On Air: Kill The Badboys (2)

30 3 2
                                    

Sekolah, Monday 10:30

"Santii!!! Kamu ya yang ngebunuh Sakti!!" "Iyanih kamu ya pasti!!" "Jelas jelas di kamar mandi cewek dia dibunuh, pasti Santi!!!"

Orang orang berkumpul di depan kelas Santi sambil berteriak bahwa Santi pembunuhnya. Santi nampak ketakutan di dalam kelas.

"Permisi permisi numpang lewat permisi air panas air panas!!" Teriak Reyhan seraya membelah kerumunan untuk masuk ke kelas Santi.

"Rey gimana ini aku takutt! Aku gak ngebunuh si Sakti han aku takut!!" Rengek Santi seraya memeluk Reyhan. "Weehh sianjing ambil ambil kesempatan" teriak orang diluar kelas. Kelas Santi tampak sepi karena semua teman sekelasnya keluar begitu kerumunan itu datang. "Tenang dulu San tenang" Reyhan mencoba menenangkan Santi yang terus menangis.

"Semuanya tenang dulu!!! Biar Santi ngejelasin dimana dia waktu kejadian berlangsung!!! Mundur dari pintu semua!!" teriak Reyhan pada murid murid yang bergerombol di depan pintu. "Apaan sih lo han kayak polisi aja sok tau! Jelas jelas Santi itu!!" gertak salah satu murid.

"IYAAA YANG PENTING INI DILURUSIN DULU MASALAHNYA GAUSAH BANYAK BACOT LO!!!" Hardik Reyhan yang habis kesabarannya. Akhirnya murid murid itu mundur perlahan, Reyhan keluar dari kelas sambil membawa satu kursi. "San kamu duduk sini, jelasin ke kita kegiatanmu dari pagi tadi sampe kejadian itu" jelas Reyhan pada Santi.

Santi Story

//
Aku bangun jam 4 untuk beribadah dan melanjutkan tugas tugas liburan yang belum selesai. Jam 6 aku bersiap siap untuk berangkat sekolah, sampai disekolah jam 6:45 dan aku langsung kekelas. Aku memang sempat ke kamar mandi tetapi saat upacara karena aku lelah. Setelah upacara pelajaranku ternyata kosong akhirnya aku ke kantin.
//

"Jadi kamu ke kamar mandi saat upacara ya?? Hmm... Kalian semua, apa kalian tau Sakti mengikuti upacara apa nggak??" tanya Reyhan pada gerombolannya.
"Dia telat Rey, dia ikut upacara di halaman depan" jelas salah satu murid.
"Okelah, San saat ini mungkin kamu aman, tapi jangan ngerasa bebas dulu. Yaa mungkin ada bukti lain" kata Reyhan, "Udah kalian semua tenang aku sama temen temenku bakal nyelidikin ini, dan aku minta kerja sama kalian semua untuk menyatukan suara" lanjutnya.

Ponsel Reyhan berdering, dia mengangkat ponselnya.
Reyhan: "Gimana kak Alan?? Aku udah dapet cerita Santi mengenai kegiatannya"
Alan: "Oke Rey kerja bagus, aku ini lagi mau ke tempat Riksa buat tanya tanya dia"
Reyhan: "Oke kak, terus Kak Chelsea sama Dina dimana ya??"
Alan: "Oiyaa Rey kamu tolong susul mereka ya, aku takut mereka kenapa kenapa, nanti aku tunggu di kantin kalo udah beres"
Reyhan: "Siaaapp"

Phone ended

Monday, 12:00

"Huhh... Apes banget kayaknya sekolah disini.. Udah sering banjir, kelasnya panas, eh malah ada pembunuhan" "Belum ini juga harus ngadepin premannya sekolah aduh..." Gerutu Alan sambil berjalan menyusuri lorong arah markas tempat nongkrong Riksa dan kawan kawan. Memang tempat itu berada dipojok dan konon tempat itu memang sering menjadi tempat nongkrong para penguasa sekolah. Akhirnya Alan pun tiba.

"Anu mas.. Hehe mau ketemu Riksa" basa basi Alan ketika bertemu tiga teman Riksa. "Ada perlu apa? Gabisa, Riksanya lagi gabisa di ganggu" jawab salah satu dengan ketus. "tapi kan mas, saya cuman mau tanya tanya tentang..." Alan masih berusaha ber negosiasi namun dipotong langsung oleh mereka "Berisik!!! Jangan banyak bacot!! Kalo gak gue pukul nih!!!" bentak mereka dan salah satu dari mereka melayangkan pukulan ke arah Alan. "eitsss... Apa apaan nih main pukul, saya santai loh mas dateng baik baik" Alan mulai tersulut emosinya.

Belum menyerah orang itu mencoba menendang Alan, tetapi tendangannya ditangkap Alan dan dengan sigap Alan menendang kaki tumpuan orang itu, orang itu terjungkal dan langsung di pukul oleh Alan tepat di wajahnya. "Satu tumbang... Who's next??" Alan mencoba memprovokasi mereka. Terkena provokasi Alan mereka berdua mencoba menyerang Alan bersama, sayangnya Alan kurang sigap kali ini. Satu tendangan telak mengarah ke perutnya, Alan terpental 3 meter kebalakang namun dia masih berdiri dengan kokoh. "Cuman segitu?? Ahahaha" Alan kembali meledek dua orang tersebut.

Salah satu orang itu mengambil kayu disampingnya dan berlari sambil mengayunkan kayu ke arah Alan, tapi dia sudah pasang kuda kuda dengan satu tangan menyilang untuk menahan, BRAAAAAKKKKK!! Kayu dengan keras menghantam tangan Alan, tetapi kayu itu patah dan dengan cekatan tangan kiri Alan memukul dengan cepat kearah perut lawannya. Alan mengambil patahan kayu dan dilempar kepada orang yang satu lagi. Orang itu menahan lemparan kayu itu, tetapi terlambat. Alan sudah mengambil posisi yang ideal untuk menendang dan terkenalah kepala orang itu. "Cuma segini... Huh" "Wooyy Riksa, keluarrr lo, gue mau ngomong" Alan berteriak memanggil Riksa.

Dan kemudian dari balik pintu gudang itu keluar lah Riksa. "Hmm ada apa??" tanya Riksa sambil membuang rokoknya.

"Aku ingin bertanya tentang kematian Sakti" tanya Alan dengan tegas "Bukti lain yang tidak disiarkan adalah jeratan sabuk di leher Sakti... Sabukmu mana Rik??" lanjut Alan.
"Hmm?? Sabuk??" jawab Riksa santai.

To be continued...



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Radio: Despair SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang