"Apa kau dan Tzuyu masih marahan?" tanya Pinky keesokan harinya ketika ia dan Mingyu bertemu di kelas.
Mingyu yang baru datang hanya tersenyum kecut sambil memasukkan tas ke laci bangkunya.
"Dari raut mukamu kelihatan sekali kalau kalian masih marahan. Apa telponmu tak diangkat? Apa semalaman kau tak tidur karena memikirkannya? Atau ...?" Pinky mulai nyerocos. Bisa jadi mulutnya tak berhenti bicara jika saja Mingyu tak buru-buru memotongnya.
"Aku tak mau bicara soal itu," ujarnya.
Bibir Pinky mengerut. "Syukurlah. Karena sejujurnya aku tadi hanya basa basi," jawabnya enteng.
Lalu asyik menatap bayangannya di cermin kecil yang ia bawa.
Bel masuk sudah berbunyi sejak 2 menit yang lalu. Mereka sedang menunggu pelajaran pertama dimulai."Aku takkan minta maaf pada Tzuyu," ucap Pinky lagi. Santai, tanpa beban, tanpa melihat pula ke arah yang di ajak bicara.
Mingyu menatapnya bingung. Mau tak mau Pinky pun balas menatapnya.
"Aku takkan minta maaf padanya," tegasnya.
Mingyu terkekeh.
"Memang siapa yang memintamu minta maaf padanya?"
Pinky menggeleng. "Tak ada," jawabnya.
"Hanya ingin memberitahukanmu soal itu saja. Intinya, apapun yang terjadi antara kau dan pacarmu saat ini, entah kalian bertengkar, marahan, itu bukan masalahku. Memang sih aku yang memintamu mengantarkanku ke rumah Hoshi, tapi bukannya aku sengaja melakukannya. Lagipula, kau hanya telat 15 menit 'kan? Bukan aku yang menyuruhnya meninggalkanmu," jelasnya.
Mingyu mendesah.
"Iya, iya, aku tahu. Sudah, jangan dibahas lagi. Biar aku sendiri yang menyelesaikannya," sergahnya.Pinky mengibaskan rambutnya.
"Memang seharusnya begitu 'kan?" sindirnya. Pemuda di sisinya hanya masa bodoh.
"Ngomong-ngomong kau sudah sarapan?" tanya Pinky.
Mingyu menatapnya dengan ekspresi yang masih terlihat suntuk.
"Kenapa? Apa kau ingin membuatkanku bekal lagi? Kau 'kan sudah lama tak melakukannya?"
"'Kan kau sudah punya pacar? Untuk apa aku harus repot-repot melakukannya?"
Mingyu manyun.
Sampai akhirnya Pinky meraih kotak bekal dari laci meja miliknya, membuka, lalu menyodorkannya tepat di hadapan Mingyu."Makanlah, mumpung guru belum datang. Atau kau akan sakit," ucap gadis tersebut.
Mingyu menatap hidangan di hadapannya dengan takjub.
"Kau membawakannya untukku?"
"Tidak, tapi aku tak keberatan berbagi denganmu," jawabnya.
Manik mata Mingyu kembali jatuh pada hidangan yang terpampang di hadapannya. Terlihat lezat dan menggiurkan."Ini pasti buatan chef-mu?" tebaknya.
"Bukan, itu buatanku sendiri," jawab Pinky percaya diri.
Mingyu menatapnya tak percaya.
"Kau 'kan tak bisa memasak?"
"Sekarang bisa,"
"Sungguh?"
Pinky mengagguk.
"Aku ikut kelas memasak demi bisa membuatkan makanan yang lezat untukmu. Kau pernah menghinaku dengan mengatakan bahwa aku tak pantas memberikanmu makanan yang dibuat oleh orang lain. Dan akhirnya aku belajar keras agar bisa memasak sendiri. Sayangnya ketika aku telah bisa membuatkan masakan kesukaanmu, ada orang lain yang lebih pantas membawakanmu bekal makan siang," ada nada getir dalam kalimat Pinky.
Mingyu menatap gadis itu dengan ekspresi campur aduk. Kaget, bingung, terpesona, terharu, semua jadi satu.Mendapat tatapan dengan ekspresi seperti itu, bibir Pinky berdecih.
"Ah, sudahlah. Kau terlalu lama berpikir, keburu pak guru datang nih. Ayo makan," Pinky meraih sendok, mengisinya dengan makanan, lalu menyuapkannya pada Mingyu.Dan ajaib, Mingyu seolah tak punya kekuatan untuk menolaknya. Mendapati makanan di depan bibir, mulut Mingyu terbuka secara otomatis seperti robot, dan ia menerima suapan Pinky.
Dan ia tak menyangka bahwa bekal buatan Pinky ternyata ... enak.***
Dan tak butuh waktu lama bagi Mingyu untuk berbaikan kembali dengan Tzuyu. Karena beberapa hari kemudian, Pinky menyaksikan mereka lengket kembali, bak lem lalat.
***
Seumur hidup, Pinky tak pernah membolos sekolah. Tapi kali ini ia melakukannya. Bukan karena ia ingin bermain-main, tapi karena hari itu adalah hari di selenggarakannya lomba Dance Competition, dimana Hoshi berpartisipasi menjadi peserta.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJAR MINGYU!
FanfictionSudah bukan rahasia lagi kalau Pinky jatuh cinta setengah mati dengan Kim Mingyu, pemuda tampan paling populer di sekolahnya. Jungkir balik dan jatuh bangun mengejar cintanya sedari SMP, yang ia dapat adalah penolakan. Lagi, lagi dan lagi. Pantang...