Ellina memasuki rumahnya dengan tenang. Kata-kata Kenzie terngiang di telinganya. Ellina mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.
# flash back.
"Queen, dengarkan aku. Para klan sudah mulai bergerak. Kau harus lebih hati-hati. Aku khawatir padamu. Saat penjagaanku lemah, mereka akan langsung melukaimu. Jadi, maukah kau meminum darahku? Ini akan membuatmu sedikit kuat. Dan aku sedikit tenang, karena darah kita benar-benar bersatu." Kenzie memegang ke dua tangan Ellina.
"Tu-tuan, aku tak meminum darah. Aku bukan vampire. Dan aku manusia. Apakah aku akan berubah jika aku meminum darah tuan?"
"Dengan menyesal aku menjawab iya. Kau tak akan menjadi manusia murni."
"Ja-jadi apa?"
"Aku tak bisa menjelaskan. Dalam tubuhku mengalir darah semua klan. Fairy, Vampire, Werewolf, Iblis, Penyihir dan Mermaid. Aku tak tahu darahku yang mana yang akan lebih berkembang dan dominan di tubuhmu."
"Sebenarnya tuan itu mahkluk apa?" Ellina menatap Kenzie dengan polos.
"Aku, aku terlahir dari rahim seorang permaisuri besar. Dan ibuku adalah ratu iblis terkuat. Ayahku campuran antara Mermaid dan Fairy. Kakekku seorang Penyihir tingkat tinggi dan dia juga seorang Werewolf. Nenekku seorang ratu Vampire. Semua menyatukan darah mereka dalam sebuah ritual. Dan semua darah mereka mengalir di tubuhku. Aku memiliki kekuatan tanpa batas. Tapi darah ibuku lebih kental. Aku seorang raja Iblis terkuat."
"I-iblis?"
"Kau takut padaku? Jangan khawatir, queen. Aku tak akan melukaimu."
"Apakah aku akan berubah menjadi iblis juga? Tidak, aku tak ingin itu. Aku hanya ingin menjadi manusia biasa."
"Baiklah, aku akan menunggu hingga kau siap,"
Kenzie tersenyum dan memeluk tubuh Ellina.
"Queen, kurasa bertemu denganmu adalah suatu keajaiban yang besar. Aku tak ingin kehilanganmu. Kuharap suatu saat kau bersedia menerima darahku."
# flash back end.
"Darahnya? Apa dia akan mengajariku untuk mengigit lehernya seperti seorang vampire?" Ellina mencoba membayangkan hal yang ia katakan.
"Tidak, tidak. Aku kan tak punya taring. Benar, aku manusia. Lalu bagaimana caranya aku meminum darahnya?" Ellina menggelengkan kepalanya.
Ellina berjalan memasuki halaman rumahnya. Namun matanya terpaku saat melihat semua barang-barangnya berada diluar. Bersamaan dengan Lexsi yang berdiri tak jauh dan tersenyum sinis.
"Si, apa maksudnya semua ini? Kenapa semua barang-barangku ada di luar?"
"Ah, sudah pulang rupanya." Kali ini Vania Vanella menatap Ellina dan melemparkan semua barang-barang Ellina.
"Bibi, kenapa dengan barang-barangku? Paman, Paman, kumohon lakukan sesuatu." Ellina berteriak memanggil pamannya.
Tak lama Aldric Rexton keluar.
"Paman, ini kenapa dengan barang-barangku?"
"Paman rasa, kau tak bisa tinggal disini lagi. Kau tak pernah pulang, terlebih kau berani menampar Lexsi. Pergilah ... Paman tak akan melarangmu."
"Paman, tidak. Kemana Ellina akan tinggal? Ellina tak punya siapa-siapa lagi selain paman."
"Kita tak peduli." Vania menjawab acuh.
"Paman, ini sudah malam. Ellina mohon paman. Si, bilang Si, katakan pada paman bahwa aku tak menamparmu kemarin. Lexsi kumohon," Ellina sudah tak tahan menahan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And My Lord Devil
Fantasy#1 in Fantasy #Tersedia Di Gramedia. Hidupku yang rumit semakin rumit saat aku bertemu dengannya. Dengan seorang pria tampan bak Dewa Yunani dengan sejuta pesona yang memabukkan namun sedikit gila. Dia mengaku seorang Raja dari segala raja dan aku...