JILID: 5
Terserahlah olehnya di dalam ruangan tersebut banyak terdapat lorong-lorong kecil, pintu berlapis lapis dan bangunan-bangunan megah yang tidak kalah dengan bangunan di dalam istana kaisar.
Pada saat itulah kembali ia menemukan bayangan hijau tadi berkelebat lewat di tengah lorong sebelah depan.
Ketika ini ia tidak ingin berusaha untuk menyembunyikan asal usulnya lagi, diiringi suara bentakan keras tubuhnya segera menerjang masuk ke dalam lorong.
Dalam keadaan gusar, gerakan tubuhnya cepat laksana sambaran kilat, bagaikan anak panah yang terlepas dari busur hanya dalam sekejap mata pemuda itu sudah menerjang sejauh lima-enam puluh kaki ke dalam.Ia mulai merasakan bahwa lorong tersebut berliku-liku dan tiada ujung pangkalnya tak terasa lagi hatinya merasa pada bergerak, pikirnya diam-diam, "Lorong apakah ini? mengapa begitu panjang?"
Tetapi sebentar kemudian ia sudah tersadar kembali.
"Apakah mungkin bayangan hijau itu sengaja datang memancing aku memasuki tempat-tempat yang telah dipasangi dengan alat alat rahasia?"
Dengan cepat badannya berputar, siapa pada saat itu jalan mundur sudah berubah menjadi selapis dinding yang sangat kuat, tiada jalan lagi baginya untuk mengundurkan diri kecuali melanjutkan perjalanan maju ke depan.
Hawa amarah yang semula meliputi benaknya, kini sudah menjadi tenang kembali, ia mulai merasa menyesal dirinya terlalu mengikuti napsu, mengapa ia tak memeriksa tersebut dulu keadaan luka suhunya? Bilamana menggunakan kesempatan itu orang-orang Isana Kelabang Emas turun tangan melukai suhunya, sekalipun ia berhasil menyandak bayangan hijau tersebut lalu apa gunanya?
Tetapi, menyesalpun sudah terlambat, kini bukan saja ia tak dapat turun tangan menolong suhunya, tidak berhasil menyandak bayangan hijau itu bahkan dirinya sendiri pun sudah terjebak di dalam lorong tersebut dan menjadi tawanan orang lain!
Untuk beberapa saat lamanya pemuda tersebut merasa amat sedih dan murung sekali.---ooo0dw0ooo---
Melihat jalan terputus, sedang di hadapannya terasa sangat gelap gulita bahkan secara samar-samar bertiup datang angin dingin yang berbau sangat lembab, hal ini menunjukkan bila dihadapannya masih ada jalan yang dapat dilalui, diam-diam Tan Kia-beng mulai mengambil perhitungan.
Ia merasa dari pada harus berdiri termangu-mangu disana, jauh lebih baik melanjutkan perjalanan menuju ke arah depan.
Setelah mengambil keputusan, pedang pusaka Kiem Ceng Giok Hun Kiam nya segara dicabut keluar sehingga memancarkan cahaya kebiru biruan yang menerangi seluruh dinding.
Meminjam sedikit cahaya inilah ia melanjutkan perjalanan menerjang ke arah depan.
Ia merasa agaknya lorong tersebut merupakan suatu jalan dibawah tanah yang semakin lama semakin menjorok ke arah bawah suasana yang gelap gulita terasa amat menyeramkan!
Kurang lebih setelah berjalan seperminum teh lamanya, mendadak lorong tersebut semakin melebar dan muncullah sebuah ruangan batu yang terbuat karena alam.
Dari dalam rongga batu tersebut secara samar-samar berkumandang keluar suara gesekan yang amat nyaring.Dengan perasaan terperanjat buru-buru pemuda tersebut menundukkan kepalanya ke atas permukaan tanah.
Kiranya suara yang berkumandang keluar tadi disebabkan kakinya mulai menginjak tulang-tulang putih yang berserakan memenuhi ruangan.
Rasa berdesir mulai bermunculan dari lubuk hatinya, diam-diam pikirnya dalam hati
"Apakah mungkin tulang-tulang ini hasil peninggalan dari orang yang pernah melewati lorong tersebut tempo dulu?"
Pada waktu itulah mendadak kembali terdengar suara berisik yang amat ramai, pemandangan di dalam ruangan batu itu sekali lagi berubah.
Lorong yang barusan saja dilalui telah lenyap tak berbekas, sedang ia sendiri pada saat ini sudah berada di pinggiran sebuah gua yang amat gelap.
Dari dalam gua tersebut secara samar-samar bertiup datang angin dingin serta kabut beracun yang segera menyumbat pernapasan serta membuat setiap orang terasa amat mual.
Dalam keadaan amat gusar pemuda itu jadi gelagapan, mendadak....
Sreet! Sreeet suara desiran pedang berkelebat laksana larinya selaksa kupa dan secara samar-samar bergema keluar dari balik gua tersebut.
Mengikuti munculnya suara desiran pedang tadi, tampaklah segulung kabut tipis berwarna merah perlahan-lahan melayang keluar sehingga hanya di dalam sekejap mata sudah memenuhi hampir setiap ujung ruangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Bayangan Setan (Khu Lung)
General FictionLanjutan Pendekar Bayangan Setan