[1] First Day

697 105 60
                                    

Elena POV

"Stooppp!" Bu Cantika berlari ke arah lapangan. Lalu semua guru pun sudah keluar dari kantor dan kelas yang di ajarinya masing-masing, murid yang mengakibatkan keributan itu langsung kabur entah kemana, mereka membawa alat-alat yang berbahaya seperti kayu, tongkat dan yang lainnya yang sama sekali aku tidak tau pasti apa namanya.

Terlihat keadaan disini semakin memanas karena banyak besetan luka yang dilakukan anak-anak sekolah sebelah tadi, dan guru-guru segera menghampiri korban dari perkelahian tersebut yaitu salah satu geng anak-anak nakal, kata orang, mereka adalah geng yang paling famous dan salah satu diantara mereka adalah cowo most wanted yang disenangi hampir semua cewe-cewe di sekolah ini.

Namun, keberadaan mereka selalu membawa pengaruh negatif pada sekolah ini, tapi kata orang mereka berbakat, entah bakat apa, mungkin bakat berkelahi.

Banyak juga anak-anak yang mempunyai bakat disini. Itulah yang membuat sekolah ini tetap bertahan di peringkat 10 besar se provinsi Jawa barat, makanya aku masuk sini, itu kata Mama ku.

"Lo anak baru itu ya?" Ujar seseorang sambil memegang bahuku dan membuatku menengok.

"Hm iya," jawabku singkat.

"Boleh kenalan gak? Nama gue Nadira panggil aja Dira dari kelas XI IPA 1, terus nama lo siapa?" tanyanya, akhirnya aku mendapatkan teman di sekolah ini!

"Nama gue Elena panggil aja Lena, gue dari kelas XI IPA 4." suasananya mulai mereda, Bu Cantika membawa mereka ke ruang BK, mereka semua menjadi pusat perhatian seluruh murid. Tapi setelah itu, pelajaran tetap dilanjutkan lalu guru-guru menyuruh kami masuk, padahal aku masih mau tau tentang Dira lebih banyak.

"Salken. Yah udah di suruh masuk tuh, yaudah deh, gue duluan ya." Dira melambaikan tangannya dan segera masuk ke kelasnya.

"Oh iya salken juga." lalu aku juga berjalan ke kelasku yang ternyata berhadapan dengan kelas Dira.

---⚪⚪---

Bel istirahat berbunyi membuat siswa-siswi menghembuskan nafasnya lega.
Aku segera ke kantin, siapa tau ketemu Dira lagi.
Aku segera berjalan menuju meja yang ada di pojok kantin, karena hanya meja itu yang belum diisi oleh siapapun.
Saat aku baru ingin duduk, tiba-tiba..

"Ngapain lo disini? Ini tempat gue." Cowo  yang barusan saja datang memasuki kantin menggebrak meja yang sedang ku tempati. Tubuhnya jangkung, paras wajahnya mirip dengan pangeran.. Lahh kok gue ngomong gitu ya?

"Gue duluan kali yang disini!" jawabku cuek.

"Hhh, awas gak? Ini tempat favorit gue!!"

"Lah ini sekarang juga udah jadi tempat duduk favorit gue!" Walaupun sedikit nyolot aku tetap tidak ingin kalah sama cowo yang satu ini.

"Lo tuh nyebelin banget sih jadi cewe." Katanya dengan wajah jengkel.

"Lo juga nyebelin banget jadi cowo." gerutuku membalikan apa yang barusan ia bilang.

Ia mendengus dan berbalik meninggalkanku.

Hhh, siapa lagi tuh cowo ganggu aja.
Ehh btw, dia lupa ngambil minumannya yang barusan di beli nih, ah lumayan minum aja ahh.

Huuhhh segerrrr..

Tapi.. Kayaknya tadi dia bagian dari geng anak nakal itu deh abis di lehernya kayak ada goresan gitu, udah nakal, nyebelin, pasti gak punya temen tuh. Kasian juga ya.

"Hai Elena." tegur Dira yang sedang menghampiri ku.

"Haii." Aku segera melambaikan tanganku.

"Loh kok lo bisa duduk disini?" tanyanya dengan pertanyaan yang super konyol.

"Bisa lah, duduk tinggal duduk apa susahnya." Aku mengangkat bagiku heran.

"Ini kan tempat duduk favorit si Ervan."

"Ervan Siapa?" Tanyaku.

"Ervan itu cowo paling ganteng di sekolah ini dan dia paling ditakutin semua orang." jawabnya yang baru duduk di hadapanku dengan semangkok seblak.

"Whaattt!!?? Serius lo?"

"Iyaa. Ehh kasih tau dong caranya biar bisa duduk disini." Entah kenapa tapi nada bicaranya seperti sedang memohon, emang kenapa sih kayak istimewa banget nih bangku.

"Ya gue gak pake cara apa-apa, gue cuma ngebentak dia doang dan dia langsung pergi gitu aja." jawabku santai.

"Apaa?? Gitu doang! Nah ini gue tau, pasti Ervan suka sama lo." Ia menebak asal-asalan.

"Lah ngaco."

"Gue serius, yang namanya Ervan itu gak pernah mau ngalah sama cewe, ngeselin sih. Tapi ganteng." Dira cengar-cengir sendiri.

"Udahlah jangan bahas dia lagi. Lo punya line?" Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Punya, nanti gue kasih."

"Siipp." Aku tersenyum sambil mengacungkan jempol, "Dir, gue ke kelas ya." Dira hanya menjawabnya dengan anggukan kecil yang berarti boleh.

Saat aku masuk kelas, lagi-lagi aku bertemu orang itu mana segala ada temen-temennya lagi ngumpul di depan kelas gue. Gimana ini?
Akhirnya setelah mereka minggir dari pintu kelas, aku langsung masuk dan melewati geng orang menyebalkan itu.

"Jangan macem-macem lo sama gue!" kata-kata itu terlontar dari mulut Ervan yang sedang bersandar di depan pintu kelas, aku takut dan segera berlari ke dalam kelas.

Seperti biasanya di dalam kelas aku hanya berdiam diri sambil membaca novel teenlit milikku yang sudah berulang-ulang kali ku baca tapi masih saja tetap tidak bosan.

Bel sudah di bunyikan 3 kali itu tandanya, sudah masuk, ku lihat mereka sudah beranjak dari depan kelas ku.

Dari kejauhan, Ervan menatapku sinis sambil tersenyum miring, aku tau pasti ia punya maksud tertentu dan kalau ia mau mulai perang ayo kita mulai sekarang!

Author Note.
Gimana ceritanya??
Tetep minta saran+kritiknya ya
Kalo suka jangan lupa vote+comment.

Our TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang