Bagian Delapan

116 23 8
                                    

Hari ini seperti biasa, gue mengawalinya dengan santai. Berpakaian seragam yang menurut gue 'rapi', sepatu jenis running yang didominasi warna hitam dan dipadukan dengan sedikit warna merah. Nggak lupa, gue menata rambut gue persis seperti Lucas Piazon karena gue sangat nyaman dengan gaya rambut seperti ini.

Gue bergegas menuju ruang makan dan langsung menyantap roti bakar buatan Mama. Gina pun ikut menyantapnya di samping gue, begitu juga dengan Papa.

"Kamu hari ini TO, kan, 'kak?" tanya Mama membuka pembicaraan.

"Iya, Ma."

"TO apa hari ini, kak?" tanya Papa.

"Kimia sama Bahasa Indonesia, Pa."

"Pasti nggak belajar, deh," celetuk Gina.

"Yeeee. Kakak belajar kali ini, Gin. Tapi sedikit."

"Pasti hasilnya jelek."

"Huuush! Udah-udah, cepetan itu dihabisin rotinya, ntar kalian terlambat." Mama mencoba menghentikan cek-cok antara gue dan Gina. Karena pasti Mama udah tahu, kalau gue dan Gina udah mulai cek-cok, pasti nggak akan selesai dalam waktu singkat.

"Ayo, dek. Cepetan," ajak gue tepat setelah roti bakar buatan Mama habis gue lahap.

"Iya, bentar. Aku iket tali sepatu dulu, kak," balas Gina. "Ayo berangkat! Ma, Pa, berangkat dulu, ya!"

"Berangkat ya, Ma, Pa," ucap gue pada Mama dan Papa lalu mencium punggung tangan mereka.

Gue menaiki motor gue yang sebelumnya sudah gue panaskan lalu Gina pun ikut duduk di jok bagian belakang.

****

"Woy, Do!" sapa Kevin tepat setelah gue melepaskan helm gue dan mengibaskan rambut gue.

"Tumben lo dateng pagi."

"Kan mau TO, Do. Jadi gue sedikit lebih rajin."

"Hari ini Kimia, lho, Kev. Belajar nggak lo?" balas gue setelah turun dari motor dan langsung berjalan santai menuju kelas.

"Kimia?"

"Iya. Pasti lo salah jadwal lagi."

"Gue belajarnya Fisika, Do! Yah, Do! Lo nggak ngingetin gue, sih!" umpat Kevin yang setengah mengejar gue.

Gue terkekeh, "Vin, lo bukan bocah lagi. Nggak mungkin, lah, gue harus ngingetin lo jadwal TO. Lagian nggak lo catet, salah sendiri."

"Tapi nggak pa-pa, deh. Gue masih bisa handle kalo Kimia."

"Yoi, jago!" gue menepuk pundak Kevin. Salah satu yang gue suka dari karakter Kevin adalah, dia sosok yang percaya diri.

"Gue duluan, Vin!" ucap gue setelah sampai di depan kelas lalu menepuk bahunya.

"Yo!"

****

"Tumben lo rajin, Van." gue mengambil tempat duduk di samping Elvan. Karena diantara teman-teman dekat gue, cuma dia yang baru datang.

"TO terakhir, nih, Do. Jadi harus rajin," ucapnya lalu terkekeh. Lalu dia melanjutkan, "Kali ini lo belajar nggak, Do?"

"Belajar, lah! Gue juga nggak mau kalah rajin sama lo," balas gue yang terkekeh juga. "Tapi sedikit."

"Emang lo nggak pernah berubah," ucapnya menggelengkan kepala. "Tapi gue rasa mau lo nggak belajar atau belajar, lo tetep bisa handle. Dan gue pikir, lo tipikal orang yang cerdas, deh, Do."

Back to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang