MEET & GREET

1.2K 52 1
                                    




"Sorry ya Yan, kita kita telat . Kena macet di jalan, tau lah ibukota kaya apa"

"Iya bawel ,gue juga kena macet. Kenapa sih orang orang pada doyan beli kendaraan"

"Kok kalian jadi bahas macet sih?" Kata Asep memberhentikan mereka berdua agar tidak membahas kembali ke topik pembicaraan

Disinilah Adrian. Di rumah Asep, nama keren dari Andrea Joseph atau bisa dibilang markas untuk mereka .Mereka bisa menghabiskan waktu di sini hanya untuk main atau bahkan menginap karena Asep hidup sendiri dengan pembantunya. Orang tuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan

"Harusnya lo ngebolehin kita ngasih pelajaran sama mereka waktu mereka ngerusakin mobil lo di party gue" lanjut Asep

"Ini masalah gue, gue engga mau melibatkan kalian ke masalah gue"

"Lo tuh harusnya bersyukur ada kita, coba aja kita semalem engga ikut sama lo? Udah jadi rempeyek lo dimasukin kaleng kong wan. Kalau aja si tengil ini engga mesen McD dulu, kita engga bakal telat"Jawab Asep dengan menoyor kepala Josua

"Dia adek kelas gue. Gue udah kasih pelajaran di sekolah, tapi dia malah nantangin gue"

"Sebenernya, lo ada masalah apa sih sama mereka?" tanya Josua

"Cewe"

"Serius lo? Gue kira lo homo anjir"Kata Asep

"Gue masih waras bego" Jawab Adrian sambil melemparkan bantal di dekatnya

"Ya, habisnya kita engga pernah lihat lo sama cewe sih Yan. Kita udah ngenalin banyak cewe tapi lo tolak semua, bilang engga cocok lah, ketuaan lah"

"Ya iyalah anjir. Lo ngenalin cewe umur 40-an yang ada dikira dia tante gue anji**"

Tanpa kehadiran Adrian, Diana harus meminta kakaknya untuk menjemput sekolah. Beraerti Diana harus menunggu lagi sekitar 15 menit lagi atau bahkan bisa lebih jika kakaknya itu teralu malas untuk menjemputnya dengan berbagai alasan yang telah disiapkan untuk menamengi diri jika Diana sudah tidak bisa menahan amarahnya

Diana berjalan menuju kantin menunggu kakaknya, daripada menunggu di depan sekolah apalagi cuaca sedang panas luar biasa. Jika saja penjaga sekolah tidak segera mengunci kelasnya, mungkin ia bisa tidur terlebih dahulu di kelas. Katanya takut ada barang yang hilang, toh setiap hari juga ada bolpoint atau alat tulis lain yang hilang tanpa mengetahui siapa yang mengambilnya.

"Saya boleh duduk engga?" kata seseorang membuat Diana terlonjak

"Boleh"

"Lagi ngapain, Na?" tanya Aji

"Nunggu jemputan"

"Engga bareng sama Adrian?"

"Dia engga masuk"

"oh, jadi gimana?"

"apanya yang gimana?"

"Kamu sudah baca kertas di buku yang saya kasih ke kamu belum?"

"Oh, itu dari lo?" tanya Diana terkejut

"Iya, jadi?" handphone Diana bergetar pertanda pesan masuk

"Sorry, Ji. Gue uda dijemput kakak gue. Lanjut besok ya"

Hari berikutnya, Diana mencoba menghindar dari pandangan Aji .Semenjak ia menanyakan tentang perasaannya melalui surat yang dikira Diana hanya lembar tak penting dari peminjam sebelumnya, Diana semakin waspada dengan Aji. Diana selalu mengalihkan pembicaraan jika dikiranya Aji ingin kembali mengungkit topik itu.

Diana hanya tidak tahu cara menolak seseorang, takut menyakitkan hati orang lain. Diana hanya bisa berdoa agar perasaan Aji lekas hilang terhadapnya. Apalagi Anjani, ia akan lebih sakit hati jika Diana benar benar menjalin hubungan dengan Aji

Be Mine [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang