Penolakan untuk membuat pesta memang berhasil, tapi untuk kado lain yang diberikan lelaki itu, ia sulit menolak. Nyatanya atas kado itu Eomma demikian senang.
"Jadinya kau tidak merengek lagi pada Eomma minta dibelikan Laptop baru. Itu bagus!" senyum Eomma.
Shin Hye memandang wajah ibunya dengan sorot nanar. "Jadi Eomma setuju Dong Gun Samchun memberikan kado ini untukku?"
"Tentu saja, lalu kenapa kau malah seperti tidak suka, Shinie-ya?" kernyit ibunya.
"Kenapa? Memangnya Eomma kira kenapa?"
"Apa salahnya Dong Gun Samchun memberikan ini untukmu, tidak ada maksud lain dibalik semua ini selain karena dia sayang padamu. Sama seperti Eomma menyayangimu."
"Ah, benarkah?" Shin Hye mencibir.
"Apa maksudmu 'benarkah'?" mata Eomma membulat disertai dengan lengkingan suaranya. Shin Hye sampai kaget.
"Aku tidak bisa menerimanya, Eomma. Aku tidak mau." tepisnya tidak bisa dibujuk.
"Eomma juga tidak memaksa kau untuk suka. Jika memang kau keberatan dengan kado sebagus ini dari Samchun, silakan kau kembalikan sendiri. Dan jangan sampai ada kesan, Eomma yang mengajarimu tidak tahu sopan santun." Eomma membanting pintu kamarnya.
Eomma marah, sudah barang tentu, ia sangat tidak tahu terima kasih. Tetapi seandainya bukan lelaki itu yang memberikan kado tersebut, sudah dipastikan ia akan sangat menyukainya. Dan semakin menegaskan penolakannya saat Appa pun yang malam itu pulang tidak memberikan respon baik.
"Wah, kalau begini Appa tidak perlu memberimu kado lagi, Shinie-ya." sindir Appa seraya melihat-lihat benda itu. Shin Hye tahu persis bagaimana sikap Appa terhadap kawan Eomma yang ini, tidak begitu manis. Jika tidak ingin disebut Appa membenci Jang Dong Gun Samchun, seperti halnya dirinya. "Kau meminta ini pada Samchun, Shin Hye-ya?" tatap Appa serius.
"Aniyo. Shin Hye tidak meminta apa-apa, tapi keinginan Dong Gun sendiri. Aku juga sudah menolaknya, tapi Dong Gun memaksa. Tahu-tahu dia mengantarnya kemari." Eomma yang menjawab.
"O, benarkah? Dan kau pasti gembira, tal? Sesuatu yang kau idam-idamkan selama ini sekarang terwujud. Untung Appa tidak sok tahu langsung membelikanmu." ujar Appa semakin ketus menyindir.
Shin Hye cuma diam, sesuatu yang buruk seperti akan terjadi. Ia tahu, di hadapannya Appa bicara begitu padahal jauh di lubuk hatinya beliau marah. Ditambah pula suasana yang terbangun sejak tadi begitu kaku. Sejak Appa mengetahui lagi-lagi Dong Gun Samchun menyalipnya. Mendahului memberikan kado bagus di ulang tahun ke 17 putri semata wayangnya yang lantas membuat kesal tak terkira di hatinya. Appa jelas tersinggung sebab Eomma membiarkan saja sahabat yang tidak disukai suaminya memberi kado yang tidak sekedarnya di ulang tahun putrinya tersebut.
Selanjutnya Shin Hye merasakan tembok kasat mata terbentang tinggi diantara kedua orangtuanya. Mereka saling bisu, padahal seharusnya keduanya banyak mengobrol setelah 3 minggu keduanya terpisah.
Ah, ketegangan seperti ini sebenarnya bukan baru-baru terjadi. Sejak dulu Shin Hye sudah kerap menyaksikannya. Sebentar mereka ribut, sebentar kemudian keduanya begitu mesra. Selalu begitu. Dan ia tidak ingin peduli, asalkan keduanya tetap menjadikannya tumpuan kasih sayang. Biarkan saja. Namun tidak lagi mulai malam ini. Ia tidak mau lagi selalu tidak mau tahu masalah orang tuanya, toh sekarang ia sudah 17 tahun. Sudah cukup dewasa, bukan anak ingusan lagi yang tidak boleh ikut campur urusan orang tua.

KAMU SEDANG MEMBACA
Usia 17
RomanceInk'Ras Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ulang tahun yg ke-17. Usia dimana seseorang telah dianggap dewasa, usia yang mengijinkan seorang anak mengenal dunia lebih realistis. Mengenal cinta, mengenal perih getirnya kehidupan, pula mengenal makna...