Bayangan 4

7.1K 82 1
                                    

JILID: 10 

Tak terasa lagi kakinya mulai bergeser maju ke depan lambat-lambat.
Pada saat ini baik Biauw-leng Siang-ciauw maupun Tan Kia-beng agaknya masing-masing orang tiada bermaksud untuk turun tangan. Sebabnya karena Tan Kia-beng setelah bertemu
dengan Yen Giok Fang mendadak ia teringat kembali akan diri "Pek Ih Loo Sat" Hu Siauw-cian.
Ia merasa kepergian gadis itu ke gurun pasir merupakan suatu perjalanan yang sangat membahayakan. ia berharap gadis tersebut bisa menemui ayahnya sehingga tidak sampai menimbulkan kesulitan. 

Dari Hu Siauw-cian ia teringat pula akan Mo Tan-hong. Ia merasa setelah majikan Isana Kelabang Emas membawa anak buahnya memasuki daerah Tionggoan, kecuali mencari balas terhadap orang-orang yang namanya tercantum di dalam daftar hitam tersebut tujuan mereka yang paling utama adalah Mo Tan-hong satu-satunya keturunan dari Raja muda Mo Cun-ong. Entah pada saat ini masihkah gadis tersebut berada di dalam biara bersama-sama dengan Sam Kuang Sinnie? 

Saking kesemsemnya melamun pemuda tersebut jadi lupa keadaan sendiri yang lagi menghadapi musuh.
Biauw-leng Siauw Cian sejak kecil dibesarkan di daerah suku Biauw, terhadap soal cinta kasih antara lelaki perempuan mereka jauh lebih mengerti dari pada orang-orang didaratan Tionggoan. 

Sewaktu dilihatnya sikap Tan Kia-beng amat gagah dihati mereka sejak tadi sudah tertera rasa simpatik, apalagi melihat pemuda tersebut mendadak berdiri termangu-mangu sehingga lupa turun tangan. mereka menganggap pemuda itu sudah kesemsem dan jatuh hati oleh kecantikan wajah mereka.
Tak terasa lagi kakak beradik itu saling bertukar pandangan sekejap lalu tertawa.
Lebih-lebih Yen Giok Fang yang jauh lebih muda dari encinya, tindak tanduknya masih sangat polos dan lincah. 

Ternyata ia sudah meloncat ke depan sambil menarik ujung pakaian pemuda tersebut.
"Eeei.... kutu buku! apa yang sedang kau pikirkan?" godanya sambil tertawa cekikikan
Karena dalam hati Tan Kia-beng sedang memikirkan Mo Tan-hong, setelah ditegur wajahnya kontan dibuat jadi merah padam.
"Haaakh.... tidak.... tidak.... aku tidak pikir apa-apa!"
Gerak geriknya yang gugup dan gelagapan ini membuat Yen Giok Fang semakin yakin lagi bila apa yang dipikirkan semula tidak salah, sekali lagi ia tertawa cekikikan.
"Eeei.... jika aku lihat luaranmu kelihatannya jujur dan pendiam, tidak disangka hatimu ternyata suka membohong...." 

Dengan genit ia mengerling sekejap ke arahnya, lalu tambahnya, "Eeeie! siapa namamu?" agaknya aku pernah bertemu dengan dirimu disuatu tempat!"
Pada saat ini Tan Kia-beng sudah berhasil menenangkan hatinya, melihat ujung bajunya ditarik tarik oleh gadis tersebut, buru-buru ia mengebut dengan keras.
"Aku harap kau sedikit tahu kesopanan, antara kau dengan diriku tiada ikatan ataupun hubungan apapun, kenapa kau tarik tarik ujung pakaianku?" tegurnya.
Pada mulanya Yen Giok Fang dibuat melengak juga oleh pemuda itu, tetapi sebentar kemudian ia sudah tertawa merdu.
"Ooouw.... sekarang aku tahu sudah! dalam hatimu tentunya kau sedang memikirkan sesuatu bukan?" tetapi disebabkan aku sudah bocorkan rahasiamu ini, dihadapan
banyak orang kawan kawanmu kau merasa sedikit tidak enak bukan?"
Tan Kia-beng kerutkan dahinya, selagi bermaksud hendak turun tangan, mendadak....
Segulung angin pukulan yang enah tapi hebat menyambar datang dari belakang tubuhnya langsung menggulung ke arah tubuh Yen Giok Fang. 

Merasakan datangnya serangan, gadis itu jadi tertegun, kemudian teriaknya keras.
"Kau berani memukul aku?"
Ujung bajunya berkibar, mendadak ia meloncat mundur sejauh lima depa ke arah belakang.
Terasalah bayangan putih berkelebat lewat, tahu-tahu Hu Siauw-cian sudah munculkan dirinya dibelakang tubuh Tan Kia-beng.
"Hmmmm! belum pernah aku menemui seorang gadis yang tidak tahu malu semacam kau!" teriaknya dingin sambil menuding ke arah gadis tersebut. "Nonamu bukan saja ingin menghajar dirimu. bahkan aku hendak cabut sekalian nyawamu!"
Pada mulanya Yen Giok Fang mengira datangnya angin pukulan berhawa lunak tersebut berasal dari Tan Kia-beng, oleh karena itu dengan genit ia berteriak keras.
Kini secara mendadak melihat pula dari balik punggung pemuda itu muncul seorang dara cantik yang memakai baju putih, dengan perasaan semakin heran ia berdiri termangu-mangu.
Sebaliknya Tan Kia-beng yang melihat munculnya dara itu bukan adalah Hu Siauw-cian, ia jadi amat kegirangan.
"Siauw Cian! kau sudah kembali?" sapanya buru-buru.
"Jadi kau mengharap aku mati di gurun pasir?" 

Misteri Bayangan Setan (Khu Lung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang