[6] WE = DIFFERENT

948 18 1
                                    

Hai! 

1693 words.

cukup? atau kurang? hehehe

baca dulu ajaa :)  

salam, Sintya.

--

Sesampai di rumah Pak Hardjo, aku langsung beristirahat. Entah mengapa aku merasakan lelah yang tak wajar hari ini. Ingin sekali rasanya segera memasuki alam mimpiku. Mimpi yang indah tentunya.

Tok.. tok.. tok.

"Aaarrghhh! Baru aja masuk alam mimpi, udah ada yang ganggu!" ujarku kesal karena ketukan pintu rumah pak Hardjo yang sangat menggangu momen santaiku ini.

"Iya, sebentar!" Teriakku dari dalam kamar, tidak perduli kedengaran atau tidak oleh tamu yang mengganggu itu.

"E-eh, Romi?! Ada apa?" tanyaku setengah kaget mengetahui Romi yang datang di siang menjelang sore seperti ini.

"Kamu udah makan siang, Sin?" tanyanya.

"Udah kok tadi di kantin. Ayo sini, masuk Rom." Jawabku sekalian menawari dia masuk ke ruang tengah rumah pak Hardjo.

"Emang tadi kamu ke kantin jam berapa? Aku nggak liat tuh." Tanyanya lagi setelah kami duduk di kursi ruang tengah.

"Hah? Ja-jam sebelasan sih. Kenapa?" jawabku seraya bertanya balik padanya.

"Ooh jam sebelas toh. Pantes aja aku nggak liat. Tadi aku ada matkul jam segitu." Jawabnya menjelaskan kepadaku.

"Loh? Emang tadi kamu ke kantin? Nyariin aku gitu?" tanyaku kebingungan.

"Iyalah aku ke kantin. Aku juga kan kepingin jajan. Gimana sih kamu, hehe. Nggak tuh. Siapa juga yang nyariin kamu. Kalo kata orang Jakarta, kamu ke-GR-an. Hahaha." Jawabnya bercanda.

"Hm. Terus ada apa kesini? Kamu tuh ganggu aku tau ga." Tanyaku kesal. Aku kesal kalau Romi meledekku seperti ini. "E-eh maksudku, tadi aku mau bocan. Tapi kamu dateng, ngeganggu. Gak asik! Huh!" jelasku canggung karena spontan melihat raut ekspresi Romi yang kelihatan tidak terima karena telah aku sebut 'pengganggu'.

"Bocan? Bocan apa? Tanyanya polos.

Tawaku meledak. 'Yang benar saja dia tidak tahu apa itu bocan?!' tanyaku pada diri sendiri. "Bocan itu.... Bobo Cantik, mas Romi Mahendraaa! Huahaha." Lagi-lagi, tawaku meledak dengan sendirinya. Jujur, aku tidak pernah tertawa selepas ini.

"Hm... Ya sudahlah terserah. Ini dimakan! Tadi aku lagi kepengen bubur kacang hijau, terus keinget kamu. Maksudku, aku kira kamu belum makan, jadi aku beli dua. Satu buat kamu. Dimakan ya! Aku pamit pulang, daah!" ujarnya sambil berlalu pergi.

"Romi, lo baik banget." Ucapku tulus. Aku tidak tahu ia mendengarnya atau tidak. Tapi seharusnya ia mendengar, karena aku mengucapkannya saat ia berada di ambang pintu. Tapi ia tidak menjawab, jadi ku simpulkan ia tidak mendengarnya.

"Andai aja lo tau kalau gue ga sepolos anak cewek yang lo pikir Rom, lo pasti nggak akan sebaik ini. Gue sangat-sangat tidak pantas untuk diperhatikan cowok sebaik dan selugu lo." Ucapku pelan menatap punggung Romi yang mulai menjauh.

Segera ku tutup pintu rumah Pak Hardjo.

"Gue gak lebih dari seorang pelacur murahan."

--

ROMI POV

Jujur saja, jam terbang kuliahku yang menumpuk menjadikanku lelah. Sangat lelah dan juga penat tentunya. Ditambah lagi tidak melihat Sintya di kampus beberapa hari membuatku merasa seperti ada yang hilang.

Like Angel Like Bi*chTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang