Bayangan 7

8K 89 0
                                    

JILID: 17 

Sesosok bayangan manusia tidak kelihatan, suasana sunyi senyap....
"Apa mungkin mereka sudah mengejar lebih jauh ke depan?" pikirnya kembali dalam hati.
Badannya baru saja hendak bergerak meninggalkan tanah pekuburan tersebut, tiba-tiba.... 

Bayangan hijau berkelebat lewat, si Dara Berbaju Hijau Gui Ci Cian tahu-tahu sudah berkelebat lewat dari sebuah tanah kuburan.
Melihat kejadian itu Tan Kia-beng rada melengak dibuatnya.
"Eeei?!! aku pun sudah mendatangi gunung Ui san...." tak terasa lagi ia berseru. 

Dengan wajah sedih Gui Ci Cian menghela napas panjang.
"Sudah datang hampir dua hari, aku datang bersama-sama Supek couw"
"Bukankah suhumu melarang kau mendatangi daratan Tionggoan?"
"Benar, tetapi aku harus datang kemari"
"Kenapa?" tak kuasa lagi Tan Kia-beng bertanya keheranan.
Gui Ci Cian dongakkan kepalanya memandang sekejap ke arahnya, kemudian ia menunduk kembali sembari mempermainkan ujung pakaiannya. 

Dengan pandangan tajam Tan Kia-beng memperhatikan wajahnya, ia merasa gadis tersebut jauh lebih kurus dari tempo dulu, di atas raut muka yang cantik pun kelihatan begitu murung dan diliputi kesedihan, keadaannya jauh berbeda dengan sikap agung dan sombongnya tempo dulu.
Lama sekali mereka berdua saling berpandangan dengan mulut bungkam, akhirnya Gui Ci Cian dongakkan kepala menghela napas sedih.
"Heeei.... bukankah karena kau!"
"Karena aku?" 

Dengan wajah kebingungan Tan Kia-beng berdiri tertegun, sebentar kemudian ia sudah tertawa tergelak.
"Apa kau anggap rencana buruk kali ini dari Majikan Isana Kelabang Emas bisa berhasil? menurut pandangan cayhe tak bakal bisa sukses seperti yang diharapkan" wajahnya berubah jadi serius kembali.
"Maksud baik dari nona terhadap cayhe pada suatu hari tentu akan kubalas. sedangkan mengenai syarat yang diutarakan oleh Kiem Soat Lang tadi maaf.... aku betul-betul tak bisa manut, cayhe pun mengerti nona pasti paham maksud hatiku bukan."
Selamanya Gui Ci Cian belum pernah mendengar di dalam Isana Kelabang Emas mempunyai seorang jagoan yang bernama Kiem Soat Lang, jika ia dengar dari nada ucapan pemuda tersebut agaknya orang itu sudah mengajukan suatu permintaan yang menyangkut pula dirinya. 

Gui Ci Cian yang merupakan seorang gadis berwatak keras di dalam halus diluar, dikarenakan setelah pertemuannya dengan Tan Kia Bneg hatinya terasa tertarik maka di dalam setiap persoalan ini coba membuat pemuda tersebut.
Tetapi kini setelah mendengar nada ucapan Tan Kia-beng yang agaknya kecuali menaruh rasa budi saja kepadanya sedikitpun tidak menunjukkan persahabatan yang lebih erat, di dalam hati merasa amat kecewa. 

Tak kuasa lagi ia tertawa sedih.
"Gui Ci Cian mengaku bahwa aku terikat sendiri oleh persoalan persoalan yang aku kerjakan, tetapi aku bukan seorang perempuan murahan yang berambisi untuk merebut orang yang aku sukai, aku hanya tidak ingin melihat dirimu terjerumus ke dalam keadaan yang membahayakan jiwanya. karena itu dengan tiada sayang sayangnya jauh jauh datangi gunung Ui san untuk memperlihatkan rasa kuatir ku ini, aku tahu pada saat ini kau sedang populer dan tak akan memikirkan di dalam hati aku si perempuan bernasib sial, tetapi aku tetap menganggap kau sudah mengetahui semua hal ini.
"Sedangkan mengenai Kiem Soat Lang yang kau sebut tadi, di dalam Isana Kelabang Emas tak ada manusia macam itu. Aku Gui Ci Cian pun belum pernah membicarakan persoalan diantara kita kepada siapapun."

Tan Kia-beng yang mendengar dia menceritakan seluruh isi hatinya secara blak blakan tanpa dengan aling-aling, hatinya merasa tergetar bercampur terharu, tak kuasa lagi ia maju dua langkah ke depan.
"Aku orang she Tan hanyalah seorang budak silat yang kasar, bisa memperoleh rasa cinta kasih dari nona hatiku benar-benar merasa bangga dan gembira. Tetapi cayhe pun bukan seorang manusia yang tidak tahu lihay, pertarunganku dengan pihak Isana Kelabang Emas pun harus aku laksanakan karena keadaan yang terlalu memaksa. Aku tidak bisa melepaskan dendam kematian ayahku, tak dapat melihat orang-orang Bulim menemui ajalnya di dalam penjagalan secara besar besaran kali ini disamping itu aku pun belum pernah memikirkan persoalan mati hidup seseorang, sedangkan mengenai maksud hati nona...."
"Cukup! Cukup!" mendadak Gui Ci Cian berteriak memotong perkataan selanjutnya. "Kedatangan aku Gui Ci Cian kecuali untuk mengobati rasa rinduku dalam hati, masih ada lagi satu persoalan penting yang hendak dirundingkan dengan dirimu, asalkan kau mengangguk maka badai berdarah yang bakal terjadi digunung Ui san ini akan padam dengan sendirinya. Jika kau tidak mau dengar maka bagaimana akibatnya aku sendiripun tak bisa bayangkan."
"Antara dirimu dengan aku mempunyai ikatan persahabatan yang sangat erat. Kita boleh bicarakan soal yang lain saja, kenapa kau terus menerus mengungkap soal ini? Apa lagi sekalipun aku orang she Tan suka lepas tangan, apakah majikan Isana Kelabang Emas suka melepaskan pula golok
pembunuhnya? Apakah pihak tujuh partai besar mau berpeluk tangan saja terhadap persoalan ini?"
"Heee heee heee.... walaupun tujuh partai besar punya nama kosong diluaran, tapi belum berhak untuk menduduki sebagai pemain utama di dalam peristiwa gunung Pei san kali ini." Dengan nada menghina Gui Ci Cian tertawa dingin. "Pihak Isana Kelabang Emas pada saat inipun sudah berada seperti menunggang punggung harimau, mau maju tak bisa mau mundurpun sungkan, satu satunya orang yang bisa mengakibatkan pembunuhan secara besar besaran digunung Ui san kali ini hanya kau seorang."
"Haaa haa haa perkataan nona bukankah terlalu menganiaya orang lain?" seru Tan Kia-beng sambil tertawa terbahak-bahak. "Teringat aku orang she Tan cuma seorang angkatan muda yang tak ternama, sekalipun mendapatkan perlindungan dari beberapa orang loocianpwee, lalu dari manakah datangnya kekuatan untuk memaksa jago-jago kenamaan lainnya untuk menurut?" 

Misteri Bayangan Setan (Khu Lung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang