Eps 14 : Dream

13.9K 407 3
                                    

'Ini sungguh manis' batin Asya.

Tangannya yang tadi berada di dada Dion kini merangkak menuju bahunya lalu ke lehernya. Ia mendorongnya agar Dion lebih memperdalam ciumannya.

Dion yang mendapat respon positif membalikkan badan Asya. Kini Asya telah berada di bawahnya.

Asya menggelantungkan tangannya ke leher Dion. Ciuman yang tadinya lembut berubah menjadi lumatan kasar penuh nafsu.

Tangan Dion yang sejak tadi melingkari pinggang Asya kini meranjak naik ke bahu, lalu lehernya, hingga ia memegang rahang Asya. Ciumannya kini turun menjelajahi lekuk leher Asya dan meninggalkan tanda kepemilikan disana.

Asya menggigit bibir bawahnya, berusaha agar tak satu desahan pun ia kumandangkan. Ia mengadahkan kepalanya ke atas membiarkan Dion lebih leluasa menjelajahi lehernya.

Asya masih memejamkan. Saat tangan Dion berusaha membuka kain penutup bagian atas tubuh Asya, tiba-tiba...

Kkgh

Dion berasa tercekik saat seseorang menarik kerah bajunya dengan kuat.

"DASAR BEDEBAH!! SHE'S MINE!!! NOT YOURS!!!" bogem mentah mentah Dion terima dari orang yang mengenakan pakaian jas putih panjang khas dokter itu.

Ya, itu Randy.

"DAN SINI KAU JALANG!!!" ia menarik tubuh Asya yang masih terkejut dengan kasar dan penuh amarah.

"TERNYATA SELAMA INI KAU SELINGKUH DENGAN BAJINGAN INI!!"

Randy mengeluarkan sebuah pistol dari saku belakang celananya.

"LEBIH BAIK KALIAN MATI SAJA!!!"

DOOR

"ASYAAA!!!" telat sudah Dion menolongnya. Pelatuk telah ditarik. Peluru iti telah menembus jantungnya membuat Asya tersungkur dengan darah.

"JALANG MU ITU SUDAH MATI!! KINI GILIRAN MU UNTUK MENYUSULNYA!"

DOOR!!!

"DIIOOOONN!!! BANGUN!!!" suara gadis itu terdengar jelas.

Dion bangun dari tidurnya dengan dipenuhi keringat dan nafasnya tak teratur.

Ia berusaha mengatur nafasnya dulu sambil mengingat kembali apa yang telah terjadi.

'Apa itu tadi?' fikirnya.

"Jangan menghayal! Kau fikir ini jam berapa sekarang!? Sudah jam 6:19 dan kau masih menikmati mimpi mu? Cepat sana mandi trus sarapan" perintah gadis yang telah mengenakan seragam putih abu-abunya itu.

Dia mencubit pipi Dion dengan keras.

"Layla!! Itu sakit tau!" Dion menggosok-gosok pipinya lalu berjalan menuju bathroom.

"Apa dia lagi dapet?" Layla keluar dari kamar Dion.

***

"Didi... Ini pertama kali kita ke sekolah bareng lagi setelah gue pulang dari LA. You know? Aku tuh kangen banget sama kamu sayang" Dion tak menghiraukan kicauan tak merdu dari Layla yang tengah duduk disampingnya. Ia lebih memilih untuk fokus ke arah jalanan.

Ia memutar kembali memorinya, mengingat-ingat apa yang telah terjadi kemarin.

Flasback

Setelah menyalakan mesin mobilnya, Dion berencana untuk ke rumah sakit tempat kerja Randy dan meminta penjelasan dari semua ini.

Daddy calling...

"Iya dad?"

"...."

"Hmm, baiklah Dad, Dion segera pulang"

Tujuan Dion kini berubah menjadi rumahnya.

**

"Di, kau harus temenin daddy. Teman daddy punya party sebentar. Kau harus segera siap-siap" ujar Daddy Dion.

"Hmm" ia mendehem diiringi anggukan kepalanya.

Setelah pulang dari party teman daddy, Dion menuju kamarnya. Ia merebahkan dirinya yang sedang lelah. Sampai akhirnya ia ketiduran.

Flashback off

'Apa itu smua mimpi? Tapi kenapa terasa sangat nyata. Ah benar! Luka di bibirku!!' Dion masih berusaha untuk membuktikan kebenaran dari kejadian kemarin.

Setelah bercermin di spion mobilnya, ia tak menemukan luka apapun.

'Berarti smua ini hanya mimpi? Syukurlah' Dion sangat lega karena ternyata hal yang tidak-tidak itu hanya sebuah mimpi.

'Mimpi yang aneh, manis, tapi menegangkan. Ini mimpi, atau the counjuring 2 emang udah dicampur sama film korea yah?'

"Dion sayang, jangan menghayal terus" Dion masih tak memperdulikan gadis yang dulu slalu membuat perhatiannya teralih.

"Dion, kok kamu cuek banget sih sama aku, kamu ngga nanya-nanya gituh, sebulan aku pergi, kamu keliatan fine-fine aja. Dulu, sehari aja aku ke luar negri, kamu udah wawancara in aku kayak wartawan loh" celoteh nya panjang kali lebar.

Layla bergelantung manja dilengan Dion. Mereka sedang berada di koridor sekolah. Kelas mereka berbeda. Kelas Dion berada sebelum kelas Layla.

"Layla! Tolong berhenti!" hardik Dion.

"Kenapa!? Hah!? Apa kau sudah punya cewe lain selama aku di LA? Kau menduakan ku hingga kau takut jika aku tau hal itu?" Layla meninggikan suaranya satu oktaf dari suara Dion.

"Hai Dion!" Asya lewat dan menyapa Dion lalu berlalu memasuki kelas.

"Ya, hai" balas Dion tanpa memperhatikan Layla yang masih emosi.

"Oh, ternyata dia. Kau suka sama dia, kan?" tanya Layla.

Bisa saja Dion mengatakan tidak, tapi mulutnya ini tak selaras dengan otaknya. Ia bungkam.

"HEI! KAU! YANG PAKE JEPIT RAMBUT!" Layla memanggil Asya dari pintu kelas.

"Apa yang kau mau lakukan?" tanya Dion.

"Menurutmu?" Dion dibuahi tatapan tajam dan sinis.

"Kau? Beraninya kau menghhhhmmmpp" Dion membungkam mulut Layla dengan tangannya saat Asya berdiri dihadapan Layla.

"Ada apa?" Asya tidak mengerti.

"Hahaha, ng-nggak kok Sya, bye" ia langsung menarik tangan Layla menuju taman belakang sekolah yang emang jarang dikunjungi.

***

"Lo apa-apaan hah?" bentak Dion.

"Kamu tuh yang apa-apaan, selingkuh dengan cewe lain saat gue pergi gitu? Kau fikir aku ini apa? Permen karet? Abis manis lo buang gitu aja?" mata Layla mulai diselimuti air yang kenyataannya tak se-enak ketika wafer diselimuti cokelat, atau diselimuti tetangga.

"Ngga Lay, g-gue minta maaf" Dion paling lemah jika seorang gadis tak berkumis dihari kamis menangis di depannya.
*Piss dari author 😂😂😂

Diulang!

"Lo apa-apaan hah?" bentak Dion.

"Kamu tuh yang apa-apaan, selingkuh dengan cewe lain saat gue pergi gitu? Kau fikir aku ini apa? Permen karet? Abis manis lo buang gitu aja?" mata Layla mulai diselimuti air.

"Ngga Lay, g-gue minta maaf, jangan nangis" Dion tidak suka melihat perempuan menangis, karena itu ia minta maaf terlebih dahulu.

Dion merasa canggung saat mencoba memeluk Layla untuk menenangkannya, padahal, dulu ia sering melakukannya.

"Lo jahat" Layla memukul-mukul manja bahu Dion sambil menenggelamkan kepalanya di dada Dion. Ia membuat baju Dion sedikit basah dan kusut.

"Sebagai permintaan maaf, dan ucapan selamat kepulanganmu, gimana kalau entar sore kita nonton?" tawar Dion yang disambut gembira oleh Layla.

***

Hai guys, happy reading yah.
Gue seneng loh, yang baca makin banyak 😆😆😆 karena itu, gue berencana nraktir temen-temen gue, tapi pake uang mereka 😆😆

Bye, and see you next time!! 😚

Doctor (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang