Seorang pria duduk di balkon apartemennya.
Ia hanya duduk termenung. Sesekali ia menunduk menyembunyikan wajahnya diantara kedua kakinya.
Dia seakan membeku ditempatnya. Tak menyadari waktu telah berlalu seminggu kemudian.
Bangkit. Hal itulah yang selalu ingin Randy lakukan.
Tapi tidak ada lagi semangat hidup dalam dirinya.
Menyia-nyiakan hidup, itulah yang ia lakukan sekarang.
Ini lebih buruk dibanding bunuh diri. Ini akan membunuhmu dari dalam secara perlahan.
Randy meraih ponselnya.
Di lockscreennya, banyak panggilan tak terjawab.
Mama calling missing (12)
Papa calling missing (12)
Papi Asya calling missing (8)
Mami Asya calling missing (10)
Ivan calling missing (29)
Ia hanya tersenyum memandangi layar ponselnya.
Randy tau, betapa khawatirnya keluarganya setelah ia pergi meninggalkan rumah dan memutuskan untuk tinggal di apartemen.
Ia menutup matanya.
Mencoba kembali mengingat kenangan bersama gadisnya yang ceria, gadisnya yang biasa manja kepadanya, gadisnya yang sesekali bawel jika ia mengerjainya.
Ia mengingat kembali apa yang Asya katakan dalam mimpinya.
"Orang yang ditinggalkan harus hidup bahagia.
Sesekali mereka bisa menangis. Tapi mereka juga tertawa.
Itulah balasan atas cinta yang mereka terima"
Sekalipun telah tiada, Asya tetap menjadi penyemangatnya.
"Banyak orang membutuhkanku" Randy segera menyerobot handuknya lalu mandi.
Setelah itu ia kerumah sakit.
Mulai dari satpam hingga suster dan perawat terkejut melihat sang dokter bedah umum itu masuk kembali.
Setelah seminggu absen, kini ia nampak lebih fresh.
"Apa mataku katarak? Sang dokter, Randy telah kembali?" ujar Ivan melebih-lebihkan.
"Matamu tidak katarak. Dasar somplak"
"Wah, bintangnya departemen bedah umum, welcome back" pekukan hangat Randy terima.
Randy POV
"Eh, jangan peluk-peluk. Gue masih normal Van, dasar Homo lu" gue nyingkirin tangan Ivan dariku.
"Kalau gitu, nih, beberapa pasien lo yang tertunda. Buruan gih" aku membaca list nama pasien yang seharusnya ku operasi minggu ini.
Untung saja, semuanya bukanlah pasien darurat.
Aku segera mengambil pakaian khusus operasi di lokerku.
Aku melihat Ivan masuk ke ruang operasi.
"Sedang apa kau?" tanya ku saat ia mensterilkan tangannya.
"Gue jadi asisten lo. Buat jaga-jaga aja. Siapa tau pasiennya kesurupan pas lo operasi"
"Serah lu deh"
Randy berdiri mengenakan masker serta penutup kepala.
"Scalpel*" segera Ivan memberikan benda semacam pisau kecil untuk mengiris.
*pisau bedah
Operasi hari itu berjalan lancar.
***
Randy sedang berada di atap. Ia duduk sambil menikmati americano iced nya dan menatap langit biru.
Ia mendapat berita bahwa Vanya divonis hukuman penjara selama 20 tahun atas tuduhan pembunuhan.
Randy POV
Aku tak akan melupakanmu, Asya.
Dalam taman kecil dimana waktu berlalu
Aku bertemu denganmu
Waktu yang ingin kubagi bersamamu
Kapan itu mulai?
Aku mulai mengandalkanmu
Di sudut hatiku
Kenangan tentangmu bertambah satu persatu
Aku terus memikirkanmu
Aku terus merindukanmu
Hari demi hari, satu persatu
Tumbuh dihatiku
Aroma hatimu
Seakan nafasmu datang padaku
Aku menutup erat mataku
Karna ku takut hatiku yang berdebar tanpa pemilik
Selamat tinggal
selamat tinggal,
Kenangan yang tak akan pernah datang
Waktu yang telah bercampur tanpa diketahui
Aku ingin memegangmu
Tapi aku membiarkanmu pergi
Terima kasih atas memori indah yang telah kita lalui bersama
Terima kasih telah bersedia menjadi tunanganku
Terima kasih atas kebersamaan kita
#lirik lagu memory of you (ost orange marmalade) yang sedikit di modifikasi
Cerita ini diakhiri dengan epilog, tapi tanpa diawali prolog.
Gue bakal usahain buat lebih baik di story selanjutnya.
Thanks Readers tercinta yang selama ini membaca Doctor 😚
Dan thanks juga buat yang udah vote dan komen cerita gue, gue sih pengen kirim pesan satu-satu, buat terima kasih, tapi rempong 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor (Complete)
RomanceGadis dengan masa lalu yang membuatnya takut dengan dokter dijodohkan dengan seorang dokter. Apakah ia sanggup memenuhi permintaan orang tuanya?