[4] NEW LIFE

1.6K 29 0
                                    


akhirnya si Sintya memulai kehidupan barunya! yuk doa berjamaah biar ngga ada kesusahan lagi diidupnya! kesian, mantan bitchy. 

ENJOY AND PLEASE LEFT THE STAR!

-- 

Setelah berusaha keras dan berperang melawan Ujian Nasional, aku mendapatkan upah yang sepadan. Aku meraih nilai UN tertinggi di sekolahku ini. Ayah dan Ibu pasti tersenyum di atas sana. Tapi apakah mereka tetap tersenyum jika malam hari menghampiriku? Entahlah, mereka pun tahu aku tidak ingin melakukan hal hina itu. Namun jika tidak, darimana aku mendapatkan uang? Oh, Ayah, Ibu... aku ingin memelukmu..

Aku bingung haruskah membawa semua pakaian terbukaku untuk di perkuliahan nanti? Aku ragu.

Setidaknya aku telah menemukan tempat untuk live in¸ ya aku harus live in di kota itu, dan aku harus membiayai hidupku sendiri. Aku tidak mempunyai keluarga di kota Jogjakarta.

"Semoga kehidupanku disana tidak sekelam hidupku yang lalu, amin!" batinku seraya memanjatkan doa dan melangkahkan kakiku ke dalam bus Jakarta-Jogjakarta. Aku tidak memiliki banyak uang sehingga harus naik pesawat. Membeli tiket bus pun, secara tidak langsung sekolah yang membiayai. Maksudku, nilai ujian tertinggiku kemarin membuahkan hasil sehingga sekolah memberiku cukup banyak uang sebagai bentuk penghargaan.

--

16 jam bersandar di kursi bus karena keadaan jalan yang macet bukanlah hal yang enak. Percaya itu.

Akhirnya aku sampai di kota Jogjakarta. Kota baruku, lingkungan baruku, kehidupan baruku. Happy reborn, Sintya Putri.

Brukk!

'Hmm, baru sampai di kota orang, sudah tabrakan sama cowok. Ftv banget.' Gerutuku dalam hati.

"Ma-maaf, maaf. S-saya t-tidak sengaja." Ujar laki-laki itu dengan gugup.

'Yaelah gugup banget. Emang aku nyeremin?' tanyaku dalam hati. "Iya, ngga apa-apa, hehe." Dia tersenyum. Hmm, senyumnya manis. Pria itu bertinggi sekitar 175cm, memakai kaca mata, dan... terlihat sekali seperti orang kampung. 'ndeso.

Baru dia ingin beranjak pergi, aku tahan pergelangan tangannya.

"Ada apa?" tanyanya.

"Saya pengen nanya. Mungkin kamu tahu alamat ini dimana. Saya baru datang dari Jakarta." Jawabku sembari menunjukkan alamat yang terpampang di layar ponselku. Aku tidak ragu atau takut bertanya dan menjelaskan kepadanya bahwa aku adalah orang baru disini. Aku percaya, dia bukan orang jahat. Ya, terlihat dari penampilannya itu.

"oh, ini dekat dengan rumah saya. Kamu mau kesana? Kita bareng aja." Jawabnya.

'modus! Eh tapi lumayan sih'. "Oke." Jawabku singkat.

--

Kami—aku dan entah siapa nama lelaki ini menaiki angkutan umum berupa bus yang pastinya akan menuju alamat rumah live in-ku.

"Nama lo siapa?" tanyaku. Nggak enak juga udah di tolongin tapi ngga tau namanya.

"Oh, aku Romi." Jawabnya ramah sembari menjulurkan tangannya untuk ku jabat.

"Sintya." Jawabku seraya membalas jabatan tangannya. "Oh iya Rom, makasih ya, udah mau anterin gue."

"Nggak apa-apa. Ini kan aku juga sekalian pulang. Rumah yang kamu tempati itu cuma terpisah sama lapangan dari tempat tinggalku. Rumahnya besar. Kamu keluarga mereka?"

"Ah, ng-nggak. Gue live in disana. Gue mau ngampus di UGM tapi nggak ada tempat tinggal. Jadi, ya gitu." Jelasku. Yang dijelaskan hanya manggut-manggut sambil mulutnya membentuk huruf o.

Like Angel Like Bi*chTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang