The Epilog

1K 53 26
                                    

Sebuah batu makam terlihat begitu rapi. Dengan ukiran nama indah di atasnya. Bukan. Seharusnya bukan nama itu yang tergores. Jika saja dirinya tau bahwa saat itu pemudanya ada di dalam sana. Ia pasti akan dengan senang hati menggantikan posisinya.

Ketika ia sadar saat itu, ia ada di dalam marcasuar. Bersama dengan Sonoko sahabat baiknya. Tak ada siapapun selain mereka. Meski ia mendengar suara tembakan beberapa kali, namun tak ada diantara mereka yang terluka. Jangankan terluka, tergorespun tidak.

Ran ingat jika awalnya ia bersama dengan Conan. Namun benar - benar ajaib. Conan hilang bersama dengan kematian seorang Shinichi di umurnya yang begitu belia. Tak ada lagi dua pria jenius itu.

Ikatan bunga mawar serta pula daisy yang terlihat begitu ranum diletakkannya di atas batu makam. Bahkan sebuah surat dengan amplop biru lautnya diletakkan bersama bunga tadi. Berharap di alam sana Shinichi bisa membacanya.

"Bulan depan aku akan menikah dengan Araide-Sensei. Kuharap kau dapat menerima keputusanku. Meskipun aku......" Jedanya sesaat.

Sebelum mengucapkan kata berikutnya, angin menerpa rambut cokelat Ran. Memain - mainkannya di udara bersama beberapa kelopak sakura yang melayang. Ia mendekatkan bibirnya ke batu makam.

"......Masih benar - benar mencintaimu. Kuharap kau mendengarnya..... Kudo Shinichi-kun."

Gadis rapuh ini kemudian bangkit setelah mengucapkan beberapa doa puja untuk Shinichi. Ia bergegas pulang melihat pekatnya awan di atas sana.

*****

"Taka...Taka...Taka...."

Bunyi kereta itu mengagetkan Ran dari lamunan panjangnya. Bahkan tak sadar jika tangannya menggenggam suatu benda asing. Benda yang selama ini benar - benar dicarinya.

Gantungan HP berbentuk boneka milik Shinichi yang sepasang dengan Ran. Dia sendiri yang membuatnya. Namun seingatnya gantungan ini masih ada bersama Shinichi. Namun dia begitu senang hingga melupakan point penting ini.

"Perasaan apa ini?"

Debaran jantung Ran semakin dipercepat saat dirinya mulai bangkit dari duduknya. Ia tak tau apa yang terjadi. Tapi sangat nyaman. Dan seperti... ada Shinichi. Tapi tak mungkin. Bukankah pria itu sudah pergi?

Tak mengambil langkah pusing, Ran menenggelamkan fikiran tak jelasnya. Kemudian melanjutkan perjalanannya untuk pulang dengan kereta.

Di balik tembok stasiun seorang pemuda bersama rekan - rekannya tersenyum penuh arti pada gadis itu. Mungkin ia senang melihat gadisnya pulang dengan selamat.

"Aku tak menyangka mereka menganggapku mati..." Ucap Shinichi pelan.

"Sandiwaramu bagus bung. Coba kalau tak ada Kaito. Kau tak mungkin selamat." Balas Heiji.

"Aku memang pahlawan. Tapi apa kau benar - benar merelakannya dengan Dr.Araide?" Tanya Kaito penuh penekanan.

"Bisa jadi." Cengiran khas Shinichi ditunjukkan.

"Tidak mungkin pria bodoh ini mengijinkan. Aku sudah berusaha menyamar menjadi Conan saat itu agar Anokata yakin jika Shinichi dan Conan adalah orang yang berbeda. Ck.. tidak menghargai." Umpat Haibara atau yang kini sudah menjadi Shiho.

"Tapi menyamar menjadi Sonoko itu pilihan yang tepat. Mudah sekali." Balas Akai yang menyender di mobil.

"Menjadi Ran dan dipeluk Akai itu menjijikkan." Balas anggota polisi rahasia ini. Tooru Amuro.

"Sudah... Terimakasih sudah menjadikan aku sebagai umpan yang membuat kencanku dan Sato-san batal." Balas Takagi yang kini sudah siap di belakang stir kemudi.

Mereka masuk ke dalam mobil. Dan lamorgini hitam itu berjalan menembus kemacetan kota tokyo. Bersama sebuah kasus 'mata elang' yang belum terselesaikan.

Mysterious EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang