Secret (6)

236 25 6
                                    

Kriett...
Pintu rumah besar itu terbuka, menampakkan suasana lenggang di dalamnya.

Seorang gadis melangkahkan kakinya memasuki rumah tersebut, langkah kakinya terdengar menggema ke seluruh penjuru rumah.

Gadis itu berjalan menuju dapur, berniat menghilangkan dahaganya setelah berkendara pada sore hari yang melelahkan.

Saat melewati kulkas, dia melihat note yang tertempel di pintunya.

Dek, abang nginep di rumah temen, ya. Besok udah pulang kok, jadi jangan kangen. :D

P.S: jangan keluyuran malem malem, banyak setannya :v

-Cowok paling ganteng.

Gadis itu menghembuskan napasnya, lelah. Itulah yang dirasakannya sekarang.

Dia pun melangkah menuju kamarnya setelah memuaskan dahaganya.

★★★

Angin malam berhembus halus, dinginnya menerpa kulit. Jajaran rumah mewah terlihat, cahaya lampu menerangi berbagai sisi. Satu dua bintang terlihat, tidak banyak, tertutup polusi udara kota metropolitan. Bulan memancarkan cahaya temaramnya ditengah langit malam.

Nisa bersandar pada pagar balkon kamarnya. Menatap langit, menikmati suasana malam sendirian, lagi.

Dia bahagia, hari ini dia dapat lebih dekat dengan seseorang yang disukainya.Apalagi seseorang tersebut memanggilnya dengan nama yang sekarang jarang, bahkan tak pernah digunakannya lagi.

"Emangnya kenapa lo mau manggil gue via?" Nisa bertanya di tengah percakapan mereka tadi siang.

"Gapapa sih pengen aja biar beda. Lagian gue takutnya kalo panggil lo Nisa, entar yang ngerasa banyak lagi," Rasya menjawabnya dengan santai.

Nisa mengerutkan keningnya, "maksud lo?"

"Lo tau kan? Nama Nisa bukan lo doang? Di sekolah aja ada banyak. Ada Anisa Zahra, Fara Anisa, Annisara Putri, Anissa Laila, A-"

"Stop, stop. Bisa bisa semua nama Nisa lo sebutin lagi." Nisa memotong ucapannya sebelum Rasya menyebutkan semua nama Nisa di seluruh dunia. "Jadi, maksud lo nama gue pasaran gitu?" lanjutnya.

"Ya, bisa dibilang begitu." Lagi lagi Rasya menjawab dengan santainya, sambil menyesap kopi hitam dihadapannya. Dan Nisa yang mendengarnya langsung memukul bahu Rasya pelan.

Nisa tersenyum mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.

'Via, ya?'

Senyum bahagianya perlahan berubah menjadi senyum kecut.

Bayangan masa lalu langsung terputar dipikirannya. Bayangan seseorang yang selalu menemaninya, seseorang yang tak akan pernah membiarkannya sendirian.

Namun, orang itu telah pergi meninggalkannya sendirian, selamanya.

Nisa mendongak, menatap langit yang menampakkan beberapa titik cahaya. Matanya berkaca kaca.

'Andai saja lo masih disini nemenin gue Ran, pasti gue gak bakal ngerasa sesepi ini. Mama sama papa masih sama kayak dulu, bahkan lebih parah, mereka gak bakalan bertahan dirumah lebih dari satu minggu. Emang sih, masih ada Bang Farhan, tapi sekarang dia tambah sibuk, dan watu dia buat gue gak sebanyak dulu. Dia makin nyebelin kalau lo mau tau.'

Tess...

'Gue kangen sama lo. Gue kangen lo yang manggil gue Via disaat semua orang manggil gue Nisa. Gue kangen manggil lo Randi disaat semua orang manggil lo Dika.'

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang