"Percayalah. Kau pun tidak harus jatuh cinta padanya, Shin Hye-ya! Itu hanya akan membuang waktu dan energimu. Aku tak melihat siapa-siapa lagi padanya sekarang selain teman saja, tidak lebih. Yang sama sekali tak perlu kubuat istimewa dihatiku. Kau pun harus melakukan itu!" pesannya.
Shin Hye menunduk. Tidak satu pun yang Kang So Ra ocehkan itu terekam di otaknya. Karena memang bukan itu yang tengah berkecamuk di benaknya.
"Kubilang lupakan cowok itu, Shin Hye-ya! Jangan karena cowok besar kepala itu kau jadi abai terhadap pria baik yang jelas-jelas mengharapkanmu. Tu dia... sedang menunggumu." So Ra menunjuk ke pintu, Shin Hye ikut menoleh. Remaja berperawakan bak model itu tengah bersandar punggung menunggunya.
"Mau lihat latihan lagi?" tanyanya saat langkah Shin Hye tiba di depan pintu kelas, di hadapannya.
"Aniyo. Aku akan langsung pulang." Shin Hye menukas lesu.
"Wheo, appeuni?" pemuda itu memang selalu penuh perhatian padanya, sayang ia tidak bisa membalasnya. Karena hatinya tidak jatuh untuknya, hatinya terlanjur jatuh pada pemuda lain yang selalu tidak menganggap keberadaannya.
"Aniya, hanya ingin pulang cepat saja." ia mencoba menguakan senyum manis.
"Geurae...?"
"Eoh."
"Mau aku antar?"
"Tidak, terima kasih. Kau pun akan berlatih." tepis Shin Hye.
"Aku bisa kembali setelah mengantarmu."
"Tidak, jangan! Aku tidak ingin merepotkanmu."
"Sama sekali tidak."
"Jangan memaksaku... oke?"
Jong Suk akhirnya hanya mengedikan bahu, nada yang sangat kuat untuk menolaknya. "Oke." tukasnya akhirnya pelan.
"Thank's. Aku duluan...." pamit Shin Hye membuat Jong Suk hanya bisa mengangguk dalam.
Shin Hye menghentikan langkah saat sebuah kendaraan berlari kencang di sampingnya, hingga menerbangkan banyak debu. Mukanya dipalingkan sebisa mungkin untuk menghindari debu yang melayang-layang di udara menyerbunya. Dan kakinya seperti tersemat di trotoar saat matanya tanpa sengaja menangkap pemandangan serupa sore kemarin di pusat perbelanjaan, di sebrang jalan. Apa matanya tidak salah melihat?
Ia menemukan pasangan yang sama dengan gaya yang sama pula. Berjalan bergandengan dengan begitu mesra. Dadanya tiba-tiba terasa sesak, kerongkongan seperti tercekik lalu matanya seketika membasah. Ia tidak ingin berprasangka buruk, tapi adegan itu berulang lagi di depannya tanpa sedikitpun ada yang kurang. Canda, tawa bahagia dan kemesraan. Shin Hye kembali melangkah dengan tangis yang semakin sulit dibendung. Sepertinya kecurigaan hatinya menjadi nyata, dan ia tidak kuasa membayangkannya jika benar. Maka tangisnya tidak dapat ditahan. Melangkah ke shelter bus dengan cepat, melarikan diri agar pasangan itu tidak melihatnya.
✊Sore itu dengan sangat gelisah Shin Hye menunggu kepulangan Appa. Tidak ada yang ingin ia pertanyakan perihal yang 2 kali dijumpainya. Hanya ingin melihat raut wajah Appa saat menampakan diri di hadapannya dan Eomma. Adakah rasa bersalah atau semacamnya?
Putaran detik dan menit pada weker di meja belajarnya ia rasakan begitu lamban. Dan rentang waktu itu kemudian memaksanya untuk berpikir tentang ayahnya. Iyakah yang kemarin sore dan siang tadi ia lihat itu Appa? Bukan seseorang yang mirip dengannya saja? Jika benar mirip, memang ada berapa puluh orang yang memiliki kemiripan wajah di dunia ini?
Namun bila bukan seseorang yang mirip, melainkan orang itu benar-benar ayahnya, iyakah Appa setengik itu? Sejak kapan? Bukankah selama ini ia demikian alim dan segala yang ditunjukannya adalah cerminan dari seorang ayah sempurna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Usia 17
Roman d'amourInk'Ras Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ulang tahun yg ke-17. Usia dimana seseorang telah dianggap dewasa, usia yang mengijinkan seorang anak mengenal dunia lebih realistis. Mengenal cinta, mengenal perih getirnya kehidupan, pula mengenal makna...