10

748 30 5
                                    

Suatu pengorbanan patut dikatakan layak walaupun baru maju selangkah dan kemudian gugur. Ketulusan dan rasa percaya diri yang dapat mengimbangi dan menyemangati setiap helaan nafas seorang pengorban.

Sama seperti sunggingan senyum tipis yang diambil pemuda ini. Dengan rasa percaya dirinya melangkah menuju gedung tua bercat putih kusam itu.

Ia mengalihkan pandangannya menuju laut dekat gedung. Senyumnya semakin melebar. Melihat fenomena fatamorgana jellyfish berwarna biru terang. Itu yang simaksud dengan Syphire. Warna biru laut yang sama dengan indahnya mutiara biru sapphire. Hanya disini tempatnya.

"Kriiieeettt...."

Suara pintu berdecit nyaring, deburan ombak berkejar - kejaran, diiringi dengan hembusan angin yang menerpa wajah Shinichi menjadikannya semakin yakin. Akan hipotesa yang disusunnya sudah pasti benar.

Kakinya melangkah ke dalam ruangan yang diapit oleh bidang miring. Dimana semakin menyempit di setiap sisinya. Terlihat jauh dan menanjak, namun letaknya akan sama saja di lantai satu. Hanya lebih tinggi beberapa inchi. Ilusi mata.

Shinichi menengok ke arah jendela luar kemudian membukanya lebar - lebar. Ia mengesampingkan beberapa kayu yang berhasil menusuk tangan putih pucatnya. Menengok ke bawah dan melihat sebuah tali. Tali temali yang digunakan gadisnya untuk meninggalkan gedung ini.

Jam sudah menunjukkan pukul 05.58 Am. Waktu yang tepat untuk menatap indahnya matahari terbit. Sembari sedikit mengeluarkan beban fikiran. Konflik hidup yang tak mampu dipahami hanya dengan sekali baca.

Hidup itu pilihan, bukan keberuntungan seperti gelindingan dadu. Tidak semua kehidupan penuh cobaan. Maka, ketika manusia sudah memilih, maka akan dilanjutkan dengan melakukan perjuangan. Untuk mencapai apa yang telah ditakdirkan.

".....5....."

Jam digital berwarna merah itu mulai berjalan lagi sesudah tadinya berhenti sekejap. Ia tahu bahwa ini akan segera terjadi. Namun tetap menutup matanya dan merentangkan tangan dalam diam.

".....4....."

Apa ini pilihannya? Mungkin iya. Semuanya akan berakhir sampai di sini. Bersama dengan sunggingan senyum misterius, mata penuh makna, juga cerita pelik yang dialami selama ini.

".....3....."

Kini dia berbaik. Apa untuk pergi? Apa dia akan mengurungkan niatnya untuk mwngakhiri semua ini? Jawabannya tidak. Hanya kini sinar mentari yang dipunggunginya membentuk siluet indah di depan sana.

".....2....."

Masih berdiri tegak berpijak pada dua kaki. Awan di langit terlihat jingga kelabu. Seakan meneriakinya agar berhenti. Cukup sampai di sini fikiran bodohnya.

".....1....."

Tidak. Kalian salah. Pria ini tetap keukeh pada keinginnannya untuk melanjutkan. Bahkan dagunya sudah ditegakkannya. Matanya terpejam. Nafasnya di tahan sedalam mungkin. Bukankah tak ada gunanya lagi ia bernafas?

".....Zero....."

Lirihnya disela tercekatnya tenggorokan kering. Itu.

*****

Pandangan mata gadis ini tak lepas untuk mengamati rumah seorang gadis penyihir bernama Akako. Ia harus tau apa yang terjadi. Pada tempat dirinya diculik dan disekap tadi.

Kini sudah terjadi. Sebuah moment indah yang menyambut datangnya mentari pagi. Sebuah keadaan yang membuat Anokata akan tersenyum penuh kemenangan.

"DUARRR...."

Tak ada lagi yang namanya 'Silver Bullet'. Yang ada hanyalah puing - puing tubuhnya yang bercecer bersama hancurnya bangunan dengan Bom itu.

Tak ada lagi yang bisa menusuk jantung organisasi. Kini ia sudah lenyap. Menyatu dalam kobaran besar api. Tiada yang bisa menyelamatkannya.

Tak ada lagi yang akan bisa memberikan pelukan hangat penuh ketulusan untuk Ran. Yang ada hanya kepiluan luka yang begitu menyayat.

Tak ada langi yang kini menorehkan tinta ceria kehidupan di hati gadis ini. Yang masih hanyalah kenangan duka.

Kadang semua orang akan berfikir. Kenapa takdir berkata lain dengan apa yang kita inginkan?

"Shinichi...Daiski des.... Semoga dikehidupan yang akan datang kita berjodoh dan bersama. Jaa-nee.... Metantei Kudo Shinichi." Ucap Ran di sela tangisannya.

Conan menatap iba pada Ran dan Sonoko. Kedua gadis itu berpelukan dan saling terisak satu sama lain. Menangisi kepergian orang yang penting dalam hidup mereka.

Tapi tak bisa dipungkiri. Conan tersenyum. Sebuah senyum penuh tanda tanya.

"Meski kamu sering mengecewakan Ran. Tapi aku sadaf kamu mencintainya. Padahal aku ingin merelakan Ran untukmu. Hei... Kenapan kau mati Metantei Bodoh?" Bentak Sonoko pada puing - puing rumah yang telah hangus terbakar.

Sebuah kertas melayang dan kemudian mendarat di depan mereka. Tulisan dengan tinta hitam pekat. Dengan buliran puing - puing bangunan. Kertas dari Kudo Shinichi yang diterbangkan sebelum menemui ajalnya.

"KARENA KITA TIDAK BISA MELAWAN TAKDIR"

#FIN#

Kalian tau makna sebenarnya kehidupan? Hidup itu menyulitkan manusia. Tak ada yang tau apa yang terjadi untuk kedepannya. Karena Kemarin adalah sejarah. Sekarang adalah hadiah. Dan besok adalah misteri.

Mysterious EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang