*CHAPTER 17 dan 18*

450 20 0
                                        

--- DINDA POV ---

Aroma Alkohol tercium dari nafas Rizky saat aku berusaha menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.

DEGGG !

Ku lihat kemejanya penuh dengan lipstick merah yang membentuk sebuah bibir. Aroma alkohol dari hela nafasnya bercampur dengan aroma parfum wanita. Sakitttttttt ! Perih rasanya ! Bahkan sayatan pedang tajampun kalah ! Aku tahu dia seorang pemabuk yang menghabiskan malamnya di bar bersama para wanita nakal, aku tahu ! Harusnya aku terbiasa melihat noda lipstick di kemeja suamiku, harusnya aku tak bersikap seolah tersakiti ! Bukankah aku tak menginginkannya? Bukankah dia tak menginginkanku? Mengapa aku harus merasa sakit? Bahkan aku tak dapat menyembunyikan rasa sakit hatiku ketika membayangkan wanita lain menyentuhnya. Lututku gemetar nafasku terasa sesak, mengapa menjadi seperti ini ? Mataku berkaca-kaca menandakan bahwa sedikit lagi air mataku menetes. Mengapa aku bisa sesedih ini?

♪ BACKSOUND ♪
♫♫ Astrid - Mendua ♫♫
Ku tak habis pikir,
kurangku di mana
Kau tega melepaskan aku
Jauh ku menatap,
namun terlalu jauh
Imajinasiku terberai
Terdiam aku beku tanpamu
Dimanakah letak hatimu?
Kau putuskan tuk mendua
Dengan dia di belakangku
Padahal ku pilih kamu
Jadi cinta terakhir

'Hufffttt !'

Ku normalkan fikiranku, tak usah bersedih karenanya ! Bersedih itu tidaklah guna, kesedihanku terlalu berharga untuk lelaki bodoh sepertinya. Lenganku melepaskan sepatu pantofel Rizky dan menyelimuti tubuh lelaki itu. Aku menatap wajahnya yang penuh luka, segera ku ambil sapu tangan dan air yang dicampur antiseptik untuk mengopres lukanya. Ku duduk di tepi tempat tidur, lenganku begitu lihai mengompres memar di pelipisnya dan membersihkan darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Jika Rizky sadar, mungkin dia akan merintih dan menolak untuk ku obati.

"Gue harap, ini terakhir kalinya Lo bikin gue susah !"

(╥_╥) (╥_╥) (╥_╥)

"Ayassss.... !!"

Sebuah teriakan melengking memecah pagi yang semula hening. Teriakan nyaring itu membuat burung enggan berkicau dan ayam berhenti berkokok. Jam wekerpun tak kan mampu menyaingi suara keras dan cemprengku. Mataku melotot membentuk sebuah bola api, belek di ujung mataku seakan ingin segera berlari takut dilalap api. Hidungku terlihat kembang kempis diiringi deru nafas yang tak karuan, di tambah lagi bibirku sudah seperti lumba-lumba monyong yang kelaparan. Belum lagi bentuk rambutku, kusut sekusut kusutnya rambut kusut, kayaknya aku bakalan lulus jadi duta shampo kusut dan gak akan lulus kalau jadi duta shampo lain. Aku jadi duta shampo lain? Ahahaha upsss... sepertinya tak usah bahas rambut kusutku. Saat ini aku benar-benar geram pada Ayas.

"AYAAASSS ! KENAPA NGOMPOL DI KASUR ???" Geramku. Bagaimana tidak, baru saja aku bangun tidur sudah di kejutkan dengan tempat tidur dan bajuku yang basah ditambah lagi bau yang tidak sedap, BAU PESING !

"Ahahaha... Mama lucu deh... Bangun bangun udah teliak-teliak kaya meong kejepit pintu. haha.." Ayas tampak tertawa renyah, lebih renyah dari wafer cokelat yang pernah ku makan.

"Ayas ! Jangan ketawain mama. Sekarang juga, ikut mama ke kamar mandi ! Mama mau mandiin kamu !" Aku berusaha menarik Ayas dan menggendongnya ke kamar mandi.

"Eitttsss.. Mama ndak bisa tangkep akuhh .. !" Ayas mencoba lari dariku.

"Ayas, jangan main lari-larian ! Cepetan mandi !" teriakku yang cukup kewalahan mengejar Ayas.

Ayas langsung lari ke kamar mandi. "Akuu bukan anak kecil. Akuu bukan anak kecil. Aku bicaaaa... Mandi cendili..."

"Grrrr.. Sumpah demi apapun anak itu nyebelin banget ! Anak siapa sih dia?" Gerutuku.

MY BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang