[2] IT'S LOVE?

2.3K 23 1
                                    

Hubunganku dengan Davin baru berjalan sekitar satu minggu. Davin membuatku benar-benar merasakan apa arti dicintai. Tak ada tanda-tanda darinya kalau ia mempermasalahkan masa laluku. Sempat aku berfikir, kalau Davinlah yang akan menjadi satu-satunya labuhan hatiku.

Sungguh, Davin memperlakukanku bak seorang ratu. "Ratu di hatinya." Begitulah kira-kira sebutannya.

Aku tidak lagi bekerja di bar-bar. Aku juga sekarang bisa membiayai hidupku karena bantuan Davin. Pernah ku katakan padanya untuk tidak usah memberikanku uang setiap hari yang gunanya membeli makanan dan keperluan sebagai seorang wanita. Tapi Davin malah membantah. Dia bilang, dia tidak ingin kekasihnya itu, alias aku jatuh ke dalam lingkungan pria yang hanya haus akan nafsu. Makanya ia dengan sangat royal membantu kehidupanku.

Davin memang seorang laki-laki yang lahir dari keluarga yang dibilang cukup mampu. Apalagi ia adalah anak bungsu keluarganya. Itu membuatnya bisa mendapatkan apa saja. Ayahnya bekerja sebagai PNS, dan ibunya adalah seorang guru sekolah yang cukup elit di Jakarta.

Kadang aku berfikir apakah Davin benar-benar tulus mencintaiku? Namun hari-hari yang kujalani dengannya tidaklah menunjukkan bahwa ia main-main.

Drrrttt...

Ponsel ku bergetar membuatku tersadar dari lamunanku. Segera ku raih ponselku dari atas meja samping tempat tidurku.

Aku hanya tersenyum membaca pesan tersebut.

Davin R : kamu di rusun kan Sin? Prepare ya. 15 mnt lg aku smp. Aku mau ajak km ke suatu tmpt.

Begitu isi pesan singkat Davin kepadaku. Segera aku mengganti baju. Aku sudah mandi tentunya karena waktu sekarang menunjukkan pukul 7.40. aku memadu madankan pakaian yang ingin ku kenakan saat bertemu dengan Davin. Tentu aku ingin terlihat cantik di depannya.

Sekarang aku sudah berdiri di depan kaca yang menempel pada lemari pakaianku. Aku mengenakan blouse tanpa lengan berwarna merah menyala dan rok hitam rample yang panjangnya hanya sebatas lutut. Tak lupa wedges hitam dengan hak setinggi 7cm.

Aku berani memakai pakaian seperti ini karena aku tahu, Davin pasti menjemputku dengan mobil jazz hitamnya. Setiap kali aku bepergian dengannya, dia selalu membawa mobilnya itu. Lain kalau ke sekolah. Ia hanya menggunakan motor besarnya karena tidak ingin terlihat pamer.

Aku bersekolah di yayasan swasta. Yayasan tersebut merupakan yayasan yang cukup terkenal. Bayaran sekolah memang agak mahal bagiku. Namun karena aku selalu bisa mendapatkan peringkat pertama di kelas tiap tahunnya, aku dengan mudahnya mendapat beasiswa full setiap tahun. Itu yang membuatku berani untuk bertahan di sekolah tersebut.

Davin R : aku udh smp nih. Km keluar ya syg.

Pesan dari Davin itu membuat jantungku berdebar-debar kegirangan. Padahal aku sering mendapat embel-embel sayang dari setiap pelangganku. Tapi entah kenapa, jika Davin yang menyebutnya aku merasa ada yang beda. Mungkin karena dia tulus kepadaku.

Segera aku turun menemui Davin. Rusunku berada di lantai 3. Membuatku keringetan setiap kali aku ingin pergi keluar rusun.

Aku lihat Davin berdiri di depan pintu mobil bagian penumpang dan melemparkan senyum miringnya yang akhir-akhir ini membuatku mabuk kepayang.

"Beautiful night with beautiful woman. How lucky i am?!" seru Davin seketika aku berdiri di hadapannya.

Aku hanya tersipu malu dengan ucapannya tersebut.

"Siap untuk date malam ini, babe?" tanya Davin yang lagi-lagi menggodaku dengan senyuman yang... ah sudahlah Davin! Jangan menggodaku dengan seperti itu!

"Date? Of course i am." Jawabku semanis mungkin agar tidak terlihat salah tingkah di depan pacarku ini.

"Silakan masuk tuan putri..." seru Davin lembut sambil membukakan pintu mobilnya untukku. Ini bukan hal yang pertama kali dilakukan Davin terhadapku.

Tetapi kenapa aku selalu deg-degan tiap diperlakukan seperti ini oleh Davin?! Rasanya jantungku seperti berjoget-joget dangdut.

Hendak aku melangkahkan kaki kiriku masuk ke dalam mobilnya,

"Wait... wait..." perintah Davin. Aku hanya menatap Davin dengan bingung.

Cup!

Astaga! Seketika pipiku memanas! Davin mencium pipi kananku! Entah mengapa jantungku semakin berjoget dangdut diperlakukan seperti ini. Tidak bisa diajak kompromi memang!

"Dasar! Curi-curi kesempatan aja kamu!" ledekku segera masuk kedalam mobil. Dan Davin pun segera menutup pintu mobilnya dan berputar ke arah bangku pengemudi.

Masuk ke dalam mobilpun Davin masih terkekeh geli karena melihat ekspresiku yang mungkin sedang menggambarkan aku kesal. Tapi senang sebenarnya. Hehe..

"Jangan ngambek gitu deh, aku cium lagi loh..." goda Davin.

"Daviiiin!!!!" teriakku sambil memalingkan muka ke arah jalanan yang lurus.

Davin masih saja terkekeh geli meliriku sambil berusaha fokus menyetir.

Hening... aku benci keadaan awkward seperti ini.

Kenapa Davin tidak membuka pembicaraan diantara kami? Padahal perjalanan sudah lima belas menit berlaju.

Tapi dia masih saja senyum-senyum dengan istilah smile evil. Aku bingung dia kenapa.

Dengan terpaksa aku harus membuka pembicaraan ini. Daripada harus diam sampai entah kapan.

"Kita mau kemana?" tanyaku datar. "Tenang aja, pasti kamu suka." Jawab Davin yang lagi-lagi mencetak smile evil di bibirnya yang tipis itu. Aku tidak menjawab. Hanya menghela nafas kasar saja.

Perjalanan kami sudah memakan waktu dua puluh menit semenjak pembicaraan kami tadi. Yang jika di total sudah memakan waktu tiga puluh menit dari rusunku. Entah mengapa aku merasakan bad feeling saat ini.

"Kita mau kemana sih? Kok jauh banget?" tanyaku gusar. "Iya dong. Biar lo ga bisa kabur." Jawab Davin seenteng mungkin yang lagi-lagi mencetak senyum evil di ujung bibirnya.

Kok? Davin kok berubah jadi sebut lo-gue? Perasaanku makin cemas tak berarah. Entah mengapa aku menjadi takut seperti ini.

"Davin lo mau bawa gue kemana?! Turunin gue disini!" perintahku setengah teriak karena ketakutan terhadap Davin. Davin tidak merespon.

Aku tetap cemas. Aku takut.

Lima menit berlalu lagi, Davin memarkirkan mobilnya rapih di lapang parkir. Aku tidak tahu ini dimana. Aku tidak memperhatikan jalan sedari tadi. Sial!

"Kita dah sampe. Ayo cepet keluar!" Bentak Davin.

Segera aku keluar dari mobil. Davin menarikku secara paksa agar segera masuk ke dalam tempat itu. Aku tidak tahu ini dimana. Dan mengapa Davin menarikku secara kasar seperti ini? Aku hanya bisa menjerit karena cengkeraman Davin yang lumayan sakit di lenganku. Aku melihat sekeliling dan menemukan plang besar yang mencetak tulisan di papan tersebut.

HOTEL...

----

tbc ya guysss.... kira-kira si Davin mau ngapain tuh? jahat apa baik? hmm... jangan siders donggg, aku di watty new looh. jangan di galakin yaa.. please vomment :) 

Like Angel Like Bi*chTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang