Seorang gadis dengan pakaian lusuh dan ketinggalan zaman. Di tangannya terdapat banyak tas yang terlihat berat untuk ukuran tubuhnya. Sesekali dia mengeluh merasakan beratnya barang-barang yang ia bawa. Namun dengan cepat ia tepis saat suara keras tapi nyaring itu meneriakkan namanya."Ellina! Apa yang kau lakukan? Kita akan telat jika kau hanya diam di situ!" Lexsi Larissa yang tak lain sepupu Ellina berteriak marah.
"Lamban dan idiot!" Ariela Aldercy, anak terpopuler dan terkaya di sekolah ikut mengkritik Ellina.
"Sudahlah, yuk masuk ke bus. Sebentar lagi jalan nih." Nerissa Valerie, anak dari pemilik sekolahan itu melerai dan masuk ke dalam bus.
Ellina memandang punggung ketiga orang di depannya. Memandang dengan perasaan iri yang mulai merayap ke hatinya. Pakaian mereka sangat cantik dan cocok di tubuh mereka. Sangat berbeda jauh dengan dirinya. Mereka juga cantik dan populer. Selain itu mereka adalah tiga orang sahabat yang suka menyiksa Ellina.
Ellina menghembuskan napas kasar. Terkadang ingin rasanya dia melawan semua perintah yang mereka berikan. Namun nyalinya tak cukup kuat mengingat apa yang akan terjadi pada hidupnya jika Ellina melakukan itu.
"Tidak, aku tidak boleh menyerah. Jika aku menyerah, aku tak akan punya masa depan." Ellina berbicara pada dirinya sendiri. Dijinjingnya semua barang yang ada di tubuhnya dan berjalan menuju bus yang tak jauh lagi dari tempatnya berdiri.
Ellina duduk sendiri di bangku pertama setelah sopir. Tak ada yang mau duduk di sampingnya. Ya, semua orang menjauhinya karena suatu kejadian di masa lalu. Mereka mengatakan bahwa Ellina adalah pembawa sial.
Tentang kejadian di masa lalu, itu adalah kejadian terpahit dalam hidup Ellina. Dimana dia kehilangan kedua orang tuanya dan menjadi yatim piatu. Tinggal sendiri di atap rumah yang dulu menjadi rumahnya.
Kini, rumah tersebut menjadi asing baginya. Bukan karena suatu hal yang dia inginkan, melainkan karena keluarga dari ayahnya yang tak lain adalah pamannya memboyong keluarganya tinggal dirumah peninggalan orang tuanya.
Mereka menguasai rumah dan seluruh aset harta warisan peninggalan orang tuanya. Mereka mengatakan itu semua untuk menutup semua hutang orang tuanya. Meski Ellina tau bahwa orang tuanya tak pernah terlibat urusan hutang.
Kini, dia tengah jadi bahan bullian di kelasnya. Tak hanya itu, untuk biaya tambahan sekolahnya saja Ellina harus bekerja. Ellina hanya mendapatkan separuh dari uang beasiswa yang ia terima. Selebihnya sudah berada di tangan pamannya.
Jika Ellina melawan mereka, maka bisa di pastikan Ellina akan hidup layaknya gembel di jalanan. Dan Ellina cukup tau akan hal itu dan memilih untuk diam dan menuruti perkataan mereka. Itu semua untuk masa depannya.
Tiba-tiba seseorang menarik rambutnya keras dari belakang. Ellina berusaha menoleh.
"Kau tak mendengar apa yang aku katakan?!" Lexsi menarik rambut panjang Ellina.
"Maaf, Si. Aku ketiduran." Ellina berusaha melepaskan rambutnya dari tangan Lexsi.
"Siapa yang menyuruhmu tidur! Kau itu harus mengikuti semua yang aku katakan!" Lexsi melepaskan rambut Ellina.
"Iya ... maaf, Si." Ellina tertunduk.
"Aku butuh kameraku sekarang!" Lexsi menekankan kata-katanya dan memerintah dengan tegas.
"Berisik!" Seorang cowok yang terbangun dari tidurnya karna suara gaduh di sekitarnya.
"Ahhhh..., Aaric Leighton Blade bangun." Valerie anak dari pemilik sekolahan itu langsung tersenyum manis pada cowok di bangku yang berseberangan dari bangkunya. Sedangkan cowok itu hanya cuek dan memilih diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And My Lord Devil
Fantasy#1 in Fantasy #Tersedia Di Gramedia. Hidupku yang rumit semakin rumit saat aku bertemu dengannya. Dengan seorang pria tampan bak Dewa Yunani dengan sejuta pesona yang memabukkan namun sedikit gila. Dia mengaku seorang Raja dari segala raja dan aku...