Aku tidak ingin Ia jadi Ayah ku

10.2K 427 64
                                    

Beribu tetesan air jatuh membasahi bumi. Suara pertemuan keduanya menyebabkan gemuruh khas yang dikenal dengan suara hujan.

"Sasuke-kun.. ini teh hangatnya" suara wanita berambut merah muda yang meletakkan minuman tadi lalu duduk di samping sang suami.

"Hn.." hanya di balas dengan dua konsonan huruf.

"Ano... Sasuke-kun.. um.. apa kau mau cemilan?" Tawar sang istri lagi.

"Tidak.. terimakasih." Di jawab datar.

Dirinya masih asik membaca gulungan laporan dari tim anbu.

Uchiha Sakura-nama sang istri sedikit memanyunkan mulutnya. Mendapat perlakuan tidak romantis sudah jadi makanan sehari-hari.

Tapi ia tidak menyerah.."Anata~" Sakura melingkarkan tangannya di lengan kekar sang suami. "Sudah lama tidak bertemu.. aku kangen~" ucap Sakura feminim dan terkesan manja.

Perlu di ingat hanya pada sosok inilah seorang Sakura akan berubah menjadi perempuan. Sifatnya yang tomboi akan berubah 180 derajat.

Sasuke mengambil teh hangat yang telah di sediakan sang istri. Karena tindakan ini, maka mau tidak mau Sakura harus melepaskan tangannya yang melingkar manja.

"Laporan ini sangat penting." Ucapnya seusai menyesap teh hangatnya.

Itu kode yang artinya 'jangan ganggu aku'.

Sakura kembali memanyunkan mulutnya.

Memilih untuk tidak menggangu konsentrasi sang suami dan mengalihkan perhatian dengan menyalakan televisi.

Sakura sudah biasa. Sungguh, dia mencintai Sasuke sepenuhnya. Sifatnya. Kelakuannya. Tabiatnya. Pokoknya semua dari Sasuke dia cinta. Jadi kalau Sasuke yang milih gulungan laporan ninja ketimbang dia, Sakura juga tetep cinta.. tapi...

Ada satu orang yang sepertinya tidak sependapat dengan cinta antara dua manusia yang duduk di ruang keluarga Uchiha tersebut.

Rambut hitam mata hitam yang dibingkai dengan kaca mata merah. Mengamati tingkah kedua orangtuanya.

Bibirnya tertekuk. Wajahnya tidak kalah masam dengan hatinya yang saat ini rasanya ingin memberontak.

"Cinta?" Gumumnya lirih. Kini wajahnya terlihat sedih.

...

"Okaaa-chan!!" Suara melengking di ikuti derap kaki yang turun dari arah tangga menuju ruang keluarga Uzumaki.

"Ohayoo.. Boruto.." sapa Hinata dengan anggun. Padahal putranya seperti cacing kepanasan.

"Apa tou-chan masih di rumah?" Tanyanya penuh harap.

"Tou-chan tidak bisa pulang karena..." penjelasan Hinata terputus.

"Pekerjaan Hokage!" Bentaknya marah.

Selalu begitu.

Dia memang mencoba dan telah melakukan hal yang namanya "memahami" pekerjaan sang ayah.

Pasca insiden ujian chunin. Ia memang lebih terbuka dan menerima posisi sang ayah yang selalu alfa.

Tapi ini masalahnya beda. Beda!

"Ayah tidak menepati janjinya pada ku-dettebassa!!!" Ucapnya penuh amarah.

Hinata mengelap tangannya yang basah. Mendekat ke arah putranya. Memposisinya dirinya sejajar dengan sang putra agar bisa melihat langsung ke mata birunya.

"Boruto.." panggil Hinata lembut.

Mata rembulan menatap mata biru muda.

"Maaf.." ucap Hinata merasa bersalah.

Be My Ideal "Tou-chan" Please...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang