7

471 36 4
                                    

Sebuah harapan memang layak tercipta di setiap hati manusia. Entah harapan yang akan tercapai, maupun harapan yang akan tetap tinggal sebagai harapan.

Mudah saja ketika harapan itu tak kunjung didapat. Ambil sebuah tali tambang. Ikat di langit - langit kamar. Dan kemudian kaitkan dengan leher sekencang mungkin. Atau saat benar - benat putus asa, raihlah sebuah pisau dapur. Hunuskan tepat di pembuluh nadi. Maka kedamaian akan terkabulkan.

Namun tidak dengan kedua gadis dan seorang anak kecil ini. Mereka sudah bersusah payah untuk membongkar kayu yang tak kunjung lapuk itu. Sudah beberapa kali pula kapak yang digunakan hampir melukai.

Tidak ada kata menyerah dalam kamus hidup Ran. Dia masih memiliki tugas sebagai seorang anak yang belum membahagiakan orang tuanya. Dia juga memiliki sebuah janji. Untuk menjaga malaikat kecilnya.

"Shinichi bodoh.. Gila. Gara - gara dirinya kita harus terjebak di sini. Karenanya hidup Conan dalam bahaya." Rintih Ran ditengah usahanya membongkar kayu.

Sonoko masih melongo tak percaya. Ran menyalahkan Shinichi hanya karena sebuah surat ancaman yang dibuat - buat oleh penculiknya.

-----

Kepada "MouriRan & SuzukiSonoko"

Hai, bagaimana keadaan malaikat kecil kalian di bilik hijau tadi? Kalian bisa membaca surat ini kan? Atau bomnya sudah meledak dan kalian tak sempat mengetahuinya?

Aku hanya ingin membuat tantangan bagi detective muda Kudo-kun pacarmu itu. Hahaha! Aku tak tau apakah dia mau melepaskan gelar detectivenya demi kalian, atau malahan nekat menerima jebakanku! Selamat bersenang - senang dengan bom ini.

-----

*****

Shinichi baru saja kembali kerumahnya sekaligus tubuh aslinya ketika ia mendapati gerbang depan terbuka. Apa ada seorang pencuri yang masuk ke sana? Bodoh! Di dalam sana hanya ada sekumpulan buku - buku milik sang maniak misteri.

Tidak. Tunggu dulu.

Jika ada pencuri yang masuk maka ia tak akan membiarkan jejaknya diketahui. Namun lain dengan yang ini. Jadi bukan pencuri. Mungkin saja orang yang dikenal Shinichi.

Bergegas pria tampan nan gagah itu memasuki rumahnya. Tak jauh dari rak sepatu di depan toilet, Shinichi menemuka secarik kertas terbengkalai. Hanya ada satu kata dalam kertas putih itu. 'SYPHIRE'.

Dahinya berlipat ganda, namun kemudian seulas senyum misterius melengkung. Senyum yang biasa ditunjukkan saat mengetahui sebuah jawaban dari pertanyaan - pertanyaan yang menggelayuti fikirannya.

"Rumah 'Nya' akan menjadi sasaran utamaku."

*****

Perasaan itu bukan sesuatu yang mudah dipahami. Bahkan dapat menjadi suatu hal yang terdengar mustahil di telinga setiap orang yang menangkapnya.

Egois mungkin patut disebut untuk diri gadis ini. Ketika ia mendapat sebuah foto dan membaca kembali goresan tangan diary usang itu, mulailah ia berfikir dua kali lipat. Bahkan ingin memiliki hati itu. Dua hati yang diidamkan.

Memang tidak mustahil untuk mendapatkan mereka berdua sekaligus. Edogawa Conan dan Shinichi Kudo. Jelas karena mereka adalah satu orang yang sama meski secara trik psikologis terlihat berbeda.

'Aku fikir Conan-kun tidak perhatian padaku. Namun tadi pagi ada sebuah hadiah kiriman untuku. Darinya. Berupa foto camping kami dengan beberapa teman - teman lainnya. Bahkan ada foto ketika aku mencium pipinya. Aku semakin menyanginya. 20/01.'

Fikiran Ayumi berkecamuk. Di setiap detiknya hanya tertinggal kebimbangan dan kebingungan untuk memutuskan. Wajar saja. Anak kelas 1 SD patut untuk menjadi egois. Mereka masih anak - anak. Memang, namun sebaiknya menentukan agar nantinya tidak menyisakan penyesalan.

"Aku bukan gadis bodoh yang mau memiliki keduanya. Kuputuskan untuk mencintai Shinichi-nii-chan. Seumur hidupku! Zutto!"

*****

Pandangan terasa gelap dan tak melihat apapun. Mungkin karena kelopaknya yang begitu berat untuk diangkan dan kepalanya yang terasa sangat pening.

Dapat didengarnya samar - samar suara kapak diayun - ayunkan ke arah kayu yang setengahnya sudah hancur. Sedikit lagi 'mereka' pasti akan keluar dari tempat terkutuk ini.

Pada beberapa saat yang lalu ia masih berjalan mengelilingi 'syphire', saat kemudian bau klorofom yang menyengat tiba - tiba menusuk hidungnya. Dan gelap.

Ketika saat ini kesadarannya berangsur - angsur pulih ia sudah terkurung di dalam syphire bersama kedua gadis dari SMA teitan ini. Dia tertipu mentah - mentah diantara kewaspadaannya yang begitu tinggi.

Dirinya yakin, gadis karate dan putri kongomerat pasti akan berhasil menyelamatkan diri. Ia rela sekalipun tidak dengan dirinya. Bukankah ia kemari karena ingin melanjutkan sang gadis pejuang?

Mysterious EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang