3

988 67 9
                                    

"Sudahlah Ran... Apa yang kau tangisi? Aku kan sudah bersamamu di sini!" Shinichi mengeratkan pelukannya pada Ran.

Gadis berambut cokelat panjang itu sedikit mendongak untuk menatap Shinichi. Jemari - jemari pria yang sedang memeluknya itu terangkat. Menghapus bulir - bulir menyakitkan dari air mata Ran.

Ia yang masih sesenggukan memberhentikan tangisannya ketika bell berbunyi dengan nyaring. Menyambut kerumunan siswa yang mulai memsuki kelas masing - masing.

"Shinici.... Sepertinya.... Aku mencintai Conan! Hiks..."

Ran terbata mengucap kata yang membuat Shinichi tersentak kaget. Ia dengan tergesa melepaskan pelukannya pada Ran dan dengan kasar menempelkan punggung Ran ke tembok sekolah.

Semilir angin menerbangkan anak - anak rambut dari sepasang insan ini. Begitu terkejut hingga tubuh Shinichi terguncang dengan kata - kata Ran. Apa yang dikatakan oleh gadisnya tadi? Hal bodoh apa ini?

***

Kaki itu mengayun sesuai irama dari lagu yang didengarkannya. Lagu nan lembut yang berasal dari ruangan music terbuka tepat di bawah atap ini.

Lagu ciptaan klub music ringan itu begitu menyentuh perasaannya. Hingga kemudian ia menarik nafas dalam untuk menetralkan kembali perasaannya.

Sera memandang langit. Berangan - angan andai dirinya bisa terbang sebebas burung nuri dan setia dengan pasangannya layaknya burung merpati. Ia ingin. Namun tak bisa. Atau mungkin tak mampu.

"Sejak SMP. Aku menyukainya. Meski bgitu, aku selalu tabah untuk melihatmu bersama gadis itu. Namun aku sakit hati. Walaupun kenyataannya aku hanya diam tanpa kata. Dan selalu mengadukan kesedihanku pada angin."

Ia menatap nanar pada foto di wallpaper handphone miliknya. Seorang pria tampan berambut hitam dan menggenakan setelan jas biru. Jas yang sama dengannya, menandakan jika pria itu teman satu sekolahnya.

"Aku benar - benar menyukaimu." Lirihnya.

****

"Kudo-kun!!!"

Sebuah e-mail masuk di dalam hand phone yang baru saja ingin dimasukkannya ke kantong. Ia segera membalasnya secepat kilat tanpa suara.

"Apa?"

Kemudian getaran di sakunya kembali membuat Shinichi terusik. Itu memandakan jika sebuah panggilan masuk. Ia mencak - mencak tak jelas di bangkunya. Kemudian berdiri dan mohon izin untuk keluar sebentar pada gurunya.

"Ku......" Belum sempat orang di seberang sana berbicara, Shinichi sudah dengan cepat memotongnya.

"Kau mengganggu jam belajarku Haibara!" Kata Shinichi.

"GOMENASAI! Tapi sungguh. Ini darurat. Gin dan Vermouth, dua belut itu. Mereka kini mencari - cari keberadaan Conan Edogawa di Amerika. Kau tau?! Meskipun Vermouth sudah tau identitasmu, ia masih belum percaya dengan obat yang bisa mengembalikanmu ke wujud Shinichi Kudo! Satu lagi, Ran dan Ayumi tadi berkata hal yang mengejutkan padaku....."

Haibara menarik nafasnya sebentar. Sedangkan Shinichi menunggu dengan tatapan takut dan kaki yang mondar - mandir. Ia sungguh - sungguh gelisah.

"Yang dikatakan Ran sepertinya kau sudah tau. Bahwa dia mencintai Conan. Namun Ayumi!" Orang di seberang sana sedikit membentak.

"Apa? Cepat katakan. Ne, jangan membuatku mati penasaran!" Ucap Shinichi cepat - cepat.

"Dia mencintaimu!" Jawab Haibara.

"Aku tau dia mengagumi Conan. Sudahlah tak penting!" Hampir saja sang Detective menutup sambungan telepon mereka kalau saja Haibara tidak mencegahnya.

"Matei yo Metantei-kun. Aku belum selesai!" Sergah Haibara cepat.

"Cepat!" Shinichi berkata tak sabar.

"Dia mencintai SHINICHI!" Lanjut Haibara menekankan pada nama pria yang sedang berdiri di koridor ini.

Mysterious EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang