4

811 50 1
                                    

Haibara tengah mengutak - atik komputernya ketika Shinichi melesak masuk ke dalam lab ruangan bawah tanah profesor agasa tanpa permisi. Dia bahkan mengabaikan kaki kannya yang terlihat menbiru dansedikit terkilir.

"Haibara......"

Pria tujuh belas tahun itu duduk di sofa merah darah dekat sebuah almari kayu tua. Setelah memanggil orang tadi, Shinichi menunggu reaksinya.

Tidak seperti Shinichi, Haibara lebih memilih untuk tetap bertahan dengan tubuh kecilnya. Sepertinya ia jatuh cinta pada Mitsuhiko. Pria paling jenius untuk seumuran anak kelas 1 SD.

"Tidak punyakah kau sopan santu tuan Kudo Shinichi-kun?" Matanya masih menatap komputer. Sedangkan mulutnya berkata pedas.

"Berikan aku APTX 4869 lagi!"

Tenggorokan Haibara seperti tercekat saat mendengar Shinichi kembali meminta obat terkutuk itu setelah dirinya berhasil membuat penawar permanen.

Dengan wajah yang masih arogan itu, Haibara membalik kursi putarnya. Menghadap Shinichi dengan wajah seakan berkata "Kau bodoh ya!"

"Aku tau aku bodoh. Tapi sekalipun ini cara satu -satunya akan kulakukan. Aku harus berhasil menangkap 'anokata'. Lalu menyatakan yang sebenarnya kepada Ran!" Bentak Shinichi keras.

"Ho'oh... Jadi kau akan mengungkapkan perasaanmu lewat tubuh Conan?" Haibara menatap sarkastik.

"Mungkin." Jawab Shinichi lemah.

Dengan gerakan lambat, gadis ilmuan jenius itu menarik kotak bernomor tiga dekat komputernya. Kemudian mengeluarkan obat berwarna merah dicampur dengan putih. APTX 4869.

Gadis itu kemudian mengulurkan tangannya hati - hati. Ia terluhat tak rela saat memberikan itu. Entah mengapa Haibara tak ingin melihat wujud seorang Edogawa Conan lagi.

"Arigatou. Kau memang perempuan terbaik yang pernah kutemui. Setelah Ran."

Shinichi dengan girangnya berbalik. Ia menuju rumah yang berada tepat di sebelah rumah Profesor Agasa. Istana miliknya.

*****

"Ra...Ran-nee-chan...."

Sapaan lembut menggelitik telinga Ran yang sedang bersenda gurau dengan Sonoko dan Sera yang berhasil menghiburnya.

"CONAN?"

Dengan gerakan spontanitas, Ran menghambur memeluk Conan. Seakan melepaskan rindunya pada pria kecil 'miliknya' itu.

Tidak tinggal diam, Conan juga membalas pelukan hangat Nee-chan angkatnya. Ia benar - benar rindu akan hal ini. Rindu pada semua hal manis yang diberikan Ran pada Conan. Bahkan sempat terlintas di benaknya. Jika Ran benar - benar menyayangi Conan, kenapa dia tidak selamanya saja menjadi Conan?

"Hei bocoh mata empat! Gara - gara kau! Ran jatuh cinta padamu! Demi dirimu, dia mencampakan Shinichi suaminya." Gelak Sonoko yang dibarengi Sera.

"Benarkah?" Tanya Conan tersipu - sipu.

"Tentu saja tidak. Karena dia menyayangi dan mencintaimu sebagai adiknya. Dia tak ingin kehilangan dirimu. Apalagi Shinichi." Sergah Sera melanjutkan.

"Sudah - sudah. Conan-kun, aku sudah memasak Omurice kesukaanmu. Kau akan menginap di sini bukan?" Tanya Ran pada Conan.

"Ha...Haik." Jawab pria itu pasti.

"Bagaimana jika kita undang Shinichi? Bocah itu baru saja kembali kan?" Usul Mouri Kogoro tiba - tiba.

"Ehh?? Ke...Kenapa mengundangnya?" Ran bertanya seakan tak ingin itu terjadi.

"Jangan. Karena Shinichi-nii-chan kembali menangani sebuah kasus berat. Dakara...." Omongan Conan terputus hingga di sana. Tak mampu lagi untuk berdalih.

Semua menatap Conan dengan penasaran. Mereka menunggu bocah itu melanjutkan kalimatnya meski itu tak akan pernah terjadi karena Conan sudah kehabisan stok alasan.

"Biarkan saja dia. Yang penting Conan sudah kembali." Ucap Ran ceria yang disambut tatapan aneh teman - teman dan ayahnya.

*****

Skype milik Ayumi menyala dengan tampang dingin Haibara yang memenuhinya. Mereka sedang melakukan video call lewat laptop masing - masing.

Tangan kanan Haibara terlihat memegang cangkir putih berisi teh yang masih mengepulkan asapnya. Sedangkan ayumi memeluk boneka beruang pink yang diberikan Shinichi kepadanya ketika ulang tahunnya tahun lalu.

"Apa? Shinichi-nii-chan kembali menangani kasus? Akhh.. aku benci ini." Teriak Ayumi kencang.

"Sudahlah. Lupakan dia. Bukannya kamu mengagumi Conan?" Kata Haibara menenangkan.

"Aku memang mengagumi Conan..... Demo... Orewa... Shinichi-nii-chan daiski-des."

*****

Bau - bauan obat dan bahan kimia menyeruak masuk ke dalam hidung ketika mereka masuk ke ruangan pengap itu.

Ketukan dari setiap langkah yang diambil oleh sepatu hitam milik mereka terengar nyaring. Penuh kemisteriusan dan darah dingin yang dengan derasnya mengalir.

Seringaian jelas terlihat di bibir salah satunya yang berambut panjang perak. Jelas terlihat jika darah membunuhnya akan segera bangkit.

"Jadi Aneki, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" Selidik yang bertubuh gempal.

"Bunuh Sherry dan Kudo Shinichi!"

Mysterious EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang