3

138 13 0
                                    



Aku terdiam, aku bingung. Apakah kali ini mas Iqbal benar-benar serius. Karena aku sudah cukup tersakiti dengan mas Aji. aku memutuskan untuk..

Aku : iya

Iqbal : iya apa?

Aku : aku mau

Iqbal : beneran?

Aku : iya

Iqbal : aku sayang sama kamu

Aku : iya

Iqbal : jawabanmu lo sya

Aku : udah ya, aku mau sholat

Iqbal : aku juga. Yaudah daa

Kumatikan telefon. Kulihat ada pesan masuk

Iqbal : selamat sholat maghrib ya

Aku : iya, juga

Aku memang kaku dalam hal tabu ini. Tapi, aku tidak ingin berubah karena aku hanya ingin menjadi diriku sendiri. Semakin lama mas Iqbal memang membuatku nyaman akan status dan keadaan ini. Meski belum pernah bertemu sapa setelah jadian, aku merasa nyaman. Hingga esoknya pukul 10.05 aku bersama sahabatku Irma sedang mengobrol di dekat rumah, mas Iqbal tiba-tiba mengirim pesan padaku.

Iqbal : sya, aku nggak bisa nerusin ini

Aku : apa?

Iqbal : mending kita putus

Aku : ha? Maksut kamu

Iqbal : iya udah nggak ada apa-apa diantara kita

Seketika aku pun meneteskan airmataku. Irma langsung memelukku.

"udah sya, cowok memang gitu. Sabar" kata Irma menenangkanku

"aku capek sama perlakuan cowok ma" kataku menahan emosi

"nanti dia yang dapet karma kok. Sabar" kata Irma

Aku pun bertekad untuk menghilangkan semua perasaanku kepada laki-laki itu. Hari-hari berlalu, tak terasa kenaikan kelas. Tahun ajaran baru. Aku memulai kisah baru dengan Sasya yang baru. Aku melangkahkan kakiku menuju kelas baru dan teman baru. Alhamdulillah nilaiku sangat memuaskan.

"sya, kamu duduk sama aku aja" kata Isna

"iya is" kataku

1 bulan sekolah mulai ada yang mendekatiku. Namanya adalah Vino. Dia adalah teman seangkatanku yang memang jago main bola. dia juga anak band, tapi aku tidak pernah bertemu dengannya. Em... bisa dibilang aku tidak tau Vino itu yang mana. Sampai dia menghubungiku lewat pesan singkat.

Vino : hai sya, aku vino

Aku memang telah menyimpan nomornya karena temanku kelas 7 yang menyukainya pernah menggunakan ponselku untuk menghubunginya. Tapi hasilnya nihil.

Aku : iya

Vino : em, kamu udah tau aku yang mana?

Aku : belum

Pesanpun terus berlanjut. 1 minggu berlalu, Vino memang pintar mengambil hatiku. Tepat tanggal 10 juli dia menyatakan cintanya. Tapi butuh waktu 2 hari untuk aku berfikir.

"ma, gimana nih. Aku bingung" tanyaku pada Irma

"dia baik sih, terima aja. Firasatku dia gak main-main sya" kata Irma meyakinkan

Memang sahabat kecilku ini selalu berfirasat benar. Entah mngapa bisa begitu. Aku hanya ingin aku bahagia. Aku lelah dengan bualan lelaki. Jujur aku sangat merindukan kasih sayang papa yang aku bisa dapatkan dari laki-laki yang dekat denganku.

"oke, aku iya" kataku yakin

Tepat tanggal 12 juli aku menerimanya. 1 minggu pacaran aku tidak tau siapa Vino. Aku sempat salah orang. Setelah itu aku tau siapa Vino yang sebenarny. Kulit sawo matang, tubuh atletis, agama yang kuat, dan sifat yang baik. Hubungan kami berjalan mulus, tapi ada yang kurang. Kami masih tidak klop. Aku hanya bisa mengalah atas sifat cuek, tidak pengertian, dan kurangnya kepeduliannya tentang masalahku. Dia punya kebiasaan mengabaikan segala keluh kesahku. Tapi, memang dia romantic. Setiap bulan dia suka ngirim surat cinta dan bunga mawar cantik buat aku. Tapi, tetap saja ada perasaan yang mengganjal dihati.

2 tahun berlalu, aku sudah lulus dari smp. Aku melihat dunia luar yang memang membuatku mengerti, hidup itu bukan hanya sebatas aku dan Vino. Aku masuk SMA NEGERI PELITA NUSANTARA salah satu SMA bergengsi di kota Semarang. Aku memiliki banyak teman dari beragam asal sekolah. Dan aku menemukan sahabat-sahabat baru aku yaitu Reina, Siska, Coir, Hesti, Rifa, Lely, dan Puput. Banyak sekali pengalaman yang aku dapat dari sma ini. Apalagi setelah aku mendaftar sebagai salah satu anggota paskibra di sma ini. Aku semakin mengerti makna kehidupan. Tapi, Vino masuk sekolah berbeda dariku. Dia sekolah di sma bergengsi juga tapi yang tarafnya lebih rendah karena smaku bertaraf RSBI. Vino menjadi lebih overprotektif dan sangat egois. Dia melarangku ikut organisasi dan ekstrakulikuler dengan alasan bisa mengurangi waktuku dengannya.

Aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku. Karena semakin lama Vino semakin overprotektif dan arogan. Aku benci dengan sifatnya yang mengekangku seolah aku hanya hidup di dunianya.

"ayo sya pulang" Vino datang dengan mengendarai R15 miliknya

"iya" kataku lemas

Dijalan aku sudah menyusun kata-kata untuk mengakhiri hubungan kita yang ke 2 tahun 2 bulan kurang 2 hari.

"Vino" kataku lirih

"ya sya?" jawab Vino dengan nada lembut

"aku mau ngomong" kataku

"ya ngomong aja. Kamu mau apa? Atau kamu laper? Mau mampir? Butuh apa?" Tanya Vino

"aku mau kamu janji sesuatu sama aku" kataku

"iya aku janji" kata Vino

"janji jadi apapun yang aku mau sekarang" kataku

"iya sayang" kata Vino

"jadi sahabatku, hubungan kita sebagai pacar cukup sampai sini" kataku sambil menundukkan kepala

"ha? Maksutmu apa?" kata Vino yang tiba tiba kehilangan konsentrasi lalu membenarkan setirnya

"iya, kamu udah janji. Kita bersahabat. Sekarang kamu sahabatku, apapun yang kamu butuhin kalau aku bisa mbantu aku akan mbantu" kataku memegang pundak Vino

"iya sya, maaf aku belum jadi yang terbaik buat kamu" kata Vino lemas

"makasih kamu ngertiin aku kali ini" kataku

Sesampainya dirumah

"ati ati ya" kataku

"iya" jawab Vino dengan senyumannya lalu pergi dari hadapanku

Hari hari kulalui. Memang terasa kosong karena aku merasa ada yang hilang. Memang butuh waktu lama untuk melupakan Vino. Banyak kenangan indah antara aku dan dia. Tapi, ini sudah jalan yang kuambil. Aku memulai hidup baru yang lebih baik dan membenahi agamaku.


---


Hai readers !!!

Gimana story baru aku?

Jangan lupa comment dan vote ya

Comment mau aku jadiin intropeksi storyku biar lebih baik lagi

Ini adalah awal petualangan cinta Sasya

Jadi baca terus ya!

Thanks

It Will RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang