Eps 11: Ice Cream!

16.2K 485 0
                                    


"Sya, ke perpus yuk" ajak Dion pada jam istirahat.

"Ayo"

Cahyani dan Nurul heran melihat tingkah Asya, tak biasanya dia menerima ajakan teman yang lain selain mereka berdua.

"Ca, lo ngerasa ada yang aneh ngga ama tuh anak?" bisik Nurul.

"Iya juga ya, tuh anak biasanya demen ama pangsit, ini kok malah ke tumpukan kertas" balas Cahyani.

Sementara itu, Asya dan Dion berjalan bersama menuju perpustakaan yang terletak di lantai 2.

"Di, menurutmu, orang yang menerorku itu, apakah dia ada masalah pribadi denganku?"

"Ya elah, pake nanya, pastilah, masa dia mau nawarin sepatu buat lu"

"Siapa tau dia mau nawarin, kan bisa minta ke mama buat beliin tuh sepatu" Asya tertawa.

Sepanjang perjalanan ke perpus, orang-orang yang mereka lewati menatap takjub kepada mereka berdua. Mereka sangat akrab, mereka terlihat seperti orang yang sedang berpacaran, sangat serasi. Tak ada yang tau jika Asya telah bertunangan karena Asya hanya mengundang Cahyani, Nurul, dan Dion. Jika seandainya mereka lebih teliti, mereka akan melihat sebuah cincin putih di jari manis Asya.

***

Di perpus, yah kalian tahu lah, keadaannya sangat sepi dan tenang, hening, hanya ada suara orang membolak-balikkan kertas. Bisa terhitung berapa orang yang ada diruangan ini, tak banyak. Mata mereka hanya tertuju pada buku.
Asya terpaku, dia jarang, bahkan hanya sesekali berada di perpustakaan.

"Ayo Sya" ajak Dion.

"Eh, iya"

"Sya, lo cari buku matematika disebelah sana, gue mau cari buku Ipa fisika dulu"

"Oh, ok"

Asya berjalan lurus kearah yang ditunjukkan Dion. Ia mengamati setiap rak buku yang dilewati. Rak- rak buku yang nampak lebih tinggi dari Asya membuat Asya sedikit terganggu.

"Bahasa Indonesia, Geografi, Bahasa Inggris, aha!" serunya dalam hati pertanda ia menemukan apa yang ia cari "wait a minute! Ini kan buku kelas X, argh, kenapa sih perpustakaan ini harus luas, mana sepi lagi, kek film psikopat aja" gerutu Asya.

"Hei Sya, nih buku fisikanya, udah lo nemuin ngga buku matematika nya?" tidak sampai 3 menit Dion telah lebih dulu menemukan

"Ngagetin aja, belom nih, bingung deh, kok ini buku kelas X smua sih"

"Aduh" Dion menepuk jidatnya sendiri "eneng manis, liat itu? Ini memang untuk kelas X, lihat pebatas rak itu? Yang itu kelas XI, dan kelas XII ada diujung sana, laen kali, pake mata nya buat ngelirik sekitar, bukan cuman buat ngelirik cogan"

"Eh, siapa bilang gue suka ngelirik cogan? Mending gue ngelirik menunya bude dari pada ngelirik cogan tau" Asya berjalan mengambil buku math kelas XII.

"Iya juga yah? Nih anak lebih suka dikantin makan, ngga pernah gue liat dia tertarik sama cowo" pikir Dion.

Asya berusaha menjangkau buku yang letaknya cukup tinggi, bahkan Asya menjinjit pun masih tidak dapat meraih buku itu.

"Di, bukunya ketinggian, boleh mintol ngga? Ambilin dong" Dion memperlihatkan wajah sebalnya, tapi tidak bisa menolak permintaan Asya. Dion mengambil buku itu dengan tangan kirinya, tangan kanannya digunakan untuk memegang rak.

"Makanya, tumbuh tuh keatas, bukan ke..." Dion menghentikan perkataannya melihat posisinya dengan Asya saat ini, jarak mereka berdua tidak sampai 10 cm. Asya mendongak keatas melihat Dion dengan tatapan tajam. Dion pun menunduk melihat Asya, mungkin Asya akan marah.

Doctor (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang