E I G H T // (+) TRAILER

2.1K 194 4
                                    

Sebelum dimulai, mari lihat TRAILER-nya duluuu! Yihaa! Aku sangat senang karena udah buat trailernya wkwk.

Whenever I'm with you, I feel safe.

Ini sudah kali ke-5 Rolando mencoba untuk menghubungi Rania, tetapi tak kunjung diangkat oleh Rania sendiri. Rolando sangat khawatir, perasaannya mengatakan padanya ada sesuatu yang tak beres. Ditambah, Rania tadi tidak terlihat batang hidungnya di sekolah. Saat Rolando menanyakan keberadaan Rania dengan Ika, Ika juga tidak tau ia kemana.

Akhirnya Rolando memutuskan untuk langsung ke rumah Rania, tak peduli sudah jam 8 malam yang mana ia dilarang keluar akhir-akhir ini dengan papanya. Lagipula juga, ia tak puas bila hanya lewat telfon.

Ia langsung saja melangkahkan kakinya menuju garasi. Di sana, ia langsung memakai helmnya dan menaiki motornya. Tepat saat ia menyalakan motornya, tiba-tiba papanya muncul di hadapannya.

"Mau kemana kamu?" Tanya Papa dengan nada sudah ingin marah sambil berkacak pinggang.

"Pergi," Rolando langsung menancapkan gasnya begitu saja. Sedangkan Papa, ia menggelengkan kepalanya.

Hanya butuh 10 menit, Rolando sampai di depan rumah Rania. Rumahnya tampak kosong tak berpenghuni. Kemana Rania? Rolando jadi bingung sendiri. Ia pun mencoba menelfon Rania lagi, tetapi bedanya kali ini ponsel Rania tak bisa ditelfon.

Rolando putus asa. Ia tak tau mau cari kemana lagi Rania. Rolando pun memutuskan untuk duduk dan diam di depan pintu rumah Rania, sampai akhirnya 5 menit berlalu, seorang lelaki muda hadir di hadapannya dengan tatapan bingung.

"Ngapain, ya?" Tanya lelaki itu hati-hati saat berdiri di depan Rolando.

Rolando terkejut. "Ah? Sorry, gue lagi nyari Rania," kata Rolando sopan.

"Oh, nyari kakak? Kakak lagi gak di rumah, dia di rumah sakit."

Rolando tambah terkejut, "Loh, emangnya dia kenapa?"

"Dia semalem satu badan bengkak banget kata Ayah. Terus dia gak bisa makan, diare sama mual katanya."

"Kok bisa?" Tanya Rolando dengan nada pasrah.

"Udang. Gara-gara udang," jawab lelaki itu dengan mantap.

Sial..., batin Rolando.

Rolando jadi merasa bersalah. Jadi ini alasan mengapa Ibu-nya tidak memperbolehkan Rania memakan udang. Karena Rania punya alergi pada udang.

"Rumah sakit mana? Gue mau datengin sekarang. Kamar berapa?" Rolando memegang salah satu lengan lelaki di hadapannya.

"Rumah Sakit Sari Bunda, kamar 220," jawab lelaki itu.

Tepat saat Rolando baru 2 kali melangkah, lelaki itu bertanya. "Lo Rolando, ya?"

Rolando berbalik badan dan menghadap lelaki itu. Ia mengangguk. "Lo, siapa?"

"Gue adeknya, Saddam," Saddam tersenyum ke arah Rolando. "Ya, tapi panggil aja lah adek ipar," di akhir kalimat Saddam tertawa.

Rolando hanya terkekeh, "Yaudah, gue duluan ya." Saddam menganggukkan kepalanya.

| | | | |


"Permisi," Rolando berjalan melangkah masuk, mendekati Rania.

Dari tempat tidurnya, Rania terkejut. Ia mematung, seakan-akan seperti baru saja melihat sesuatu yang fantastis. Padahal yang ia mau, Rolando jangan sampai tau keadaannya. Tubuhnya, wajahnya, sangat tidak enak dilihat karena sedang bengkak dan banyak bercak merah.

Paper PlaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang