Perkenalan (RITUAL)

122 4 0
                                    

Seorang gadis kecil sedang berjalan beriringan dengan orang tuanya melewati lorong gelap dan panjang, meski sudah di bantu dengan cahaya obor sebagai penerang
Gadis itu tidak pernah melirik kanan kiri atau melepas tangannya dari gaun ibunya karena dia terlalu takut

Sampai mereka di depan pintu yang di jaga oleh 2 barisan penjaga yang kira-kira berisi 10 orang per baris

Ngekkkk..
Pintu itu terbuka dari dalam

Mereka berjalan memasuki ruangan di balik pintu itu
Gadis kecil itu semakin takut dan semakin mendekat kepada ibunya
"Tak apa sayang," ucap ibunya sambil mengelus puncak kepala gadis itu

"Yang Mulia Raja Alric," ucap ayah dari gadis kecil itu
"Yang Mulia Raja Voran," ucap seorang laki-laki dewasa
"Salam," ucap Yang Mulia Raja Voran dan istrinya Yang Mulia Ratu Kassia sambil sedikit menunduk
Yang Mulia Raja Alric hanya mengangguk
Terlihat seorang anak laki-laki seumuran dengan gadis kecil tadi sedang duduk di sebelah wanita dewasa yang tak lain adalah ibunya Yang Mulia Ratu Eliana

Raja Alric melirik ke arah gadis kecil yang terlihat ketakutan, lalu mengajaknya untuk mendekat padanya.
Gadis itu ragu untuk mendekat tapi ibunya mengganggu menyetujui gadis itu berjalan pelan dengan ragu.

Saat sampai di depannya, Raja Alric menunduk untuk menyamakan tinggi mereka
"Siapa namamu manis?" tanya Raja Alric sambil menggenggam tangan kecil itu.
"Catrion Kynthia," jawab gadis itu dengan suara lembutnya, Raja Alric tersenyum lembut pada gadis itu dan gadis itu membalasnya dengan senyuman manis khasnya.
Anak laki-laki yang tadi duduk di sebelah Ratu Eliana, sekarang berdiri di sebelah ayahnya.
"Kau tahu? Ini anakku Zeroun Laviner," ucap Raja Alric sambil merangkul pundak anaknya.
Catrion dan Zeroun saling menatap
Tatapan mereka kosong tapi mereka saling menatap.
"Apa kau siap Catrion?" tanya Raja Alric.
"Untuk apa?" tanya Catrion lugu, di belakangnya sudah berdiri ayahnya, Raja Voran yang menggeleng pada Raja Alric,  Raja Alric yang mengetahui maksud gelengan itu langsung mengangguk lalu menatap kedua anak manis itu bergantian.
"Kemarilah" ucap Ratu Eliana, kedua anak itu menoleh.
Zeroun melangkan mendekati ibunya sedangkan Catrion masih berdiri di tempatnya.
"Kemarilah sayang," ajak Ratu Eliana sambil menggerakkan tangannya mengajak Catrion mendekat.
Catrion menurut berjalan perlahan menuju Ratu Eliana dan berdiri di sebelah Zeroun
Mereka saling menatap tapi saling mengisyaratkan ketidaksukaan masing-masing, lama kelamaan mereka sadar di dahi mereka terdaat simbol yang berlawanan.
"Zeroun naiklah ke sana," ucap Ratu Eliana lembut sambil mengelus puncak kepala lalu menunjuk sebuah tempat tidur putih di sebelah kanan Ratu Eliana, Zeroun tersenyum lalu menurut.

Setelah memastikan Zeroun naik ke atas kasur itu, Ratu Eliana menoleh pada Catrion dan tersenyum lembut.
"Catrion yang ada di sana," ucap Ratu Eliana sambil menunjuk kasur di sebelah kirinya, Catrion tersenyum lalu menurut.

Raja Alric berdiri diantara dua kasur itu, Raja Voran, Ratu Kassia, dan Ratu Eliana menatap ke dua anak itu sendu.
"Kita sudah tau apa resikonya jika gagal, meski begitu kita tetap menjalani ini semua," ucap Ratu Kassia lirih, suaminya yang ada di sebelahnya menenangkan istrinya.
"Ini untuk kebaikan Catrion jika berhasil ia akan selamat, meski mengorbankan Zeroun sebagai gantinya ... Ratu Eliana," panggil Raja Voran .
"Ada apa?" sahutnya lembut sambil melempar senyum hangat
"Kami minta maaf jika..." belum selesai Ratu Kassia berbicara.
"Tidak, kita belum tahu hasilnya jangan cepat putus asa, kita masih punya harapan untuk Zeroun dan Catrion..." ucapannya terputus sebentar,
"meskipun gagal setidaknya mereka tidak akan mendapat kutukan dari tanda di kening mereka." Lanjutnya lirih karena membayangkan hasil terburuk dari ritual ini.
Raja Alric yang berada tidak jauh dari mereka bisa mendengar pembicaraan mereka, ia hanya bisa menahan kepedihan di hatinya jika ritual ini gagal.
Ia membuang pikiran itu jauh-jauh lalu memulai ritual ini.

Keluar cahaya dari simbol di kening kedua anak itu.
Langsung terdengar suara erangan dari kedua anak itu, para orang tua hanya menahan pedihnya mendengar suara erangan dari kedua anak itu.
Tidak ada yang ingin bicara karena mereka hanya ingin tau apa hasil ritualnya.

Uhhukk..
Raja Alric terbatuk

Uhhukk Uhhukk
Ia terbatuk lagi tapi tidak menggangu konsentrasinya pada ritual

Tiba-tiba ia memegangi jantungnya lalu jatuh berlutut.
"Yang Mulia," sahut Ratu Eliana sambil menghampiri suaminya.
Raja Alric masih melanjutkan ritual itu demi anak-anak yang sekarang masih mengeluarkan erangan kesakitan.
"Sedikit lagi" gumamnya kecil tapi masih terdengar oleh Ratu Eliana.

Uhhukk
Keluar darah dari mulut Raja Alric
Ratu Eliana sangat khawatir dengan suaminya, berinisiatif membantu suaminya
"Jangan ... Biar akh uhukk." Raja Qlric terbatuk lagi, Ratu Eliana membantu suaminya.
"Yang Mulia Raja Voran dan Ratu Kassia, jika kami tidak selamat ... Kami titip Zeroun kepada kalian," ucap Ratu Eliana sebelum ikut membantu suaminya.
Raja Voran dan Ratu Kassia mematung.

"AARRGGHH..." erangan empat orang itu bersamaan dengan cahaya yang memakan mereka berempat, Raja Voran dan Ratu Kassia membalakan mata.
Tak lama cahaya itu menghilang, meninggalkan Raja Alric dan Ratu Eliana yang sudah terkulai lemas,
Raja Voran dan Ratu Kassia segera menghampiri mereka.
"Yang Mulia! Yang Mulia!" seru Raja Voran dan Ratu Kassia yang mengguncang tubuh keduanya, tapi tidak ada respon.
Raja Voran mengecek nadi Raja Alric dan Ratu Eliana.
".lMereka meninggal," ucapnya lirih.
"Anak-anak!" sahut Ratu Kassia lalu berdiri menghampiri Catrion yang masih menutup mata, ia tersenyum melihat lambang di kening anaknya.
"Sayang...," ucapnya lembut sambil mengelus puncak kepala Catrion,
Catrion menggeliat lalu membuka mata.
"Ibu...." Suaranya parau, Ratu Kassia memeluknya erat.
Raja Voran menghampiri Zeroun yang baru bangkit dari tempatnya.
"Zeroun" ucap Raja Voran dengan penuh wibawa.
"Dimana ayah dan ibu?" tanyanya parau, lalu melirik sekeliling.
Matanya menangkap pemandangan yang mengiris hatinya.
"Ayah!" serunya sambil berlari menghampiri jasad ayahnya.
"Ibu!" ia mengguncang tubuh ibunya.
"Mereka kenapa? Kenapa mereka tidak bangun?!" pekiknya.
"Zeroun," panggil Raja Voran sambil mengelus punggung Zeroun.
"Mereka kenapa?" ulang Zeroun dengan nada dingin.
"Mereka sudah meninggal," ucap Raja Voran lemah, mereka meninggal karena ingin menyelamatkan anaknya dan mereka juga mengorbankan anak laki-laki tunggal mereka.
Zeroun menahan amarahnya dengan mengepalkan tangannya lalu berdiri
Ia berbalik menatap gadis yang sedang berada dipelukan ibunya.
"Kau.." gumamnya pelan lalu pergi meninggalkan mereka semua.


110916

Curse SymbolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang