Gue bahkan gak bisa menebak perasaan gue sendiri. Tapi gue selalu mampu menebak perasaan orang lain.
Tama
Gue menyodorkan satu bungkus rokok ke Jay. Setelah sempat ribut di dalam kelas barusan, gue langsung menyusul dia dan bener sesuai tebakan gue, Jay ada disini, di belakang gedung utama fakultas.
Tempat ini sepi dan nyaman buat nyebat. Ada dua pohon beringin besar dan beberapa kursi kayu, tempat favorit gue dan Jay kalau lagi skip.
"Sorry."
"Gak apa-apa. Gue yakin hari ini maket kita bisa kelar kok."
"Kayaknya maket selalu gagal gara-gara gue ya, tam."
Jay menyenderkan tubuhnya putus asa sambil menghembuskan asap bakau dari bibirnya.
"Gak usah ngomong gitu anjir tumben baperan banget lo. Ini kerja tim jay gue yakin kelompok kita bisa."
Gue menjatuhkan ampas rokok kebawah dan setelahnya gue hisap lagi sesekali.
"Lama-lama gue gak enak juga sama Kila." Kata Jay.
"Kenapa?"
"Kila tuh kebanyakan handle ini itu tapi dia gak pernah keliatan capek. Heran gue hahahaha."
Gue diam, hanya menyimak saat Jay mulai membahas soal Lala.
Gue yang gak bisa menyimpulkan perasaan gue buat Lala, tapi gue dengan mudahnya menyimpulkan perasaan Lala buat Jay. Gue terdengar so tau, tapi gue yakin Lala bukan sekedar naksir sama Jay.
"Gue salut sama Kila, tam. Apa lah gue kayak yang gak punya masa depan gini." Ini tumben banget Jay banci kayak gini.
Gue cuman menanggapi perkataan Jay sambil senyum kemudian menepuk pundak Jay pelan.
"Eh tam mau nanya dong gue"
"Apa?"
"Lo kok tahan sama Kila?"
"Maksudnya?"
"Yaaa kok lo bisa tahan buat gak naksir sama cewek kayak Kila?"
Tenggorokan gue tiba-tiba kering mendengar pertanyaan gak terduga ini keluar dari mulut Jay. Gue gak tau kenapa tiba-tiba Jay menanyakan hal ini sama gue.
"Diantara gue, Tandra, Yudis dan lo, yang paling nempel sama Kila kan lo."
"Ya terus kenapa hahaha perasaan biasa aja ah jay"
"Yaaa lo gak pernah ngerasa gimana gitu ke si Kila? Degdegan gitu kalau lagi sama dia"
"Gak tau ah gue, yuk ah balik ke kelas."
"Banci lo tam, mau sampai kapan hidup lo gitu-gitu aja? Lo tuh ya cakep-cakep kering amat."
"Gak usah ngatain gue."
"Lo sama gue aja gimana, tam? Mau nyoba ga?"
Gue kaget karena Jay tiba-tiba menggandeng tangan gue dan menyenderkan kepalanya dipundak gue.
Geli.
"Anjing!"
"Hahahaha bercanda, tam. Ya kali gue gak suka batangan."
"Taiii."
Cuman itu pembicaraan gue dan Jay barusan tapi sukses bikin gue kepikiran. Gue gak bisa menyimpulkan perasaan gue sendiri. Tapi gue bisa menyimpulkan perasaan orang lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.