--- DINDA POV ---
TINGGG TONGGG !
Bunyi bel rumah berdentang. Siapa yang pagi-pagi begini bertamu ? Ku simpan roti dan selai coklat itu diatas meja makan. Aku berjalan menuju pintu utama. Membukanya perlahan."Maaf mas, cari siapa yaaa ?" Tanyaku pada seorang pria yang membelakangiku. Pria itu berpakaian rapi, perawakannya tinggi namun kurus. Dapat ku tebak, dia pasti yang memencet bel. Dia tak menoleh, biar aku ulangi mungkin suaraku tadi terlalu pelan. "Mas, cari siapa ya?" tanyaku sekali lagi.
Dia menoleh, kali ini dia mendengar suaraku. Aku tersentak ! Aku tersentak saat melihat pria yang kini menampakkan wajahnya. Wajah blasteran Prancis-Indonesia itu sangat ku kenal, senyum mengembang di bibir tipisnya ku lihat matanya berkaca-kaca saat menatap mataku. Begitupun aku, air mata ini rasanya mau menetes saat melihatnya.
"Maxime !" Ucapku menatapnya sekilas kemudian menunduk, tak berani menatap mata teduh Maxime, pria yang berdiri tegap di hadapanku. Aku mencoba menahan air mataku. Jangan menetes ! Jangan menetes di hadapannya.
♪ BACKSOUND ♪
♫♫ D'masiv - Rindu Setengah Mati ♫♫
Aku ingin engkau ada disini
menemaniku saat sepi
menemaniku saat gundah
berat hidup ini tanpa dirimu
ku hanya mencintai kamu
ku hanya memiliki kamu
aku rindu setengah mati kepadamu
sungguh ku ingin kau tahu
aku rindu setengah matiGLEPPP ! Maxime langsung menarik tanganku ke dalam pelukannya. Ia memelukku erat, jujur aku rindu ! Aku rindu pelukan hangat ini, pelukan yang membuatku tenang dan damai. Pelukan yang membuatku ingin tertidur dalam dekapannya. Rasanya sudah lama aku tak merasakan kehangatan, ketenangan dan kedamaian ini. Aroma tubuhnya masih sama seperti dulu.
"Aku Rindu.." bisik Maxime melepas segala kerinduannya padaku setelah sekian lama kami tak bertemu. Tolong Max, jangan katakan hal yang dapat membuatku rapuh !
"Tolong, jangan seperti ini. Aku takut Rizky marah melihatnya. Bagaimanapun status aku saat ini adalah istri orang." Aku mencoba melepas pelukannya, sebenarnya aku enggan melepasnya. Aku merindukannya, sangat rindu ! Tapi aku tak tahan bila terus didekapnya, air mataku pasti menetes. Belum lagi bagaimana jika Rizky melihatku berpelukan dengan pria lain? Dia pasti marah besar !
"Aku tak peduli ! Aku rindu kamuuu.. Ijinkan aku memeluk kamu sebentar saja. Setidaknya untuk mengobati kerinduanku." bisiknya lagi. Ku rasakan punggungku basah, dia menangis. Jangan menangis Max, itu dapat membuatku tak kuat dan terlihat lemah.
*FLASHBACK*
10 Bulan yang lalu.
Hari ini hari Minggu, jam 14.30 WIB. Aku sedang duduk di sebuah cafe yang terletak di jalan Kartini sejauh 7km dari rumahku. Aku akan menemui seseorang dan menghancurkan hati serta perasaannya. 15 menit menunggu. Ku rasakan sepasang tangan menutup mataku dari belakang."Maxime ! Ini bukan waktunya bercanda." Ucapku, aku tahu dia Maxime. Aku hafal betul aroma tubuhnya dan sentuhan hangat tangannya.
"Yahh, ketahuan deh ! Maaf sayang, kamu harus menunggu lama." Maxime melepas tangannya kemudian duduk di kursi yang tepat berada di hadapanku.
"Aku gak punya waktu banyak." Ucapku membuat Maxime mengerutkan dahinya.
"Serius amat? Emangnya kamu mau kemana? Bukannya kamu rela menghabiskan waktu kamu untuk terus bersamaku?" Maxime memegang tanganku, kemudian mengecup punggung tanganku. Dia selalu bersikap manis, aku tak tega bila harus menghancurkan hati dan perasaannya. Aku melepas tangan Maxime lembut. Maxime kaget mendapat perlakuan itu dariku.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Maxime
Aku menarik nafasku, rasanya aku tak kuat mengatakan hal ini pada Maxime. "Max..."