Bayangan 5

6.6K 76 1
                                    

 JILID: 12 

Selagi ia dibuat kebingungan untuk mencak-mencak kesana kemari, tiba-tiba terdengarlah Leng Poo Sianci berseru tertahan. badannya mundur ke belakang dengan sempoyongan hampir saja roboh ke atas tanah. 

Jelas badannyapun sudah terhajar jarum beracun. Masih beruntung si kakek berkerudung itu sudah mundur dengan sendirinya sewaktu pemuda tadi melancarkan senjata rahasia, oleh karena itu walaupun sudah terkena jarum ia masih bisa berusaha keras untuk mempertahankan diri. 

Tan Kia-beng yang melihat kejadian ini hatinya jadi amat cemas, badannya dengan cepat berkelebat kesisi tubuhnya.
"Nona! apakah kau sudah terluka?" teriaknya keras. "Mari, biarlah cayhe lindungi dirimu untuk mengundurkan diri dari sini"
"Kau tidak usah ikut kuatir, aku percaya masih bisa mempertahankan diri!" sahut Leng Poo Sianci dengan alis yang dikerutkan.
Pedangnya kembali mengirim dua buah babatan ke arah depan, tetapi racun yang dipoleskan di atas ujung jarum Yen Wie Ciam ini sangat berbisa, kendati tenaga dalam yang dimilikinya sangat sempurna tapi tak berhasil juga digunakan untuk memperlambat daya kerja dari racun itu.
Apalagi setelah terkena racun berturut turut ia harus menggerakkan pedangnya pula untuk menangkisi datangnya serangan serangan jarum beracun boleh dikata tak ada waktu baginya untuk menutup seluruh aliran jalan darah, kini sesudah mengerahkan tenaga kembali, badannya tak kuasa untuk mempertahankan diri.
Sesudah membabat serangan pedang yang kedua, badannya mulai bergerak maju dua langkah dengan sempoyongan, pedang ditanganpun terasa amat berat sehingga sulit diangkat kembali.
Coba bayangkan, dibawah serangan jarum-jarum beracun yang memenuhi seluruh angkasa, mana ada waktu peluang bagi dirinya untuk beristirahat?.... masih beruntung Tan Kia-beng sudah berada disisinya.
Ia segera membentak keras, sepasang tangannya bersama-sama didorong ke depan mengirim pukulan pukulan kosong, setelah itu tangannya kembali bergerak menotok jalan darahnya.
Menggunakan kesempatan itulah ia lantas membopong badannya dan mencelat ke tengah udara kemudian menerobos keluar dari mulut lembah. 

Si kakek dewa bertangan setan yang melihat pengemis tersebut dengan membawa sang gadis melarikan diri keluar lembah, ia segera bersuit nyaring, Badanpun ikut meloncat ke tengah udara melakukan pengejaran dari belakang. 

Siapa sangka ketika itulah mendadak....
Serentetan cahaya kehijau hijauan bagai hujan anak panah meluncur masuk ke dalam lembah diikuti suara desiran tajam.
Melihat munculnya serangan cahaya hijau saking kagetnya si kakek dewa bertangan setan jadi menjerit tertahan. 

Tangannya dengan cepat mengirim tiga buah pukulan kosong ke tengah udara. sesudah bersusah payah akhirnya ia baru berhasil meloloskan diri dari mara bahaya.
Ketika itu badanpun sudah terdesak hingga masuk kembali ke dalam lembah, dengan hati berdesir buru-buru ia pungut senjata rahasia yang menggeletak ditanah untuk diperiksa.
"Aaakh....!" Kiranya senjata rahasia itu bukan lain hanyalah daun pohon pisang yang lembek.
Orang ini dapat menggunakan daun pohon yang lembek untuk dijadikan senjata rahasia hal ini jelas membuktikan kalau tenaga lweekangnya sudah berhasil mencapai pada taraf memetik daun melukai kerbau. membunuh orang tanpa berwujud! 

Walaupun si kakek dewa bertangan setan terkenal akan keganasannya, tetapi ia belum berhasil melatih ilmu hingga mencapai pada taraf yang sedemikian tingginya.
Ketika itu para jago yang datang melihat keramaian sudah dibereskan semua, sedang para lelaki berkerudung itupun mulai berkumpul di depan mulut lembah.
Melihat sang pengemis serta nona tersebut tidak kelihatan lagi batang hidungnya, tak terasa mereka mulai bertanya tanya.
"Eeei....! dimanakah si pengemis cilik itu?"
"Berhasil meloloskan diri!" 

Mendadak pemuda berkerudung itu menyingkap kain kerudungnya lalu tertawa dingin tiada hentinya.
"Heee.... heee.... heee.... sekalipun ia berhasil melarikan diri keujung langitpun, aku si Gien To Mo Lei akan menangkapnya kembali...."
Dengan pandangan yang dingin si kakek dewa bertangan setan melirik sekejap ke arahnya, mulutnya tetap membungkam.
Si Gien To Mo Lei yang melihat sikap si orang tua itu lantas mengerti kalau dia terlalu memandang kedudukannya sendiri dan tidak menganggap perkataannya.
Dalam keadaan gusar ia mendengus dingin kemudian meloncat ke tengah udara dan berlalu dari mulut lembah tersebut. 

Misteri Bayangan Setan (Khu Lung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang