Chapter 1

5.4K 466 137
                                    

Sudah bukan rahasia lagi kalau Pinky jatuh hati dengan Kim Mingyu. Pemuda tampan dengan gigi taring lucu yang mempunyai daya tarik sejuta watt.
Ia tak ingat kapan tepatnya mulai menyukai sosok itu. Kalau tak salah, sejak ia kelas 1 SMP. Ketika di hari pertama masuk sekolah, ia berpapasan dengan pemuda itu di depan pintu gerbang.
Love at the first sight? Bisa jadi.
Yang jelas, sejak bertemu dengannya, Pinky merasakan ada jutaan kembang api di dadanya. Panas, meledak-ledak, tapi ... indah.

Pinky bukan gadis pendiam. Ia tipe blak-blakan dan apa dayanya. Jadi ketika ia jatuh cinta pada Mingyu, maka ia pun mengaku dengan jujur padanya.
Percobaan pertama ditolak, dan Pinky tak patah arang.
Bahkan ketika teman-teman sekolahnya mengolok dia sebagai gadis yang tak punya harga diri, ia tak peduli.
Buat dia, urusan hati, orang lain tak berhak ikut campur. 
"Aku akan lebih menyesal kalau Mingyu diambil gadis lain, sementara aku hanya duduk diam tak melakukan apa-apa. Jika begini, setidaknya aku ada usaha." ucapnya waktu itu.

Tak mudah, tentu saja.
Perjuangan mendapatkan cinta Mingyu selama tiga tahun di SMP tak membuahkan hasil. Sosok itu tetap saja memandangnya sebelah mata.
Tapi, bukan Pinky namanya kalau ia akan menyerah dengan mudah.

Menolak tawaran orang tuanya untuk bersekolah di luar negeri, ia nekat belajar keras demi bisa masuk ke SMA yang sama dengan Mingyu.

Tekadnya sudah bulat, jika Mingyu menolaknya sepuluh kali, maka ia akan mendatanginya dua puluh kali.
Jika pemuda itu menolaknya 100 kali, maka Pinky akan berusaha lagi 200 kali.

Ibarat lomba lari, ia akan berlari sampai selesai. Menang kalah, itu urusan belakangan.

Jadi, selama Mingyu belum ada yang memiliki, ia akan tetap mengejar cintanya.
Titik.

***

SUV mewah berwarna hitam itu berhenti dengan mulus di depan sekolah.
Segera pintu penumpang terbuka, dan gadis itu keluar tergesa-gesa dengan tas ransel mungil di punggung dan sebuah kotak makan cantik di salah satu tangannya. Tanpa berpamitan pada sopir yang telah mengantarnya, tubuhnya yang ramping segera melesat menuju pintu gerbang.
"Nona, dijemput jam berapa?" Sosok lelaki setengah baya berteriak dari depan kemudi.
"Nanti ku telpon, paman." Pinky menjawab singkat lalu kembali menggerakkan kakinya.

Hari pertama masuk SMA, ia begitu bersemangat. Bukan karena ia akan memberikan pidato di depan seluruh siswa baru sebagai pemegang nilai tes masuk tertinggi, tapi ia merasa senang bukan main karena pada akhirnya, ia bisa satu sekolah lagi dengan Mingyu.

5 menit menunggu di dekat pintu gerbang, akhirnya sosok yang ditunggu muncul.
"Mingyuuuuu.....," ia berteriak girang seraya berlari ke arah pemuda jangkung yang melenggang memasuki pintu gerbang, lalu menggamit lengannya dengan manja.
Yang dipegang tangannya hanya memasang tampang jutek, lalu menyentakkan tangan Pinky.
"Jangan.pegang.pegang." peringatnya kesal.
Pinky cuma nyengir.
"Akhirnya kita bisa sekolah lagi," gadis itu nyaris bersorak.
"Bodo," Mingyu hanya menjawab singkat sambil kembali berjalan.
Dan Pinky mengekorinya dengan suka rela.

"Kenapa kau bisa sekolah di sini? Bukannya orang tuamu ingin membawamu keluar negeri?"
"Kau sudah memiliki hatiku, bagaimana mungkin aku bisa pergi jauh darimu," Pinky mengedipkan matanya yang cantik.
Bibir Mingyu berdecih sinis.
"Semoga kita bisa satu kelas lagi," Pinky komat kamit merapal doa.
"Semoga saja tidak," pemuda di depannya menyahut cepat.

Pinky bergerak mendahului pemuda itu lalu menghadang langkahnya.
Meraih tangannya lagi, ia menyerahkan sebuah kotak makan cantik yang sejak tadi ia tenteng.
"Kue untukmu," ucapnya.
Belum sempat Mingyu mengeluarkan reaksi marah, Pinky keburu kabur.
"Aku akan membuangnya ke tempat sampah!" teriak Mingyu.
"Terserah!" Pinky menjawab enteng.

KEJAR MINGYU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang