5

3K 107 5
                                    

Setelah Vania dan Vicky pergi, Renita mengedarkan pandangannya dan tatapannya berhenti pada Van dan teman-temannya. Ia tersenyum lebar, semakin lebar ketika ia menemukan Kyle bersama teman-temannya, dua meja setelah meja yang ditempati Van. Lengkap sudah kebahagiaannya.

YES! MENANG BANYAK, batin Renita bersemangat.

Renita cepat-cepat menempati tempat yang sangat strategis, yaitu menempati meja setelah Van, namun sebelum Kyle."HAI VAN! HAI KYLE!" Sapanya dengan bersemangat sambil duduk di tempat yang ia pilih.

Vino memukul pundak Van, namun saat itu Van sedang memakan bakso. Van yang tidak siap dengan pukulan Vino mendadak terbatuk. "Uhuk uhuk... Weh... uhuk uhuk... Gue keselek... uhuk uhuk.. Gue butuh minuman.. uhuk uhuk." Ucap Van dengan wajah yang memerah.

"Nih, minumannya!" Vino panik, dan ia memberikan air tanpa melihat itu air apa. Rion menerimanya, lalu memberikan air tersebut kepada Van. 

Renita dan yang lain terperangah melihat Vino memberikan sebuah mangkok, memang itu air. Hanya saja air itu bukanlah untuk diminum. Semakin terperangah melihat Van dengan cepat meminumnya.

Pyuuuuurr

"Anjeng! Gue butuh minuman yang normal bukan minuman yang bau kayak keringet manusia begini! Itu air isinya apaan sih? Kok gak enak banget? Mana asem, asin tercampur kesitu semuaa!" Kesal Van.

Mereka hanya terdiam, sedangkan Renita menatap tajam Vino.

"Ini minuman isinya apaan sih?" Tanya Van.

"Tanya aja yang ngasih," jawab Rion.

"Siapa yang ngasih minuman gue? Lo?" Tanya Van dengan tatapan menuduh dan mengintimidasi, tak lupa juga tangan yang menunjuk ke arah Renita. Yang ditunjuk reflek memutuskan tatapannya dari Vino, lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Bukan gue! Gue gak pernah mau nyakitin lo, ayang Van. Jadi jangan nuduh." Renita menatap Van sedikit tidak suka karena dirinya dituduh. Van memutarkan kedua bola matanya dan melanjutkan tatapan intimidasinya.

"Lo? Apa lo? Apa lo? Lo, kan? Lo ya? Jangan boong! Pasti lo? Blabla..." Van menuduh orang yang ada disekitar dia.

"KAGAK!" Jawab serempak, tidak suka dituduh.

"Kalau bukan kalian, terus siapa?!" Tanya Van yang sudah habis kesabarannya. Semua temannya melirik Vino sinis, sedangkan yang ditatap hanya memasang lugu.

Van lantas melirik Vino sinis, lalu dengan nada yang lembut bertanya "Vino lo tau nggak, siapa yang ngasih minuman waktu gue keselek tadi?"

"Tau. Itu gue yang ngasih," jawab Vino dengan masih lugu. Melihat keluguan tersebut rasanya Van ingin memutilasi Vino, namun dirinya berusaha untuk tidak membunuh Vino saat ini.

"Terus itu minuman isinya apaan yah? Itu minuman bekas apaan yah?"

"Oh itu... hm..." Vino berpikir keras mengingat air yang sempat ia berikan kepada Van."OH, GUE TAU! ITU MINUMAN ISINYA AIR KOBOKAN BEKAS TANGAN GUE, AKHIRNYA GUE INGEEET!" Teriak Vino dengan semangat yang menggebu-gebu.

DUG

DUG

DUG

PLAAK

"AAAWW SAKIT, GUE SALAH APAAN?!" Rintih Vino sekaligus kesal karena mendapatkan bogeman yang hot sekaligus tamparan dari seorang Renita. Vino mengusap kepala dan pipinya.

"LU UDAH SALAH, MALAH SOK GAK BERSALAH LAGI!" Teriak Van kesal karena ulah Vino. Yang dibentak hanya cengengesan menyadari dirinya telah salah. Van mendengus.

K.A.VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang