[5] NEW FAMILY

1.2K 29 0
                                    

haiii! i'm kambek!! langsung aja deh yukk!

JANGAN LUPA BINTANGGGGGG! 

SAMA KOMEN! Hehehehe

---

[5] NEW FAMILY

Sesampai di rumah Pak Hardjo, aku langsung merebahkan diri di kamar yang aku pakai. Aku merasa sangat beruntung. Live in di tempat ini tidak terlalu berat, aku hanya perlu mengurusi Anin. Dan mengurus Aninpun aku merasa senang. Karena dulu, aku ingin sekali meiliki seorang adik, tetapi Tuhan berkata lain. Aku menjadi anak tunggal, aku mengerti maksud Tuhan itu saat ini. Jika saja aku memiliki adik, tidak terbayang bagaimana nasib adikku sekarang. Apakah dia akan menjadi pelacur juga seperti apa yang ku lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup? Ah, itu tidak mungkin, aku sendiripun tidak akan membiarkannya. Tapi apakah dia akan tetap menganggap aku kakaknya jika mengetahui bahwa aku ini mantan pelacur?

Intinya aku tetap bersyukur seperti apa pesan Ibu kepadaku. Walaupun aku hanya sebatang kara, di kota orang pula. Ah, tidak! Pak Hardjo kan sudah memberi tahu agar aku menganggap mereka seperti keluargaku sendiri. Tapi jika rahasia hinaku ini terbongkar, apa mereka akan tetap membiarkanku disini? Setidaknya ada Romi. Tetanggaku, teman kuliahku. Hmm.. apa Romi juga akan menerima aku sebagai temannya ya jika tahu aku mantan pelacur?

Ah Sintya! Otak kamu kok muter-muter disitu aja sih?

--

Tok..tok..tok...

"Iya, sebentar!" teriakku pada orang yang mengetuk pintu rumah pak Hardjo.

'Kenapa sih setiap aku melamun, ada saja yang mengetuk pintu?!' batinku pada si author.*loh?

"Eh, Romi. Ada apa, Rom?" tanyaku pada orang yang mengetuk pintu rumah Pak Hardjo. Iya, Romi orangnya.

"Keliling desa, yuk! Kamu kan belum tahu daerah sekitar sini." Ajak Romi.

"Waah.. mau mau!" jawabku kegirangan. Karena di rumahpun aku sendiri. Anin sedang pergi bermain bersama tetangga. Ayah-ibunya sedang mengontrol sawah yang mereka miliki.

--

"Kamu di Jakarta tinggal sama siapa Sin?" tanya Romi di tengah perjalanan kami memutari desa.

"A-ah, sendiri Rom. Kan aku udah bilang, orang tuaku udah ngga ada sejak beberapa bulan yang lalu." Jawabku seraya memandang langit. Menganggap ayah dan ibu ada di atas sana.

"Jakarta itu keras ngga sih?"

Kenapa Romi tanya seperti itu? Apa harus aku ceritakan kalau aku bekerja menjadi pelacur disana? "Hm, Jakarta itu nggak keras. Cuma buat yang nggak pernah ke Jakarta pasti nganggepnya begitu. Soalnya Jakarta itu kota metropolitan. Semua orang saling bersaing mendapat apa yang mereka mau. Entah gimana caranya."

"Oh gitu. Terus cara kamu bertahan hidup gimana?"

Deg!

Aku harus jawab apa? "M-m.. aku sih da-dapet uang saku gitu dari sekolah tiap bulan. Hehe." Aku tidak bohong! Aku memang dapat uang saku! Tapi itu tidak cukup jika digunakan untuk bertahan.

"Oh gitu." Jawabnya. "Yuk kesana! Itu taman yang cukup nyaman kalau dipake bersantai."

--

Mataku menjelajah setiap pemandangan yang terlihat dari tempat duduk di taman ini. Banyak bunga-bunga yang begitu cantik, anak kecil bermain disini-sana, mempertontonkan kebahagiaan yang mereka dapat bersama teman-temannya.

"Nih, cobain!" ujar Romi sembari menyodorkan es krim rasa vanilla kepadaku.

"Makasih."

"Kenapa?"

Like Angel Like Bi*chTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang