19

1.3K 242 22
                                    


Lo harus bahagia sama gue.

Tama

"Makasih ya kak udah nganter" kata cewek manis berponi itu sopan kepada gue dan Lala. Cewek barunya Jay, baru taken 2 minggu yang lalu. Karena gue peka dengan keadaan, gue langsung menarik Lala keluar dari hotel saat itu juga. Sekarang gue dan Lala cuman jalan-jalan di sekitaran hotel, gak jelas mau kemana dan mau apa.

"Are you okay Shakila?"

"I'm ok, kenapa emangnya?"

"Eh lo gak bisa bohongin gue ya la"

Sekarang gue bisa lihat cewek itu berhenti. Dari ekspresi wajahnya gue bisa menebak kalau Lala belum bisa sepenuhnya menerima soal kejadian barusan. Gue langsung merangkul pundak Lala dan kembali mengajaknya berjalan menelusuri jalan Kusuma Sari yang cukup padat karena banyaknya turis yang berhamburan di waktu mendekati jam makan siang kayak gini.

"Laper gak lo?"

Lala diam, gak menanggapi pertanyaan gue. Gue tanya sekali lagi tapi cewek itu masih gak menjawab. Akhirnya gue diemin aja daripada ribut, iya kan?

"Kenapa sih tam, di mata lo gue tuh kentara terus ya? Gue ngerasa kayak... Apa sih yang gak bisa gue sembunyiin dari lo? Gue bete, seneng, sedih, marah lo pasti tau padahal gue udah berusaha nutup-nutupin"

Gue lumayan kaget saat Lala bilang gitu tiba-tiba karena ya gue juga gak bermaksud buat memperhatikan dia sampai segitunya. Gak tau kenapa ya, gue gampang peka aja sama Lala. Mau dia lagi patah hati dan so soan bahagia sedemikian rupa, mata Lala gak bisa bohong sama gue. Iya gue tau, Lala masih dalam tahap membuang cinta sepihaknya itu sama Jay, asal kalian tau ya, yang namanya move on itu butuh proses. Segala sesuatu gak ada yang instan man, kecuali hidup lo kayak indomie.

Gue langsung menarik Lala masuk ke salah satu restoran seafood karena ini jam makan siang dan yang pasti kita harus mengisi perut. Alasan lainnya, kayaknya gue dan Lala butuh tempat yang nyaman untuk bicara. Gak mungkin kan di pinggir jalan kayak barusan? Kalau tiba-tiba Lala emosi terus nyerang gue di depan umum kayak gitu kan gak lucu ya.

"La"

Lala sekarang malah sibuk mainin kuku.

"La dengerin gue"

"Hmm"

"Liat gue"

"Iya iya kenapa?"

"Gue mau lo dengerin gue sambil liat mata gue, gue mau ngomong serius ini la"

Akhirnya Lala langsung menatap gue dengan pandangan mata yang dibuat-buat. Gue tau cewek ini lagi bersikap se-santai mungkin.

"Denger ya la gue tuh gak pernah bermaksud memperhatikan lo sampai-sampai gue selalu tau apa yang lagi lo rasain, walaupun lo mati-matian nyembunyiin itu"

Gue menjeda ucapan gue untuk sekedar menghela napas yang mulai terasa berat.

"Lo pikir lagi deh. Emang kita berdua kenal baru sebulan? Dua bulan? Tiga bulan? Udah hampir 3 tahun la. Jadi gue pikir, lo udah gak merasa aneh kalau gue bakal tau semua gerak-gerik lo. Mau lo nyembunyiin mati-matian apa yang lagi lo rasain, inget ya la, mata lo gak bisa bohong sama gue"

Lala diam, tatapan sendu dari matanya sekarang seakan-akan gak bisa berpaling dari gue.

"Semalem waktu lo selesai ngomong sama Jay lo sendiri yang bilang kalau lo udah baik-baik aja. Tapi barusan giliran ketemu ceweknya lo kebanyakan gimik. Kenapa gak jujur aja sih la, seengganya sama gue doang?"

"Lo gak ngerti tam. Gue aja gak ngerti sama diri gue sendiri apalagi elo"

"Jadi?"

"Apanya?"

Dear Tama [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang