Ellina menatap sendu pada langit Transylvania. Mencoba berpikir jernih dan bersikap setenang mungkin. Sesekali Ellina menatap Ethan yang selalu mengikutinya. Ellina terkejut saat Ethan mendekat dan menyerahkan sebuah payung.
"Hamba pikir, Ratu membutuhkan payung untuk berkeliling," ucap Ethan sopan.
Ellina tersenyum. "Ya, karena cuaca cukup panas."
Ellina melanjutkan jalan-jalannya dan menikmati keindahan Transylvania. Meski semua terasa hampa, Ellina tetap melangkah. Hingga tiba-tiba Livian memegang tangan Ellina untuk menahan tubuh Ellina. Membuat Ellina kaget dan langsung menoleh.
"Apa yang kau pikirkan? Kau hampir saja terjatuh dan masuk ke dalam kolam," ucap Livian lembut namun tetap tegas.
Ellina menatap kedepan dan menyadari kebodohannya. Tubuhnya hanya berjarak beberapa senti meter dari bibir kolam. Ellina menoleh kebelakang dan tak mendapati Ethan di belakangnya.
"Ethan pergi untuk mengurus sesuatu," Livian menyadari arah pandang dan pikiran Ellina.
Ellina hanya mengangguk kecil. Melepaskan tangan Livian dari tangannya dan menatap Livian sambil tersenyum. "Terimakasih telah menahan tubuhku hingga aku tak terjatuh,"
"Kau sangat ceroboh," ujar Livian.
"Aku sering mendengarnya. Aku akan melanjutkan untuk berkeliling," Ellina kembali melangkah tanpa menunggu persetujuan Livian.
Livian menatap punggung Ellina yang telah menjauh. "Lembut dan dingin secara bersamaan. Kau benar-benar unik," ucap Livian pelan dan berjalan mengikuti Ellina dari belakang.
Ellina menyentuh beberapa bunga yang mekar. Tersenyum simpul karena mengingat taman bunga yang berada di Hyroniemus. Ellina mendesah pelan. "Aku benar-benar merindukan Hyroniemus,"
Seekor kupu-kupu hinggap di tangan Ellina. Ellina menyentuh kupu-kupu itu pelan lalu mendongakkan wajahnya saat kupu-kupu itu terbang. Ellina berlari kecil mengejar kupu-kupu tersebut. Membuat Livian tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Sifat alami seorang manusia. Dan para bangsawan tak akan melakukan itu. Tapi ... itu membuatnya semakin menarik," Livian tersenyum penuh arti melihat Ellina.
Ellina menatap sekelilingnya. Pagar tinggi yang dijaga begitu ketat oleh pengawal. Ellina terus berjalan mengikuti arah pagar hingga ia sampai pada gerbang utama. Pintu emas berukir bunga mawar tampak begitu indah. Ellina mematung menatap pintu gerbang didepannya.
"Aku berharap kau disini untuk menjemputku. Tapi, kenapa kau lama sekali? Aku menunggumu, Tuan."
Ellina membalikkan badannya dan menepis harapan bahwa Kenzie akan segera menjemputnya. Tak jauh dari Ellina, Livian tersenyum penuh arti karena dapat membaca isi hati Ellina.
"Tunggulah selama mungkin. Dia akan sibuk dengan kerajaannya dan akan lupa dengan keberadaanmu, Ellina," ucap Livian pelan.
Ellina terus melangkah. Mencoba menepis kekhawatiran dan membangun harapan dalam hatinya. "Benar, dia tak akan meninggalkanku kan? Tidak, dia tak akan pernah melakukan itu. Dia sudah berjanji padaku. Jadi, aku akan tetap menunggunya disini."
Tak!
Suara hentakan kaki terdengar pelan. Kenzie menatap punggung Ellina yang hendak melangkah menjauh. Rasa rindu dan khawatir yang besar membuat Kenzie begitu ingin mendekap Ellina."Queen," panggil Kenzie lembut.
Ellina mendengarkan suara itu dengan seksama. Suara orang yang begitu familiar dan terasa lembut menyapanya. Ellina diam sesaat, perlahan Ellina membalikkan tubuhnya dan diam terpaku menatap sosok yang ia rindukan tak jauh dari tempatnya berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And My Lord Devil
Fantasy#1 in Fantasy #Tersedia Di Gramedia. Hidupku yang rumit semakin rumit saat aku bertemu dengannya. Dengan seorang pria tampan bak Dewa Yunani dengan sejuta pesona yang memabukkan namun sedikit gila. Dia mengaku seorang Raja dari segala raja dan aku...