F I V E

2.4K 203 8
                                    

That person who enters your life out of nowhere, and suddenly means the world to you.

"Gimana, Lan? Udah ada perkembangan?" Lian menepuk pundak Rolando yang sedang memainkan ponselnya.

Rolando menaikkan kedua bahunya, "Tau."

"Ish, Mas Dodo kok ngambek, sih?" Goda Lian, lalu ia sendiri yang tertawa. Malah, ia mendapat tatapan sinis dari Rolando.

"Diem lo, bacot," hina Rolando. Bukannya merasa terhina, Lian malah tertawa.

"Tapi, kalau gue pikir-pikir, jahat banget gak sih?" Tanyanya. Lagi-lagi Rolando menghardikkan bahunya ke arah Lian. "Ah, tapi kalau Alan mah pasti biasa-biasa aja, ya, mikirnya."

"Mungkin," ceplos Rolando.

Lian pun diam. Ia memerhatikan meja Rolando yang di atasnya terdapat sebuah buku yang menarik perhatiannya. Lian mengambil buku itu dan mulai membacanya. Sedangkan Rolando, ia masih serius memainkan permainan slither.io nya. Ia jadi kecanduan permainan itu sejak ia diberitahu sepupunya bahwa ada permainan seru. Yah, walaupun hanya sebuah ular atau cacing tak jelas yang hanya keliling dan tugasnya meililit, tapi tetap asik.

Rolando sempat berteriak senang saat ia berhasil melilit cacing besar di permainan itu dan mengagetkan Lian yang duduk di sebelahnya. Lian menggeplak Rolando dengan buku yang ia baca, lalu mulai melanjutkan membaca bukunya.

Ia mulai fokus lagi memainkan ponselnya dan berniat untuk memenangkan permainan itu walaupun tak ada yang menang tak ada yang kalah.

"Alan..," panggil seseorang.

Rolando enggan menoleh, karena sekali ia tidak memerhatikan cacingnya, bisa bahaya. Bisa-bisa ia nanti yang dililit cacing lain.

"Alan...," panggilnya lagi, membuat Rolando agak risih.

"Apaan?" Tanyanya.

"Minggir dong," pinta orang itu. "Gantian, gue yang di sini."

Ika langsung menarik Rolando begitu saja dan membiarkan Rolando yang tetap fokus memainkan permainannya sambil mengoceh, "Sialan lo, Ka. Liat aja. Gue tebas lo bentar lagi!"

Lian yang mendengarnya, bukannya marah malah ikut tertawa sama dengan Ika. "Jangan tawa lo berdua."

Rolando pun beranjak dari kelasnya. Ia membiarkan cacingnya mati, daripada ia jalan disepanjang koridor sekolah tetapi fokus ke ponsel, lebih baik ia mematikan cacingnya. Ia lebih mengutamakan keselamatannya dibanding cacingnya.

Karena Rolando tak tau harus kemana, akhirnya ia memutuskan untuk ke kelas Rania. Yah, hitung-hitung menghilangkan rasa bosan dan bingungnya sekalian menjalani hukuman dari Lian. Rolando melangkahkan kakinya dengan mantap ke arah kelas Rania dengan ponsel yang ia masukkan ke dalam saku celana SMA-nya. Ia berhenti saat sudah berada di ambang pintu kelas 11 IPA 1, ia mencari keberadaan Rania dulu. Setelah ketemu, langsung Rolando datangi.

Rolando berdehem lalu memasang senyum manisnya untuk mendatangi Rania. Setidaknya, Rolando akan terlihat lebih manis. Ia langsung saja duduk di sebelah Rania yang sedang membaca buku fantasinya. Ia mendorong tubuh Rania dengan tubuhnya--sekalian memasang mimik muka yang lucu.

Rania menoleh, "Eh? Dodo? Kok di sini? Dari kapan?"

Rolando mendecak sebal seraya menggelengkan kepalanya, "Jadi daritadi gue di sini lo gak nyadar? Sungguh terlalu," Rolando mengikuti cara pengucapan Rhoma Irama.

Rania terkekeh manis, "Tumben banget Dodo ke sini. Pasti ada maunya, ya?" Rania menunjukkan mimik mukanya yang lucu--dan membuat Rolando sebenarnya gemas.

Paper PlaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang