Chapter 5

2.9K 382 93
                                    

Kabar bahwa Mingyu dan Tzuyu berpacaran, menyebar dengan cepat ke seantero sekolah.
Ada yang kecewa, banyak yang patah hati, tak sedikit yang menatap Pinky dengan tatapan miris, penuh simpati.
Bagaimanapun juga mereka tahu perjuangan gadis itu dalam mendapatkan cinta Mingyu.
Bagaimana perasaannya kalau pemuda yang ia cintai setengah mampus itu kini justru menjadi milik gadis lain?
Apa dia baik-baik saja?
Apa ia terluka?

Sejujurnya, Pinky tidak baik-baik saja. Ia gadis yang tegar dan bermental baja, tapi bukan berarti hatinya tak terluka.
Ada goresan di sana, cukup dalam, lebih dari cukup untuk membuatnya menangis berhari-hari.
Lebih dari cukup untuk membuatnya tak masuk sekolah dan memilih untuk menenangkan diri.

***

Mingyu menatap bangku Pinky yang kosong. Sudah hampir seminggu ini gadis itu tak masuk sekolah. Entah karena apa, itu ia tak tahu.
Yang jelas, tak ada lagi gadis yang akan berdiri menunggunya di dekat pintu gerbang sambil membawakannya kotak bekal.
Tak ada lagi gadis yang akan heboh memanggil namanya.
Tak ada lagi gadis yang begitu antusias ketika berbicara padanya.
Dan tak ada lagi gadis rese yang kerapkali mengganggu ketenangan hidupnya.
Harusnya Mingyu lega.
Harusnya ia senang karena sekarang ia bisa menjalani hari-harinya dengan tenang.
Nyatanya tidak.
Mungkin ini terdengar konyol mengingat bahwa selama ini dia sendirilah yang menghendaki gadis itu pergi.
Sekarang begitu gadis itu tak menampakkan batang hidungnya, rasanya ada yang hilang.

Hampa.

***

"Seokmin, kenapa Pinky tak masuk?"
Siang itu, ia memberanikan untuk bertanya tentang dirinya pada Seokmin. Kenapa ia memilih bertanya padanya? Karena mereka duduk sebangku.

Seokmin mendongak, menatap Mingyu sebentar dengan ekspresi tak ramah, lalu asyik mengutak-atik ponselnya kembali.
"Tak tahu," jawabnya pendek, ketus.
"Apa dia sakit?"
"Tak tahu," lagi-lagi Seokmin menjawab tak kalah ketus.
"Seokmin?"
"Ah, sudahlah. Jangan bertanya tentang dia lagi! Urusi saja pacar barumu itu!"

Mingyu menatapnya bingung.
"Apa hubungannya? Aku 'kan hanya ingin tahu soal Pinky. Sebagai teman sekelas, aku pikir wajar untuk menanyakannya,"
"Wajar pantat sapi!" Seokmin membanting ponselnya dengan gemas ke atas meja.
Untungnya kelas sedang sepi. Beberapa siswa menghabiskan waktu istirahatnya di kantin dan taman sekolah. Tzuyu sendiri sedang ke perpustakaan mengembalikan buku, tanpa didampingi Mingyu.

"Kau ini bodoh atau apa? Makanya, jangan body saja yang gede. Kalau kau peka, kau pasti memahami perasaan Pinky. Dia yang jungkir balik mencintai dirimu, dan sekarang harus mendapati kenyataan bahwa kau berpacaran dengan gadis lain, tentu saja dia terluka. Dia perlu menenangkan diri. Ah, dasar payah," pemuda berhidung mancung itu menggerutu.
"Aku 'kan sudah bilang padanya sejak dulu kalau aku tak mencintainya," Mingyu membela diri.
"Tetap saja berita bahwa kau berpacaran melukai perasaannya!" Seokmin mengeram sebal.

Dan itu tepat ketika tatapan matanya menangkap sosok makhluk satu spesies dengannya, celingungkan di depan pintu kelas.
Hoshi, setiap setengah jam sekali pemuda itu akan mampir ke sini menanyakan soal Pinky. Dan itu ia lakukan setiap hari, sejak Pinky tak masuk sekolah.

"Pinky belum masuk, woi! Jangan bolak balik mampir ke sini! Kehadiranmu tambah membuatku stress!" Teriak Seokmin.
Hoshi manyun. "Aku tidak bicara padamu, dasar si hidung kuda," jawabnya cuek.
Jawaban itu sukses memancing reaksi berlebih dari Seokmin.
"K-kuda!?" teriaknya.
Pemuda itu menyingkirkan bangkunya, lalu melesat keluar kelas, menghampiri Hoshi.
Merasa terancam, pemuda sipit itu memilih melarikan diri.
"Yyak! Berhenti kau!" Teriak Seokmin. Yang dikejar tak menggubris, terus mempercepat langkah kakinya. Dan akhirnya mereka kejar-kejaran di lorong kelas.

Mingyu menatap adegan itu dengan bingung. Sejurus kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya pada bangku di sebelah bangku Seokmin.

Kosong.

KEJAR MINGYU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang