Eps 15: ini kah jebakannya?

13.1K 407 0
                                    

Asya sedang menunggu jemputannya. Ia menunggu ditempat biasa, di gerbang sekolah.

Sebuah mobil sedan hitam mendekat. Asya tak mengenali mobil itu.

Dua orang berbadan besar turun dari mobil. Wajahnya ditutupi topi dan masker.

"Hai, gue mau nanya, jalan ke alamat ini, di mana yah?" salah satu dari mereka menunjukkan sebuah alamat.

Asya melihat alamat itu

"Maaf, saya tidak thhmmp hmmmp" Asya memberontak saat sebuah sapu tangan menutup hidung dan mulutnya.

Aroma obat bius tercium oleh Asya membuat tubuh Asya perlahan melemas hingga ia kehilangan kesadarannya.

Dua orang tak dikenal itu pun membopong Asya masuk ke mobil.

Dion baru saja ingin pulang bersama Layla melihat kejadian tersebut.

"La, kamu turun dulu, cepet!" Perintah Dion agar Layla turun dari motornya.

"La, kamu pulang naik taksi, gue bakalan kejar tuh mobil, bye"

"Ish, menyebalkan banget sih" Layla menghembuskan nafas kasar.

***

Dion berusaha merogoh jaketnya mencari hp nya untuk menghubungi Randy.

Setelah ia dapat, ia segera mencari nama Randy di contact list nya. Ia hanya memperhatikan hp nya sesekali karena ia juga fokus ke jalanan.

"Halo! Randy, ini Dion, teman kelas Asya, Asya diculik!" Dion terdengar panik.

"Hahaha, jangan tertipu Dion, itu sudah termasuk skenario untuk trap b'day nya Asya"

"Benarkah?" Dion memperlambat laju motornya.

"Iya, kami akan memberinya suprise. Seperti apa ekspresinya saat ia memberontak dan dipaksa masuk ke mobil?" Randy terkekeh.

"Ia sangat ketakutan, tapi untuk apa mereka menggunakan obat bius?" Dion menyingkir dan memberhentikan motornya dibahu jalan, ia berhenti mengejar mobil yang membawa Asya.

"Obat bius?"

"Ya, tadi kulihat Asya dibius menggunakan sapu tangan, setelah itu dia pingsan dan dia diangkat kemobil sedan hitam"

"Benarkah? Tapi Cahyani dan Nurul tidak bilang soal obat bius?"

Cekrek

"Kak gimana? Sekarang aja yah culik Asya nya!" sorak salah seorang perempuan yang masuk ke Ruangan Randy.

Randy meletakkan hp nya dimeja tanpa menutup telpon dari Dion.

"Apa yang kalian lakukan? Kukira kalian sudah pergi dari tadi?"

"Tidak! Kami baru saja ingin pergi."

"Lantas siapa yang menculik Asya sekarang!!!?"

"RANDY!! KATAKAN! INI JEBAKAN, ATAU BUKAN!" Dion berteriak lebih panik dari sebelumnya.

"DION!! APA MOBIL ITU SUDAH JAUH? CEPAT KEJAR MOBIL ITU" Randy terdengar lebih panik dari Dion.

"Oke" sahut Dion.

Ia menggas motornya secepat angin.

Untung saja Dion masih sempat mengejar mobil itu walau ia ketinggalan jauh. Ia hanya lurus dan tak sengaja menemukan mobil itu. Ia ingat DD terakhir dari mobil itu, jadi ia tau mobil yang mana yang menculik Asya.

***

"SHIT!!" Randy terus mengeluarkan umpatan.

"Kak, kalau kakak terus menjadi setrika, kapan Asya ditemukan!?" sahut Cahyani.

"Lalu? Apa yang harus gue lakuin?"

"Kan kakak punya hp, coba lacak hp Asya, gue tau, dia itu gak pernah matiin GPS di hp nya" usul Nurul.

"Lah, tuh lu pinter!" seru Randy.

"Nih kakak ganteng-ganteng kok paboo* yah?" bisik Nurul ke Cahyani.

Randy mengutak-atik hpnya, ia mencoba melacak keberadaan Asya.

***

Sementara itu Dion sedang mengendap-endap masuk ke sebuah pabrik bekas kapas yang letaknya jauh dari kota.

Ia melihat Asya di gotong masuk ke sana. Asya masih belum sadarkan diri.

Ia mengintip melalui lubang di dinding.

Ia membulatkan matanya dengan sempurna saat melihat Asya didikat di sebuah bangku. Matanya ditutup dengan kain hitam. Namun, mulutnya dibiarkan saja, tidak di tambal.
#karena bukan ban bocor!😂

Asya dipercikkan air ke wajahnya membuat ia memperoleh kembali kesadarannya.

***

Asya pov

Kepalaku terasa sangat sakit dan sangat berat. Mataku telah ditutup kain hitam. Aku merasa tangan dan kaki ku tidak bisa digerakkan. Seperti telah dililit tali.

Bukankah mereka kelewatan? Aku kan sahabat mereka, tapi kenapa mereka sadis sekali mengerjai ku?

Yah, aku tau mereka merencanakan sesuatu dihari ini, itu karena kak Randy menelpom dengan mereka, dan aku mengupingnya.

"Ca, Nurul, kalian kelewatan tau, ini sakit, beneran deh" aku menegur mereka agar segera berhenti dari apa yang mereka sedang lakukan padaku.

"Woi Ca, suprise nya gak gini juga kali! Ini sakit, coba kalau elo yang gue giniin!!" perasaan ku mulai tidak enak, ada sesuatu yang salah disini.

"Kenapa anak cantik? Kau mengharapkan suprise ultah mu dari teman-teman mu?" suara serak dan berat itu terasa asing.

"Ss-siapa kau!!" aku mulai gemetaran.

"Kepo deh, tapi, lumayan, body lo oke juga, setelah lo di pake sama bos, boleh dong gue pake" fikiranku menuju ke satu tempat, rumah.

Dia membelai lembut pipiku hingga turun menuju leher.

'MAMI!!! PAPI!!! ASYA TAKUT, TOLONG MIH, PIH" aku menjerit dalam hati. Hanya air mata yang dapat ku keluarkan.

"Eh, jangan nangis dong, kan ada mas disini" aku ingin sekali kabur dari sini. Ku pikirkan caranya, tapi bagaimana? Sementara aku saja tidak bisa melihat mereka.

"Kamu mau main nggak sama mas!?" dia menyentuh kedua pipiku dengan tangan besarnya. Aku bisa membayangkan posisi dia sekarang.

Untungnya kaki ku tidak ia ikat pada kursi, ia hanya mengikat kaki ku menjadi satu.

"AAAKKHH!!!" jeritannya kudengar saat aku menendang pusatnya menggunakan lututku.

PLAAK!!! PLAAK!!!

"GADIS MURAHAN!! DASAR JALANG TIDAK TAU DIRI!!!"
itu sangat keras. Kepalaku terasa berputar karena tamparannya. Pipiku mendidih, sangat panas, sakit, dan perih.

Lalu semuanya gelap...

"AASSSYYAA!!!"

Sorry klau pendek. Jangan lupa yah, baca cerita ku yang satu, Last.

Karena ada saran dari seorang yg masih sayang ama saya, gue bakalan coba buat genre yang berbeda, yaitu horror.

See you 😚

Doctor (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang