[3] - Terror

474 84 34
                                    

"Lo!? Lagi!" teriak Elena membuat sebagian orang menengok kearahnya.

"Iya, kenapa? Lo kaget? Lo numpahin tinta di meja gue kan!?" seru Ervan yang ternyata cowo misterius itu, membuat Elena merinding.

Gimana dia bisa tau? Batin Elena.

"Lo pasti bingung kan gimana gue bisa tau, ya kan?" Ujarnya, Elena hanya diam dan tak menjawab apa-apa, lidahnya seakan kelu.

Tiba-tiba supir bis itu berteriak. "Perum Bumi Asri."

Lalu Ervan segera berdiri dari tempat duduknya.

"Gue liat semuanya." lalu Ervan pergi dari hadapan Elena sambil tersenyum miring.

Lagi-lagi Elena dibuat merinding kedua kalinya oleh ucapan Ervan.

Kenapa dia masih di sekolah ya? Perasaan tadi udah gak ada siapa-siapa, dan dia liat semuanya! Gumam Elena seorang diri.

***

Elena merebahkan tubuhnya ke atas kasur berwarna putihnya yang empuk, kamar adalah ruangan favoritnya, disini ia bisa menghabiskan waktu untuk membaca novel, tapi kadang ia ingat kepada ibu nya yang sudah meninggal beberapa bulan lalu.

Drrrttt...

Ponsel yang ia letakkan di meja belajarnya bergetar, pesan dari Dira.

Nadira : Len, gimana tadi? Lo udah tau siapa cowo di bis tadi?

Elena Novalina : udahlah gausah dibahas lagi.

Nadira : gue serius, siapa tau dia ganteng. Pliss Len buat gw dong, lo gaboleh serakah sama gw.

Elena Novalina : Hhh, Ervan.

Nadira : Hah? Biasanya dia sama anak nakal lainnya dan anehnya lagi dia gak pernah naik bis, kenapa sekarang dia naik bis.

Elena Novalina : dia ngeliat semua rencana gue!

Nadira : what!? Kok dia belum pulang sih?

Elena Novalina : Gue juga gak tau, gue benci dia!

Nadira : ati² benci lama-lama jadi cinta dahh..

Elena Novalina : -_-

Setelah 10 menit ada notif dari line lagi.
Tapi itu bukan dari Dira, Elena membuka app line nya.

Ervan. Added you as a friend.

Deg.

Apa yang barusan gue lihat? Gak mungkin! Gerutu Elena.

Tapi Ervan gak juga mulai obrolan tuh! Hmm mungkin dia cuma pengen banyakin kontak aja, tapi gimana dia tau ID Line gue? Batin Elena bergumam.

Akhirnya Elena mencoba tidur, mungkin ini bisa membuatnya relax pagi harinya. Atau mungkin sebaliknya, Elena tidak bisa tidur.

Gimana kalo besok dia terror gue lebih parah dari yang gue lakuin ke dia. Batin Elena seorang diri.

•••

Cuaca hari ini bagus tapi masih ada sisa becekan bekas hujan tadi malam, bahkan mentari pun masih bersembunyi di tempatnya.
Hari ini Elena bangun kesiangan karena semalam ternyata ia susah tidur dan sekarang matanya berkantung hitam! Tidak mungkin juga bisa sampai disekolah tepat waktu karena daritadi bis pun belum datang.

Elena akhirnya mencoba berjalan, jarak dari rumah dan sekolahnya sebenarnya lumayan jauh tapi apa boleh buat daripada dia hanya diam di halte.
Saat Elena sedikit lagi hampir sampai di sekolah tiba-tiba

Ngeenngg. Craat....

"Ahhh.." Elena melihat penampilannya, ia sangat kaget dengan rok abu-abu nya yang sudah terkotori becekan berwarna coklat itu. Ia mencoba melihat siapa yang melakukan hal itu kepadanya.

"Ervan!" geram Elena yang melihat punggung Ervan berlalu sangat cepat, ia pasti sengaja melakukan ini.

Sampai disekolah Elena sudah tidak PD dengan penampilannya yang kotor,
Calvin menghampirinya, lagi.

"Len, lo kenapa lagi dah?" tanya Calvin saat Elena sudah tiba dikelasnya.

"Ervan." Kata Elena singkat.

"Ervan? Emang dasar tuh anak."
"Van, Elena di apain?" tegur Calvin saat Ervan baru memasuki kelas.

"Tuh dia duluan yang bikin masalah sama gue." sambil menunjuk mejanya yang sudah ditumpahi kira-kira dua botol tinta.

"Len?" Calvin mengalihkan pandangannya ke Elena, ia hanya tersenyum tanpa dosa.

"Lo yang bikin masalah duluan sama gue." cuek Elena tidak mau dipersalahkan.

"Ehhh, ada apa sih ini?" tiba-tiba Dira langsung nyosor gitu aja ke dalam kelas Elena.

"Dira! Ganggu suasana banget lo!"

"Hehehe.." Dira nyengir tanpa dosa.

Pada keadaan seperti itu, Pak Hendri malah masuk dan Dira pun diusir keluar.

Belum puas gue. Batin Elena.

Pak Hendri mulai menjelaskan pelajarannya dengan suara lantang.
"Buka buku paket halaman 80."

Ia mengambil buku paket Matematika yang ia taruh di kolong mejanya, ia merogoh-rogoh tapi tidak dapat.
Dia malah menemukan sebuah kotak kecil, sampulnya sih lucu tapi pas dibuka---

"Aaaa, tikussss...." Elena tanpa berpikir panjang langsung naik ke atas meja, dia dipermalukan dihadapan semua orang, Elena menggeram kesal.

"Elena! Kamu kenapa naik ke atas meja!" tegur Pak Hendri sambil berkacak pinggang membuat kacamatanya jatuh ke batang hidung.

"M--ma--maaf pak." lalu Elena turun dengan hati-hati, dan tikusnya sudah dipegang oleh Ervan.

Ia menemukan selembar kertas yang masih ada dalam kotak kecil tersebut, lalu ia membukanya pelan-pelan karna takut ada yang keluar lagi.
Ternyata hanya ada tulisan.

By Ervan

Ternyata benar saat Elena menengok ke belakang Ervan menaikan sebelah alisnya.

***

Elena sekarang harus berhati-hati saat melakukan terror, ia harus melihat keadaan sekitar, karena daritadi juga Ervan tidak terlihat semenjak istirahat.

Elena mencari motor Ervan yang terparkir di barisan motor-motor lainnya, tapi akhirnya dia menemukan salah satu motor yang pemiliknya sudah mempermalukannya tadi pagi tapi untungnya hanya kena bagian bawahnya saja jadi tidak terlalu terlihat

Dan saat di kelas tadi kejadian itu pasti tidak bisa dilupakan semua orang. Well, walaupun Elena sudah membalasnya tapi sama saja ia belum puas dengan apa yang dilakukannya kepada Ervan.

"Aman." gumamnya. Kalau motor Ervan masih ada berarti dia juga masih ada di sekolah.

Elena tertawa jahat setelah selesai melakukan rencananya, Dira juga ikut tertawa jahat tapi yang seperti adegan-adegan antagonis yang ada di film.

15 menit kemudian,

Ervan datang dari arah kantin, bersama dengan teman se-geng-nya

"Kok motor lo kayak gini Van?" tanya Marvin salah satu geng anak nakal. Ia memandangi motor Ervan dengan mulut ternganga lebar.

Our TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang