"Gawat!!! Ini di luar rencana dettebasa!!!" Boruto bersuara. Kamera pengintainya baru saja hancur lebur.
Mitsuki dan Sarada tersikap berdiri melihat layar yang awalnya memantau aktifitas duo-genin berkualitas sannin kini tinggal bayangan hitam.
"Himawari akan murka!!!" Boruto panik. Bergerak gelisah kiri kanan dan menjambak surai pirangnya frustasi. Wajahnya pucat.
....
....
....
Awal permainan
Melihat pertengkaran yang terjadi antara Uchiha dan Uzumaki bukanlah hal yang membuat seorang Rokudaime terkejut. Wajar malah. Seakan dendam turun temurun antar Ashura dan Indra tak akan pernah berakhir ditelan zaman.
Mendengar pernyataan generasi baru dihadapannya membuatnya menghembuskan nafas.
'Ternyata walaupun menjadi tua mereka tidaklah berubah.' Gumam Kakashi setelah mendengar lebih rinci pernyataan dari Mitsuki yang menjelaskan asal duduk perkelahian antara Boruto dan Sarada.
Memberi misi untuk mereka agar menemukan kepingan kenangan. Setelahnya pergi dan menyusun rencana dengan skala besar.
Sebuah permainan yang melibatkan banyak orang... dimulai.
"Boruto." Kakashi menyapa cucu pirangnya santai. Boruto yang masih mengomel dan mendengus jengkel setelah perbincangan panas di ruang hokage pasca pemberian misi keluar desa menolehkan kepala ke sumber suara.
"Roku-jiisan." Balasnya.
"Ikut aku." Setelah itu Boruto hanya patuh ketika Kakashi menjelaskan misi keluar desa hanya akan dilakukan Konohamaru-sensei dan dua ninja pengganti lain yang menggantikan Ia, Sarada dan Mitsuki.
"Ini dimana?" Tanya Boruto. Tempat ini tidak seram tapi juga tidak nyaman. Jalan dan dindingnya memiliki warna sama. Banyak cabang jalan dan banyak pintu. Sangat susah membedakannya.
"Anggap saja ini rumah ku." Jawab Kakashi santai dengan senyum dibalik senyumnya.
Boruto menyerengit dengan jawaban kakek didepannya ini 'apanya yang rumah? Bisa selalu tersesat jika punya rumah seperti ini.'
"Kita sampai" ucapan Rokudaime memanggil Boruto ke dunia nyata.
"Kau lama Boruto!" Sarada merengut karena menunggu.
Boruto lebih fokus ke ruangan yang ia masuki. Dua layar seperti televisi berdampingan. Sofa empuk yang nyaman. Satu lemari pendingin, satu kompor dengan satu panci dan satu teko. Rak buku dan rak ramen.
'Apa benar ini kamar Rokudaime?' Pikir Boruto.
"Jadi? Apa kalian masih ingin mengetahui perasaan ayah kalian pada ibu kalian?" Tanya Rokudaime.
"Tentu saja Rokudaime-sama." Jawab Sarada.
"Walaupun hasilnya belum tentu sesuai dengan keinginan kalian?" Tanya Rokudaime lagi.
"Ha'i" ucap mereka berbarengan. Penuh keyakinan.
"Tidak ada jalan mundur sekarang. Melangkah maju dan kami siap menerima kenyataannya." Ucap Boruto yakin.
Kakashi-sang Rokudaime hanya tersenyum tipis. Menyalakan dua buah televisi.
"Amati dan perhatikan dengan baik." Perintahnya.
"Ini..." gumam Sarada. Melihat ternyata ayah dan Hokage-sama lah yang tampak dilayar.
"Kamera pengintai ha? Beserta dengan suara. Tidak buruk." Boruto menyamankan posisi. Memperhatikan lebih seksama melihat percakapan Kiba-sensei yang memasuki ruang Hokage.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Ideal "Tou-chan" Please...
FanfictionBe My Ideal "Tou-chan" please.. Genre : Romance Pairs : NaruHina ; SasuSaku Uchiha Sarada dan Uzumaki Boruto sedang dalam masa kritis menanggapi segala hal di sekitar mereka. Kali ini sifat ayah mereka pun menjadi pemicu sisi pemberontak dua gener...