09 : FIRST!!!

18.9K 617 9
                                    

Hi guys, mungkin pada chapter kali ini semuanya terasa gaje dan maaf bila bnyak typo

Randy POV

Aku termenung dikamarku sejak tadi, memikirkan apa yang barusan terjadi. Sikap Asya membuatku seakan ingin melampiaskan semua kekesalanku dikamar yang bisu ini.

Tik tok tik tok. Waktu terus berlalu meninggalkan mereka yang tidak bisa mengiringinya. Sekarang sudah pukul 18.00 dan pertunanganku akan diadakan satu jam lagi. Asya sekarang tidak akan mendengar pernyataan apa pun dariku. Goresan luka dihatinya hanya bisa ia balut dengan kesedihan. Mengurung diri dikamar mama seakan hanya kebisuanlah yang dapat menemaninya.

Aku beranjak dari sebuah kasur berukuran king. Jalan dengan tatapan hampa menuju kamar mandi. Setelah mandi, aku memakai suit putih yang dipadupadankan dengan sepatu berwarna putih. Menatap diri didepan cermin, merapikan baju yang kukenakan, lalu bersiap kaluar menghadapi kebungkaman Asya yang akan menyambutku.

Ceklek

Kubuka pintu kamarku. Berjalan menuju ruang tamu menghampiri mama. Mama nampak sangat senang melihatku.

"Wah, anak mama ternyata bisa ganteng juga" mama menggodaku.

"Kan aku emang udah dasarnya ganteng ma, gak usah diungkit ungkit lagi" aku hanya bisa menyembunyikan perasaanku dibalik sikapku.

Beberapa tamu sudah mulai memasuki area rumahku. Keluargaku hanya mengundang orang orang terdekat saja, misalnya keluarga dan beberapa temanku.

"Ma, Asya mana?"

"Masih dikamar, entar lagi juga keluar" aku merespon mama dengan anggukan kepala "Randy, si Vanya itu gak buat sesuatu yang buruk sama Asya kan? Mama sebenarnya khawatir. Tadi sore juga mama liat Asya diantar sama seorang cowo, mungkin temannya" sambung mama.

'What? Cowo? Aku gak bisa biarin ini. Mungkin sekarang hubunganku dengan Asya sedang renggang, tapi tak akan kubiarkan ada yang menikungku' aku hanya bisa menggerutu kesal didalam hati. Siapa dia gerangan?

"Randy, jangan bengong, tuh tamu udah pada datang, mama ke sana dulu" mama membuyarkan lamunanku lalu pergi menyambut para tamu.

'Sudah banyak tamu, tapi Asya belum kunjung keluar. Apakah dia baik baik saja?' aku berjalan bagaikan setrika, berbolak balik sambil menatap jam tanganku. Ku tarik napasku sedalam mungkin dan menghembuskannya lalu melangkahkan kakiku menuju kamar mama.

Ku genggam erat gagang pintu kamar mama. Kubuka pintu itu lalu kumasuk dan menutupnya kembali. Saat kulihat sekeliling, seorang gadis nampak terlelap dalam tidurnya. Tubuhnya telah dibalut dengan dress putih sebatas lutut dengan lengan yang sebatas sikunya. Ia nampak sangat cantik. Riasan natural yang ia pakai menambah kecantikannya. Ia tidur sambil memeluk bantal dengan mata sembabnya. Sudah kuduga ia akan menangis. Kudekati dirinya, mengelus rambut cokelatnya yang panjang. Siapa pun yang melihatnya pasti akan luluh hatinya.

Kucoba mendekatkan wajahku pada wajahnya, makin dekat, makin dekat, hingga bibirnya terasa lembut saat kusentuh. Kututup mataku, seakan ingin hal ini terus terjadi. Oh Tuhan? Apa yang aku lakukan? Menciumnya? Dia tak akan memaafkanku.

****

Asya POV

Sesuatu menyentuh bibirku. Hangat dan manis. Mataku terasa berat untuk kubuka. Tapi aku penasaran dengan benda yang manis ini. Kubuka perlahan mataku. Nafasnya terdengar jelas ditelingaku. Tunggu! Kak Randy!!? Apa dia sedang menciumku? Oh My God!! Jantungku berdetak dengan cepat. Mataku tak bisa kukedipkan melihat kak Randy yang sedang menutup matanya sambil menikmati bibirku. Aku ingin memberontak, tapi ada perasaanku yang ingin menikmati ini lebih lama. Kututup kembali mataku, ingin merasakan hal ini.

Kak Randy yang sadar aku telah bangun menghentikan perbuatannya. Kami saling menatap.

"A-Asya, ma-afkan kakak" kak Randy tidak tau harus berbuat apa setelah apa yang ia perbuat tadi.

Posisi ku yang tadinya terlentang ku ganti dengan posisi duduk. Entah roh apa yang mendorong ku untuk memeluk kak Randy. Kak Randy juga menyambut pelukanku. Kehangatan dan ketenangan, itu lah yang kudapatkan. Setelah pelukan itu, kami kembali saling bertatapan. Kak Randy mulai mendekatkan wajahnya lagi dan melakukan apa yang ia telah lakukan tadi, menciumku. Aku memejamkan mataku lagi. Bibirnya kini mulai melumat perlahan bibirku. Kubalas ciumannya.

Drrtt drrrt drrt

"Ka--mphh...-st--op" kak Randy pun berhenti. Kulihat ponselku yang bergetar. Panggilan tak terjawab dari Nurul. Oh iya, aku sampai lupa waktu. Sekarang sudah hampir pukul 19.30. Aku bangkit dari posisiku menuju depan meja rias guna merapikan rambutku. Kak Randy juga sedang merapikan pakaiannya.

"Kak, kakak keluar aja duluan"

"Ok, but one more" aku ragu, tapi akhirnya aku hanya mengecup bibir kak Randy sesaat. Dia sangat senang. Senyumnya itu sangat lebar sehingga memperlihatkan lesung pipinya. Dia pun berjalan menuju ke luar.

Setelah merapikan diriku, aku keluar dan menyambut teman temanku. Cahyani, Nurul, bahkan Dion pun datang. Aku senang sekali.

Kak Randy memasangkan sebuah cincin indah berwarna putih ditanganku, aku pun melakukan hal yang sama. Aku lelah sekali. Mami bilang aku boleh disini malam ini dan kembali kerumah besok. Tante Desi pun memperbolehkanku menggunakan kamar tamunya yang bersebelahan dengan kamar kak Randy.

Ku masuk kekamar, merebahkan diriku yang sangat lelah ini. Beberapa helai baju telah tersedia di kasur. Mami telah menyiapkan keperluanku disini. Menatap langit langit kamar, membayangkan apa yang tadi terjadi. Kupegang bibirku sambil tersenyum. That's my first kiss.

"Kenapa? Mau lagi?" sosok yang ada dipikiranku muncul bertengger dipintu. Aku tidak mendengar suara pintu terbuka.

"E-eh, kakak mau apa. Kakak keluar gih, Asya mau tidur dulu, capek"

"He-em, no, no, no" kak Randy menggelengkan kepalanya.

"Trus kakak mau apa kesini?"

"Mau yang tadi, BRUK," ku lemparkan bantal yang berada didekatku kearah kak Randy dan tepat mengenai wajahnya.

"Hahaha" aku tertawa terpingkal-pingkal diatas kasur. Nampaknya aku berbakat untuk melempar.

Kak Randy mengambil bantal tadi dan menutup pintu lalu dengan cepat kearahku. Aku bangkit berdiri diatas kasur menghindarinya. Dia pun naik keatas kasur dan dengan cepat memelukku hingga kami terjatuh terbaring.

"Maafkan kakak"

"Tentang apa kak?"

"Soal Vanya"

Aku menundukkan wajahku. Aku sedih.

"Ya"

"Kau tau, kakak bohong padamu soal Vanya karena dia adalah perempuan yang sangat licik. Dia adalah mantan pacar kakak. Selama kami berpacaran, dia hanya memanfaatkanku untuk menjadikanku bank berjalannya." Aku hanya mengangguk. Entah rangkaian kata apa lagi yang bisa kuucapkan.

"Yang penting kakak sudah bahagia bersama kamu" aku tersenyum. Kak Randy turun dari kasur dan ingin melangkah keluar. Ku tarik tangannya dan menciumnya.

"Terima kasih, kak"

Uwaaah, maaf, ini eps tergaje menurut saya.

Dan guys, jangan lupa vote and comment 😚

Doctor (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang