Karena aku sendirian di rumah ini. Ibu dan Ayahku sedang pergi untuk menjenguk Nenek dan baru pulang besok hari.

·········

Haihaihai. Gimana gimana? Nyeremin gak? ._.

Fyi aja, waktu pertama kali aku baca urban legen ini, aku malah kesel bgt kenapa si tokoh utamanya gak bukain pintunya, kwkwk oh ternyata oh ternyata ...

Dan terima kasih buat yg udah vote dan baca bener bener cerpen abalabal quh, semoga kalian bs terhibur yaaa :)))

Baybayyy~~~

Kedai CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang