Jilid: 20
Sejak itu hari, Pek Lok Suseng pun mulai berdiam selama satu bulan di dalam loteng bambu itu, ia banyak memperoleh petunjuk petunjuk berharga dari Wu Sian Ci dan mulai menemukan jika sutenya Suto Lim benar-benar memiliki bakat alam, bukan saja ilmu pedangnya lihay bahkan lweekang yang dimilikipun sangat mengejutkan.
Walaupun Siong Hok Tootiang sebagai seorang ciangbunjin dari Heng-san-pay, tapi dalam hal tenaga dalam masih kalah satu tingkat dengan pemuda tersebut.
Hari itu mendadak Siong Hok Tootiang membicarakan kembali janjinya dengan Tan Kia-beng untuk bertemu kembali tiga tahun mendatang dan kini waktunya sudah hampir tiba.
Walaupun selama tiga tahun ini ia banyak mendapatkan petunjuk dari Wu Sian Ci, tapi dasar bakatnya kurang bagus, ia masih tidak punya pegangan untuk memenangkan pertarungan tersebut.
Akhirnya dengan persetujuan Wu Sian CI janji ini akan dipenuhi oleh Suto Lim atas nama murid Siong Hok Tootiang.
Pak Lok Suseng yang mendengar keputusan itu jadi kegirangan setengah mati, ujarnya, "Kemungkinan sekali sianak iblis itu sedang berada di atas gunung Ui san, jikalau waktu masih kecandak, sutepun boleh mencari penyelesaian dengan dirinya dalam pertemuan tersebut dihadapan para jago dari seantero kolong langit."
Sejak kecil Suto Lim dibawa Wu Sian Ci memasuki lembah Touw Hoa Kok, untuk kejayaan partai Heng-san-pay dikemudian hari ia sudah membuang banyak pikiran dan tenaga untuk mengumpulkan obat obatan yang paling mujarab guna cuci otot serta tulangnya dan menambah kesempurnaan lweekang dari pemuda tersebut.
Hingga saat ini boleh dikata pemuda itu belum pernah terjunkan dirinya sekalipun dalam dunia kangouw, saat ini mendengar susioknya hendak mengirim dia untuk mewakili dirinya memenuhi janji dengan jago lihay, dalam hati merasa sangat kegirangan, kepingin sekali waktu itu juga meninggalkan gunung.
Tapi untuk melihat kesempurnaan ilmu silatnya ia perintahkan Siong Hok Tootiang untuk bergebrak dulu dengan dirinya dengan syarat masing-masing pihak tidak diperkenankan menyimpan suatu maksud tertentu mereka harus bergebrak hingga salah seorang menderita kalah.
Sedikitpun tidak salah, setelah bergebrak sebanyak tiga ratus jurus, akhirnya Suto Lim berhasil menang satu jurus dari lawannya dengan begitu Wu Sian Ci pun dengan hati lega melepaskan dia turun gunung.Alasannya pada saat ini kepandaian silat dari Siong Hok Tootiang sudah jauh berbeda dengan Siong Hok Toootiang pada tiga tahun yang lalu, perduli dalam ilmu pedang maupun lweekang ia sudah memperoleh kemajuan yang pesat.
Dan apabila pemuda tersebut bisa menangkan kepandaian Siong Hok berarti pula untuk mengalahkan Tan Kia-beng bukan suatu persoalan yang rumit.Terburu-buru Pek Lok Suseng dengan membawa Suto melakukan perjalanan menuju gunung Ui-san, tidak salah lagi, hari itu mereka berhasil menemukan Tan Kia-beng dimulut gunung.
Suto Lim yang menemukan pihak lawan pun sama halnya dengan dia masih sangat muda, dalam hati merasa semakin mantap lagi, ia yakin kemenangan tentu berada ditangannya.
Tidak nyana setelah bergebrak beberapa jurus, semua serangannya berhasil ditahan oleh ilmu pedang Pek Kut Yu Huan Kiam Hoat dari Tan Kia-beng, walaupun berulang kali ia sudah ganti tiga, empat rangkaian ilmu pedang dan melancarkan seratus lima puluh jurus serangan belum berhasil juga menggerakkan musuhnya, bahkan Tan Kia-beng sendiripun tidak mengirim sebuah serangan balasan.Dengan kejadian ini ia merasa amat mendongkol. alisnya melenting sepasang matanya memancarkan sinar buas, bentaknya keras, "Apakah ilmu silat yang kau pelajari hanya jurus bertahan belaka? jika punya nyali, ayoh secara blak-blakan kirimlah beberapa jurus serangan kepada siauw yamu."
Waktu itu Tan Kia-beng sudah berhasil meraba sedikit banyaknya permainan ilmu pedang pihak lawan, setelah mendengar perkataan tersebut ia tertawa panjang.
"Jikalau kau memang menginginkan akumelancarkan serangan, baiklah! nih, terimalah seranganku."
Mendadak jurus serangannya berubah, dengan menggunakan bambu ia menggantikan seruling dan dengan dahsyat mengeluarkan ilmu seruling Teh Leng Kiow Tah Tie.
Tampaklah serentetan cahaya hijau menerjang keangkasa, di dalam sekejap mata seluruh angkasa sudah dipenuhi dengan desiran angin tajam yang mengurung empat penjuru bagaikan sebuah bukit bambu, lemah lembek tiada terputus.
Dasar tenaga lweekangnya memang sangat luar biasa, walaupun hanya sebatang bambu ditangan tapi angin desiran yang dilancarkan memenuhi empat penjuru dahsyat bagaikan gelangan ombak.
Suto Lim yang menemui musuh tangguh untuk pertama kalinya, dalam hati kontan merasa bergidik, sedikit pikiran bercabang ia kena terdesak mundur oleh Tan Kia-beng sejauh tujuh, delapan langkah.
Melihat kejadian itu dengan hati gelisah Pek Lok Suseng segera berteriak keras.
"Cepat pusatkan pikiran, lancarkan serangan gencar."
Bagaimanapun Suto Lim adalah seorang jagoan muda yang berbakat, hanya pengalamannya di dalam menghadapi musuh sama sekali tidak ada maka menemui serangan gencar dari pihak lawan hatinya jadi rada gugup.
Kini setelah diperingatkan oleh Pek Lok Suseng, hatipun jadi lebih waspada, gerakan pedangnya diperkencang, dengan sekuat tenaga berturut-turut ia mengirim beberapa buah serangan berantai memaksa Tan Kia-beng harus memperlambat gerakannya.