"Jadi, apa kita tersesat?" tanya Pinky sambil tetap mengikuti langkah Mingyu di belakangnya.
Pemuda itu tak menjawab. Ia terus saja melangkah, menembus rimbunnya semak dan pepohonan dengan langkah lambat-lambat, berharap ada keajaiban bahwa mereka menemukan jalan keluar.
Lelah berputar-putar, ia memutuskan berhenti, lalu mengatur nafasnya yang tersengal.
Pemuda itu menelan ludah, menaruh kedua tangannya di pinggang, lalu menatap Pinky dengan tatapan pasrah.
"Well, terpaksa ku jawab pertanyaanmu bahwa, ya, kita tersesat," ucapnya.
Pinky yang nampak kelelahan mendesah. "Sudah ku duga," ucapnya.
"Kita istirahat di sana," Mingyu menunjuk tanah datar dengan sebuah pohon besar di sisinya. Pemuda itu bergerak ke sana dan Pinky mengikuti.Setelah sempat meneguk sedikit air dari botol, mereka beristirahat sebentar.
"Jika tim SAR tidak segera menemukan kita, sepertinya kita akan bermalam di sini. Jadi ayo kita lihat ada apa di tas kita masing-masing. Yang jelas, kita butuh makanan, minuman, dan tentunya, senter." Mingyu menarik tas yang tadi ia letakkan di sisinya, lalu mulai membongkar dan mengeluarkan semua isinya. Botol minum, makanan ringan, roti, santer, kotak obatan-obatan, beberapa perlengkapan mendaki, semua ia tata dengan rapi di depannya.Pinky sempat mengeluh sesaat lalu melakukan cara yang sama seperti yang di lakukan Mingyu. Mengeluarkan isi tas ranselnya, lalu menatanya dengan rapi di dekat barang-barang Mingyu.
Ia suka berduaan dengan pemuda ini, tapi tersesat di hutan belantara dengannya, tak pernah terpikir sedikitpun di benaknya.
Bagaimana ia akan makan?
Bagaimana jika ia kelaparan?
Bagaimana jika ia ingin ke kamar kecil?
Bagaimana jika ada hewan buas menerkam mereka?
Bagaimana jika ia mati di tempat ini?
Gadis itu mendesah frustasi."Hanya ini?" Mingyu menatap deretan barang-barang Pinky di dekat barangnya. Hanya ada beberapa potong roti, beberapa bungkus makanan kecil, coklat bars, kotak make up, dan juga toiletries.
"Tak ada kotak obat-obatan?" tanyanya.
Pinky menggeleng.
"Tak ada peralatan mendaki?"
Pinky kembali menggeleng.
"Dan hanya ini makanan dan minuman yang kau bawa?"
"Lalu? Apa aku harus membawa kulkas kemari?" Pinky berujar kesal.
Mingyu mengerutkan bibir, ikut terlihat sebal.
"Kau ini pergi ke hutan, bukannya membawa banyak makanan, kau malah lebih memilih membawa peralatan make up?" semburnya jengkel.
Pinky sewot.
"Kita dijadwalkan hanya akan menghabiskan waktu 4 jam di hutan ini. Mana ku tahu kalau akhirnya kita malah tersesat? Aku tak punya rencana untuk tidur dan menikmati waktuku di sini!" Jawabnya sengit.Mingyu mengomel dan mendesah kesal.
"Bersiap-siap saja kalau kita akan menghabiskan malam di sini," ucapnya kemudian.
Pinky membuang pandangannya ke sekitar. Tak terlalu buruk, pikirnya. Tanah di sini datar dan sedikit lebih nyaman dibanding yang sudah mereka lewati barusan. Jika ada hewan buas, mereka bisa menyelamatkan diri dengan naik ke pohon. Ia bisa kok memanjat pohon."Aku akan menyiapkan tempat bermalam di sini. Bisa kau bantu carikan kayu bakar yang kecil-kecil saja?" Mingyu kembali bersuara.
Pinky menatap ke arahnya lalu mengangguk.
"Oke," Ia menjawab pendek seraya beranjak, mencari kayu bakar sesuai perintah Mingyu.Gadis itu baru beberapa menit pergi ketika akhirnya Mingyu mendengar teriakannya. Pemuda itu bangkit lalu segera melesat menuju asal muasal teriakan tersebut.
"Ada apa?!" Ia bertanya cemas ketika dilihatnya gadis itu.
Pinky berteriak dramatis, "Kuku-ku patah! Lihatlah ini! Patah dua lagi! Kukuku jadi kelihatan jelek!"
Ia menunjukkan jemarinya pada Mingyu.Mingyu melotot.
"Kau berteriak histeris dan nyaris membuatku jantungan hanya karena kukumu patah?!" teriaknya.
Pinky mengangguk polos. "Aku suka kukuku, jadi wajar saja kalau aku terpukul," jawabnya enteng.
Gigi Mingyu gemerutuk.
"Gadis gila," desisnya kesal, lalu memungut beberapa kayu bakar yang sempat dikumpulkan Pinky kemudian membawanya ke tempat istirahat mereka. Sementara Pinky mengikuti langkahnya dengan tangan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJAR MINGYU!
FanfictionSudah bukan rahasia lagi kalau Pinky jatuh cinta setengah mati dengan Kim Mingyu, pemuda tampan paling populer di sekolahnya. Jungkir balik dan jatuh bangun mengejar cintanya sedari SMP, yang ia dapat adalah penolakan. Lagi, lagi dan lagi. Pantang...