Jilid 3

11.1K 101 1
                                    

"Pertama, Lopek salah duga. Aku bukan seorang pendeta kecil dan tidak minta sedekah, tidak minta-minta walaupun saat ini perutku lapar sekali. Kesalahan Lopek yang ke dua lebih hebat lagi. Lopek suka memberi sedekah akan tetapi ditukar dengan doa agar mendapatkan banyak ikan, itu bukan sedekah namanya, melainkan jual beli mengharapkan keuntungan!"

Tiga orang nelayan itu terbelalak dan saling pandang dengan heran. Biarpun anak berkepala gundul polontos itu menyangkal dirinya seorang pendeta kecil, akan tetapi cara dia bercakap sungguh tidak seperti anak-anak dusun biasa! Si Kumis Panjang merasa terpukul dan malu karena dia seolah-olah mendapat teguran dari seorang anak kecil, maka dia berkata agak kasar,

"Kalau kau bukan hwesio kecil, engkau mau apa mendekati kami, bocah asing?"

"Aku ingin menawarkan tenagaku untuk bekerja membantu kalian."

"Apa? Engkau minta pekerjaan kepada kami?" Tiga orang itu kembali saling pandang dan tersenyum lebar.

"Mengapa tidak?" Kun Liong berkata ketika melihat tiga orang itu agaknya mentertawakannya. "Aku lapar, sejak kemarin belum makan. Aku perlu mendapatkan makan, maka aku mau bekerja, sekedar mendapatkan makan."

"Soal makanan adalah urusan kecil, akan tetapi pekerjaan kami bukanlah pekerjaan ringan, dan seorang bocah halus macam engkau ini..."

"Aku tidak takut akan pekerjaan berat. Harap Lopek suka menerimaku, Lopek takkan menyesal karena aku tidak mau menerima makanan cuma-cuma, ingin kutukar dengan bantuan tenagaku!"

MEMANG biasanya para nelayan itu membutuhkan bantuan kanak-kanak, pembantu yang tenaganya murah dan pekerjaannya hanya untuk membantu dan melayani mereka di waktu mereka sibuk menjala atau mengail ikan. Pekerjaan yang sebetulnya tidak berat benar, memasak air, menanak nasi untuk mereka, membantu dengan pembetulan jala jika ada yang robek, memasang umpan kail, mengumpulkan ikan dan di waktu mereka sibuk bekerja, menguasai perahu agar jangan terbawa ombak sungai. Biarpun pekerjaan itu tidak berat bagi anak-anak nelayan, akan tetapi seorang anak yang belum pernah mengerjakannya akan merasa berat sekali, apalagi kalau dibuat mabok oleh air sungai yang kadang-kadang besar juga ombaknya.

"Bagaimana, akan kita ajakkah dia?" Seorang di antara mereka bertanya kepada dua orang temannya.

"Hemmm, boleh kita coba saja," kata Si Kumis Panjang yang kemudian menoleh dan berkata kepada Kun Liong sambil tertawa, "Akan tetapi, kalau engkau nanti mabok dan tidak bisa bekerja, kami tidak akan memberi apa-apa kepadamu."
"Tentu saja!" Kun Liong menjawab gagah. "Aku pun akan merasa malu untuk menerima makanan kalau aku tidak mampu bekerja!"

"Kalau begitu mari bantu kami!"

Kun Liong cepat naik ke atas perahu dan mulai melakukan pekerjaan seperti yang diperintahkan oleh tiga orang itu. Tubuhnya lemas, perutnya lapar sekali, akan tetapi dia merasa betapa tenaganya menjadi besar dan semua pekerjaan dapat dia lakukan dengan amat mudah. Tiga orang itu kembali saling pandang dan menjadi girang. Temyata bocah gundul itu tidak membual dan benar-benar suka dan rajin bekerja!

Setelah mereka siap, perahu didayung ke tengah, kemudian layar dikembangkan. Perahu nelayan itu meluncur ke tengah sungai yang amat lebar, meluncur cepat karena didorong oleh angin, mendahului air sungai yang mengalir. Si Kumis Panjang sambil tersenyum memberi roti kering dan air kepada Kun Liong. Anak yang kadang-kadang timbul keangkuhan dari kekerasan hatinya itu, menolak.

"Biarpun pekerajaanmu belum selesai karena kita belum kembali ke pantai, akan tetapi engkau tadi sudah membantu kami. Makanlah, anggap saja roti dan air ini upah bantuanmu tadi. Engkau kelihatan pucat, dan karena kita menghadapi pekerjaan berat sampai malam nanti, perutmu harus diisi lebih dulu." Ucapan ini membuat hati Kun Liong terasa ringan dan makanlah dia. Bukan main sedapnya roti itu. Bukan main segarnya air jernih dingin itu. Rasanya belum pernah dia makan roti seenak itu, atau air sesegar itu dan dia tahu bahwa bukan roti atau airnya yang mendatangkan rasa sedap, melainkan lapar dan hausnya!

Petualang AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang