3

4.4K 135 23
                                    

Tok tok tok

Suara ketukan pintu yang sengaja Renita bunyikan, membuat seisi kelas menatap Renita.

Ini kenapa semuanya menatapku, sih? Kan berasa kayak diadilin! Mamaa anakmu akan diadili dengan kematian yang mewah mam, batin Renita meringis.

"Assalamu 'alaikum pak, teman-teman. Maafkan saya yang telat ini, tadi malem ada Justin Bieb*r goyang dumang pak, membuat saya kesiangan pak. Terus pas tidur, saya malah mimpi cowok-cowok hot menari goyang gergaji pak, terus pas saya mau masuk sekolah ada kucing kecebur, mangkannya saya telat. Jadi, bapak bisa terima alesan saya kan?" Renita memberikan alasan panjang lebar tetapi semuanya tidak masuk akal dan perasaan gugup melanda Renita saat masuk kekelas. Terdengar seperti kebohongan, namun itulah kenyataannya. Ia berharap guru dan teman-temannya percaya.

Ini hawanya berasa kayak mau mati aja, tapi prosesnya nyeremin banget. Hiks hiks, mamiii papii dewa dewi laba-laba ting-ting laba-laba.. Eh? Kok malah nyanyi sih, bodoh banget! batin Renita.

Saat Renita ingin masuk kelas, lebih tepatnya sudah didepan papan tulis, gurunya memberhentikan dirinya.

"Stooop, disitu! Jangan bergerak! Jangan bernafas! Kalau bisa jangan hidup!" Seru Guru tersebut.

Renita melebarkan matanya lalu menggeleng, dan berkata "Pak Tatang, kalau nyuruh saya jangan parah-parah amat. Masa saya gak boleh bernafas, dan gak boleh hidup, Pak? Emang ada UUD nya, Pak? Gak ada kan pak. Tapi, kalau hak untuk hidup baru ada UUD-nya. Bapak mau saya laporin ke Komnas HAM biar bapak diadilin, kayak di pilem pilem itu? Eh? Bukan dipilem deng, itu diberita-berita. Nah baru bener." Seisi kelas sontak tertawa karena penjelasan Renita.

"Kamu bawel banget. Siapa yang nyuruh kamu buat ngebantah?" Tanya Pak Tatang.

Renita menahan untuk tidak memutarkan kedua bola matanya dan menjawab "Atuh saya wajib membantah, karena bapak salah. Masa kalau bapak salah, saya tidak mengoreksi, Pak? Bapakkan bukan perempuan yang katanya selalu benar."

Pak Tatang tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya karena menemukan seorang siswi yang berani kepadanya. Pak Tatang dengan menahan tawanya pun berkata "Ya udah sih, gak usah ngoreksi. Baper banget jadi orang, bapak aja biasa. Ketawan banget, saking lumutannya ngejomblo. Jadi gitu tuh, bawaannya Bapeeer aja. Udah pernah disakitin yah, neng?"

"Yah Bapak, jangan bawa jomblo, saya sedih pak. Cedih hayati. Hayati terlalu sensitif pak," ucap Renita dengan dramatisir.

"Bapak gak nanya Renita, Bapak gak nanya. Cepetan kamu duduk. Kali ini bapak kasihan sama kamu karena jomblo. Tapi lainkali? Gak ada kasihan untuk kamu Arareinita Remiva Putri, " jelas Pak Tatang.

"Siap, Pak!" Renita menuju tempat duduknya yang berada bangku ke dua dari depan barisan ke dua.

Saat ingin duduk, Pak Tatang mengintruksi Renita.

"Renitaa, sebelum kamu duduk. Bapak ingin meminta sesuatu ke kamu, boleh?" Tanya Pak Tatang.

"Boleh, Pak." Jawab Renita dengan senyuman sangat manis saking manisnya membuat sebagian perempuan dikelas ingin muntah.

"Kamu orang yang pertama, yang bakal bapak cek PR Fisika kamu. Mana sini PR kamu," perintah Pak Tatang. Mendengar hal itu senyum Renita menjadi luntur.

Mati! Belum dikerjain! Tamatlah riwayatmu Arareinita Remiva Putri, batin Renita

"Belum saya kerjakan, Pak. Lupa, tadinya mau nyontek ke temen. Tapi, tadi saya lupa gara-gara saya nabrak Blueband pak. Terus ketuanya sempet saya godain pak. Iya, kan Van?" Tanya Renita melirik dengan mengedipkan mata ke arah Van.

K.A.VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang