T H R E E

2.5K 239 13
                                    

Butterflies fly in my belly when I'm with you.

Lian memutar botol minum yang berada di hadapannya, lalu botol minum itu berputar. Siap untuk menunjuk siapa saja dengan tutupnya. Akhirnya setelah ditunggu, botol minum itu berhenti.

"AKHIRNYA! Kena si Alan juga!" Lian bersyukur, karena daritadi yang belum kena hanyalah Rolando.

Rolando mendecak sebal. Botolnya sedang tak bersahabat dengannya kali ini. Rolando harus kena hukumannya. Padahal daritadi, ia menertawakan teman-temannya yang kena tunjuk oleh botol sialan tersebut dan terkena hukuman, harus menjalankan hukumannya.

"Yaudah, apaan apaan?" Tanya Rolando agak sempoyongan seperti orang mabuk.

Lian meletakkan kepalan tangannya di dagu, pun teman-temannya. Lian menggosok-gosok dagunya dengan jari telunjuknya, "Dare yang bagus buat Alan apaan ya?" Lian berfikir.

"Gimana kalo...," Lian membuka suara dan menggantungkannya sebentar. "Berdua terus sama perempuan bernama Nia dan bikin dia bahagia? Terus, tiba-tiba tinggalin coba," Lian menaik-turunkan alisnya. Teman-teman yang lain hanya menyetujui Lian.

Rolando melebarkan matanya, ia tak percaya dengan hukuman yang akan ia jalankan. "Gak! Gak! Masa yang lain gampang, gue berat banget naujubileh."

"Gak bisa! Lo baru kena sekali. Jadi, hukumannya harus berat," kata Lian sambil tersenyum menggoda.

Rolando sempat berfikir sebentar. Ia sampai menggaruk kepalanya di bagian belakang walau sebenarnya tak gatal. "Gimana ya?" Rolando menimbang-nimbang."

"Ayolaaah!" Bujuk Lian.

Rolando menarik nafasnya pelan-pelan, lalu membuangnya dengan pelan pula.

"Yaudah."

○○○

"Ran, lo denger gak sih? Lantai atas berisik banget! Kelas si Dodo lo tuh!" Kata Ika kesal karena kelas 12 IPS 1 berisik setengah mampus.

Mereka tidak tau apa yang membuat 12 IPS 1 berisik. Yang mereka tau, intinya kelas itu berisik. Sangat mengganggu ketentraman kelas 12 IPA 1 yang berbanding terbalik dengan kelas isi berandalan itu.

Rania mengangkat kedua bahunya, "Nggak tau deh. Coba cek gih," suruh Rania.

"Enak aja!" Tolak Ika terang-terangan.

"Kan pacar kamu juga ada di sana. Lumayan loh," goda Rania.

Ika yang digoda, merasa tidak mempan. Mau digoda bagaimanapun juga, ia tidak akan mempan. Karena godaan yang mempan hanyalah godaan dari Lian, kekasihnya.

"Gausah ngegodain deh. Gak bakal kena. Dasar Dodo," ledek Ika yang membuat Rania tertawa.

Ika melanjutkan kegiatan makannya, begitu pula Rania. Hari ini, Rania membawa bekal seperti hari-hari biasanya. Karena setiap pagi, ia selalu menyempatkan diri untuk memasak makanan untuk dirinya sendiri agar di sekolah, ia tak harus jajan. Sekalian, ia bisa menabung uangnya untuk kebutuhannya suatu saat nanti.

Rania memakan makanannya dengan lahap, sampai akhirnya seseorang menyodorkan es teh ke arahnya, membuat ia memberhentikan kegiatannya. Rania menoleh ke orang itu dan menatapnya heran.

Orang itu menyodorkan es tehnya lagi, "Mau gak?" Tanyanya.

Dengan ragu-ragu, Rania menerimanya. Ada apa coba dengan Rolando? Tiba-tiba datang, membawakan satu cup es teh? Apalagi tanpa disuruh dan tanpa diminta olehnya sendiri.

Paper PlaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang